Kendati terkontraksi, tren perbaikan ekonomi mulai terlihat secara triwulanan. Tantangan terberat bagi Indonesia untuk mendorong pemulihan ekonomi lebih cepat adalah pengendalian kasus infeksi Covid-19.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pengunjung menunggu pesanan makanan di pusat perbelanjaan di Tangerang, Banten, Kamis (4/2/2021). Pengeluaran konsumsi rumah tangga diharapkan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih dilanda resesi.
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia tumbuh negatif 2,07 persen pada 2020 atau terendah sejak tahun 1998. Kendati mengalami kontraksi, tren perbaikan ekonomi ke arah positif mulai terlihat secara triwulanan.
Dari pertumbuhan negatif 2,07 persen, kontraksi terdalam disumbang oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar negatif 1,63 persen dan konsumsi rumah tangga negatif 1,43 persen. Belanja pemerintah menjadi satu-satunya komponen pertumbuhan yang berkontribusi positif, yakni sebesar 0,15 persen.
Di sisi lapangan usaha, sumbangan empat sektor utama penopang ekonomi juga terkontraksi. Sektor transportasi dan pergudangan menyumbang kontraksi terdalam, yakni negatif 0,64 persen, kemudian industri pengolahan negatif 0,61 persen, perdagangan 0,49 persen, dan konstruksi 0,33 persen.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi pada 2020 berdampak ke penurunan produk domestik bruto (PDB) per kapita menjadi 3.911,7 dollar AS atau setara Rp 56,9 juta. Sebelumnya, PDB per kapita Indonesia sebesar 4.174,5 dollar AS pada 2019 dan 3.927,3 dollar AS pada 2018.
KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020 Menurut Sisi Pengeluaran
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan, kendati sepanjang tahun 2020 pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi, kedalamannya berkurang. Tren kontraksi ekonomi secara triwulanan membaik dari negatif 5,32 persen pada triwulan II-2020 menjadi negatif 3,49 persen triwulan III-2020 dan negatif 2,19 persen triwulan IV-2020.
”Pertumbuhan masih terkontraksi, tetapi mengalami tren perbaikan dibandingkan triwulan II dan III-2020,” kata Suhariyanto dalam telekonferensi pers, Jumat (5/2/2021).
Pandemi Covid-19 berdampak buruk bagi perekonomian global. Ekonomi negara-negara mitra dagang utama Indonesia juga masih tumbuh negatif, seperti Amerika Serikat 3,5 persen, Singapura 5,8 persen, Korea Selatan 1 persen, dan Uni Eropa 6,4 persen. Hanya China dan Vietnam yang tumbuh positif pada 2020 masing-masing 2,3 persen dan 2,9 persen.
Suhariyanto mengatakan, kontraksi pertumbuhan Indonesia pada 2020 terdalam sejak tahun 1998, yakni negatif 13,13 persen. Tantangan terberat untuk membalikkan arah pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah pengendalian kasus infeksi Covid-19. Selama Covid-19 belum bisa dikendalikan, aktivitas ekonomi akan terus tertahan.
Tantangan terberat untuk membalikkan arah pertumbuhan ekonomi adalah pengendalian kasus infeksi Covid-19.
”Semua pihak optimistis perekonomian 2021 akan lebih baik dari 2020. Namun, hanya dengan program vaksinasi dan kepatuhan masyarakat aktivitas ekonomi dapat bisa kembali bergerak,” kata Suhariyanto.
KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011-2020
Ditilik secara spasial, struktur perekonomian Indonesia tahun 2020 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,75 persen dan Sumatera 21,36 persen. Adapun Kalimantan 7,94 persen, Sulawesi 6,66 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,94 persen, serta Maluku dan Papua 2,35 persen.
Dihubungi terpisah, Kamis, Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menuturkan, hampir semua komponen pertumbuhan ekonomi memang masih terkontraksi, tetapi kendalamannya berkurang. Hal ini dipengaruhi kebijakan PSBB transisi di sejumlah daerah yang mendorong peningkatan mobilitas masyarakat.
”Peningkatan mobilitas masyarakat mendorong perbaikan konsumsi rumah tangga dan investasi membaik,” kata Josua.
Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga membaik dari negatif 5,52 persen pada triwulan II-2020 menjadi negatif 4,05 persen triwulan III-2020 dan negatif 3,61 persen triwulan IV-2020. Investasi juga membaik dari negatif 8,61 persen triwulan II-2020 menjadi negatif 6,48 persen triwulan III-2020 dan negatif 6,15 triwulan IV-2020.
Josua menambahkan, perbaikan sisi permintaan terutama konsumsi rumah tangga masih bisa didorong dengan mengoptimalkan serapan belanja pemulihan ekonomi. Sementara investasi melalui perbaikan iklim berusaha dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi sebagai implementasi dari UU Cipta Kerja.