Selancar Bisnis Buku Mengarungi Ombak Digital dan Pandemi
Pandemi Covid-19 menyebabkan nilai pasar penerbit buku dunia turun dari 92,8 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 85,9 miliar dollar AS pada 2020 dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) minus 7,5 persen.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini/Hendriyo Widi
·4 menit baca
Bisnis buku tak lekang dimakan waktu. Apa saja bisa dijadikan buku, mulai dari hal-hal remeh-temeh, keseharian, hingga kajian-kajian ilmiah atau bisnis berskala tinggi. Seiring dengan berjalannya waktu, bisnis buku terus berkembang dan bertransformasi melintas zaman.
Bisnis buku tidak an sich, berdiri sendiri. Teknologi mengubah lanskap industri pustaka ini. Di tengah transformasi digitalisasi itu, pandemi Covid-19 hadir dan mendorong percepatan transformasi dan kolaborasi.
Pada Juli 2020, ReportLinker, sebuah perusahaan teknologi analisis data asal Perancis, menyebutkan, pandemi Covid-19 menyebabkan nilai pasar penerbit buku dunia turun dari 92,8 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 85,9 miliar dollar AS pada 2020 dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) minus 7,5 persen. Kondisi ini diharapkan bisa kembali pulih pada 2021 dengan CAGR 2 persen. Pada 2023, nilai pasarnya diperkirakan bisa mencapai 91,4 miliar dollar AS.
Sementara, pasar buku digital (e-book) global diperkirakan akan terus tumbuh dengan CAGR 2 persen pada 2020-2027. Pada 2020, nilai pasar buku digital global sebesar 24,1 miliar dollar AS dan pada 2027 bisa mencapai 27,7 miliar dollar AS. Forbes, pada September 2020, menyebutkan, pasar buku digital global bernilai 18,13 miliar dollar AS pada 2019.
Pelaku usaha dan industri buku bersiasat untuk mempertahankan dan menjaga pemasukan di tengah pandemi Covid-19. Berbagai upaya dilakukan mulai dari memasarkan secara daring, menyediakan layanan pesan-antar, dan menjaga relasi dengan pelanggan-pelanggan lama.
Pandemi Covid-19 menyebabkan nilai pasar penerbit buku dunia turun dari 92,8 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 85,9 miliar dollar AS dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) minus 7,5 persen.
PT Gramedia Asri Media misalnya yang terus mengembangkan fitur digital untuk produk, pemasaran secara daring, hingga kerja sama dengan platform e-dagang. Langkah adaptasi dan inovasi dilakukan untuk memperluas jangkauan dan kemudahan akses pasar.
Memasuki usia ke-51 tahun, perusahaan ritel dan distributor buku Gramedia berencana memperluas jangkauan pasar. Tahun 2021, Gramedia juga akan menambah dua gerai baru di Purwakarta dan Cilegon, serta memperkuat layanan digital.
General Manager Corporate Secretary Gramedia Yosef Adityo, Selasa (2/2/2021), mengatakan, dunia serba digital merupakan salah satu tantangan terbesar Gramedia pada usia ke-51 tahun. Gramedia berupaya terus berinovasi melalui toko-toko Gramedia yang tersebar di Indonesia, serta lewat akses digital.
”Setiap orang akan mengakses sumber berita dari genggaman. Kami juga melihat peluang di sana sebagai penyedia konten informasi,” ujarnya.
Hingga saat ini, Gramedia memiliki 119 toko di 33 provinsi dan 53 kota. Selain itu, layanan produk digital melalui buku digital dan perpustakaan digital (ePerpus). ePerpus mencakup koleksi 50.000 judul buku, majalah, dan koran dari ratusan penerbit dalam dan luar negeri.
”Pandemi ini mengerek penjualan buku digital. Gramedia mencatatkan kenaikan penjualan buku digital lebih dari 20 persen,” kata Yosef.
Pandemi ini mengerek penjualan buku digital. Gramedia mencatatkan kenaikan penjualan buku digital lebih dari 20 persen.
Yosef menambahkan, untuk mempermudah pelanggan berbelanja, Gramedia meluncurkan situs daring www.gramediapesanantar.com agar pelanggan bisa mencari produk dan memesan dari toko terdekat. Selain itu, Gramedia tetap melakukan pengembangan toko, antara lain di Purwakarta dan Cilegon pada tahun ini.
GM Gramedia Digital Adi Ekatama mengemukakan, saat ini Gramedia bekerja sama dengan beberapa platform aplikasi e-dagang, seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, JD.ID, Lazada, dan Bukalapak. Gramedia menargetkan program promosi dan pemenuhan barang terus diperbaiki untuk memenuhi keinginan konsumen.
”Kami juga bekerja sama dengan marketplace untuk memerangi pembajakan buku yang cukup marak di Indonesia,” katanya.
Upaya pengembangan fitur digital dilakukan antara lain dengan menjual produk-produk secara daring. Lewat fitur multi-origin, pengiriman pesanan konsumen dapat dilakukan dari seluruh cabang Toko Gramedia dan gerai lainnya. Selain itu, melakukan transformasi produk ke dalam bentuk digital berupa e-book dan ePerpus sebagai bagian dari inovasi.
Direktur Operasional PT Gramedia Asri Media V Sugiarto menyatakan, selama masa pandemi Covid-19, Gramedia mengambil langkah preventif dan adaptif dengan menghadirkan layanan berupa pesan, bayar, antar ke konsumen.
”Setiap tahun, selain berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produk unggulan, kami juga terus melakukan berbagai inovasi untuk memberikan pelayanan terbaik,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, dalam peringatan ulang tahun ke-51 Gramedia yang bertema ”#TanpaBatas”.
Guna memperingati ulang tahun ke-51, Gramedia menggulirkan pameran buku dan sejumlah diskon produk buku, produk ritel, dan ongkos kirim selama periode 2-7 Februari 2021. Diskon tersebut dapat diperoleh melalui situs daring Gramedia.com.
Tidak hanya toko besar, usaha penjualan buku berskala kecil menengah juga bersiasat. Para pedagang buku di sekitar Terminal Pasar Senen, Jakarta Pusat, misalnya, mereka tetap membuka kios kendati jarang sekali didatangi pembeli.
Pemilik Kios Buku Refans, Putra (50), mengatakan, dirinya mengandalkan lapak daring di Shopee karena kios sepi pengunjung. Rata-rata pemasukan dalam sehari turun dari Rp 500.000 menjadi Rp 100.000.
”Kadang tidak ada pelaris (pelanggan pertama). Kalau lapak daring ada saja, bisa terjual tiga buku,” kata Putra. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY/INSAN ALFAJRI)