Kolaborasi Usaha Rintisan Dorong Pemulihan Ekonomi
Kolaborasi antar-perusahaan rintisan diperlukan untuk menciptakan ekosistem digital yang daya jangkaunya makin luas.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 tidak bisa dilepaskan dari peran perusahaan teknologi finansial yang turut mendanai pinjaman bagi usaha mikro, kecil, dan menengah. Kolaborasi antar-perusahaan rintisan yang membentuk ekosistem digital pun diperlukan untuk memperluas jangkauan layanan.
Sepanjang 2020, Investree, perusahaan fintechpeer-to-peer (P2P) lending (layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi) mencatat total pendanaan yang sudah difasilitasi mencapai Rp 7,44 triliun. Sementara jumlah dana yang sudah disalurkan Rp 5,7 triliun, naik 29 persen secara tahunan.
Secara total, produk syariah tumbuh hingga 107 persen dibandingkan dengan 2019 sehingga dari sisi portofolio, kontribusinya 7,2 persen dari total pendanaan yang difasilitasi. Seiring dengan itu, jumlah pendana di Investree meningkat hingga 31.869 pendana aktif dan ada 1.870 peminjam.
Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gundai menyampaikan, pertumbuhan kinerja Investree membuktikan perusahaan fintech P2P lending turut membantu akses pendanaan bagi UMKM yang terdampak pandemi. Secara persentase, 58 persen UMKM yang dibantu mengalami peningkatan pendapatan dan 44 persen UMKM bisa mempertahankan karyawan dengan bantuan pendanaan dari Investree.
Paparan ini disampaikan dalam acara diskusi media Investree bertajuk ”Investree-Melanjutkan Komitmen Mendukung Perekonomian Indonesia di Tengah Pandemi melalui Ekosistem Digital”. Dalam acara yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (3/2/2021), hadir pula Co-Founder dan CEO Investree Filipina Kok Chuan Lim sebagai narasumber.
Satu hal yang penting, kata Adrian, Investree mampu menjaga tingkat keberhasilan 90 (TKB90) di angka 98,5 persen, di atas rata-rata perusahaan fintech P2P lending yang sebesar 95,2 persen. TKB90 merupakan ukuran tingkat keberhasilan penyelenggara fintech P2P lending dalam menfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjam meminjam dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari terhitung sejak jatuh tempo.
”Keberhasilan ini tidak terlepas dari pemilihan segmen kami yang berfokus dan shifting ke industri yang banyak dibutuhkan saat pandemi. Misalnya, industri kesehatan, transportasi, e-commerce, dan industri yang berkaitan dengan pengadaan pemerintah,” kata Adrian.
Sementara itu, dari sisi kontribusi langsung terhadap penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Investree telah menyalurkan Rp 50,2 miliar kepada UMKM. Kontribusi ini dilakukan dengan kolaborasi bersama Bank Mandiri.
”Kontribusi ini menjadi suatu kebanggaan bagi Investree sebagai fintech startup yang berkontribusi langsung bagi pemulihan ekonomi. Kami berharap kolaborasi ini bisa diteruskan pada 2021 dan tetap membuat pemerintah serta perbankan bisa melihat fintech P2P lending sebagai alternatif media penyaluran program PEN,” kata Adrian.
Bantu UMKM
Sebagai perusahaan fintech P2P lending yang berfokus pada sektor produktif, kehadiran Investree memang bertujuan membantu pendanaan bagi UMKM. Kolaborasi dengan perusahaan rintisan lainnya menjadi strategi untuk membentuk ekosistem digital dan memperluas jangkauan bantuan.
Kolaborasi salah satunya dilakukan dengan Gramindo, yaitu koperasi jasa dengan unit usaha simpan pinjam yang berfokus pada pembiayaan supermikro, khususnya bagi perempuan. Rentang pendanaan yang diberikan antara Rp 2 juta dan Rp 20 juta.
”Investree membangun suatu platform teknologi bersama Gramindo kepada pelaku usaha ultramikro dengan konsep tanggung renteng. Kami mulai pertama di Yogyakarta dan saat ini sudah ada sekitar 550 peminjam dengan portofolio total sekitar Rp 3 miliar yang difasilitaasi bersama Gramindo,” kata Adrian.
Kolaborasi juga dibangun bersama eFishery, yaitu perusahaan aquaculture intelligence dengan inovasi pemberian pakan secara otomatis. Kolaborasi yang dilakukan Investree menjadi strategi untuk menyasar sektor usaha mikro di sejumlah daerah.
Kerja sama dengan eFishery, kata Adrian, membuat Investree terintegrasi dengan ekosistem digital yang sudah dibangun, berkaitan dengan data profil dan skor kredit sehingga verifikasi bagi pelaku usaha mikro menjadi lebih mudah. Investree juga sudah manyalurkan sekitar Rp 30 miliar bagi para petambak yang ada dalam ekosistem eFishery.
”Inilah yang kami lakukan, yaitu berkolaborasi dengan ekosistem e-commerce, healthtech, dan startup lain untuk membantu pendanaan ritel produktif. Kolaborasi dilakukan karena kami tidak bisa terjun sendiri untuk memberikan bantuan yang lebih luas bagi UMKM,” ujar Adrian.
CEO Investree Filipina Kok Chuan Lim menyampaikan, persoalan usaha mikro yang sulit mendapatkan bantuan pendanaan juga terjadi di Filipina. Ada sekitar 1 juta usaha mikro yang belum tersentuh oleh pembiayaan dari perbankan.
”Kami menargetkan investor dari kalangan institusi sehingga ukuran cek yang didapatkan menjadi lebih besar. Dalam satu tahun pertama ini sejak 2020, fokus kami masih pada pembiayaan rantai pasok,” kata Lim.