Investree Berekspansi ke Kawasan Regional Asia Tenggara
Investree berekspansi secara regional ke Asia Tenggara. Setelah baru-baru ini resmi beroperasi di Filipina, Investree juga berencana masuk ke Thailand.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah sekitar lima tahun berkiprah di Indonesia, Investree berekspansi ke negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Baru-baru ini, Investree resmi beroperasi di Filipina dan menjadi platform urun dana atau crowdfunding pertama untuk pembiayaan usaha kecil menengah yang memperoleh izin dari Securities and Exchange Commission negara tersebut.
Co-Founder and CEO Investree Adrian Gunadi, Rabu (3/2/2021), mengatakan, Investree memperoleh lisensi usaha di Filipina pada 2020. Kemudian pada triwulan I-2021, Investree berharap bisa mengantongi lisensi dari otoritas Thailand yang saat ini sedang dalam tahap finalisasi.
Tahun ini, Investree berharap bisa mempunyai lisensi penuh di tiga negara, yakni Indonesia, Filipina, dan Thailand. Hal ini akan merupakan pencapaian strategis menimbang ketiga negara tersebut merupakan dua pertiga kekuatan ekonomi Asia Tenggara.
”Apa yang sudah kami bangun di Indonesia dan bagaimana pola kerja sama kami selama ini menjadi buku pegangan strategi pengembangan Investree di kawasan regional Asia Tenggara,” ujarnya dalam diskusi media ”Investree: Continuing the Commitment to Support the Indonesian Economy Midst of a Pandemic through Digital Ecosystem” yang digelar secara virtual.
Tahun ini, Investree berharap bisa mempunyai lisensi penuh di tiga negara, yakni Indonesia, Filipina, dan Thailand. Hal ini akan merupakan pencapaian strategis menimbang ketiga negara tersebut merupakan dua pertiga kekuatan ekonomi Asia Tenggara.
Menurut Adrian, teknologi finansial dapat mendorong inklusi keuangan. Eksistensi teknologi finansial mampu memberikan akses pendanaan kepada UKM di negara-negara tersebut.
Sama halnya dengan di Indonesia, Investree akan bekerja sama dengan mitra-mitra strategis di Filipina dan juga Thailand. Pasalnya, pandemi Covid-19 memberi kesempatan bagi teknologi finansial (tekfin) menjadi suatu solusi yang mungkin lebih relevan.
Teknologi finansial, lanjut Adrian, menjadi salah satu alternatif bagi UKM untuk tetap bisa tumbuh dan memperoleh akses pendanaan. Hal ini sesuai dengan misi Investree agar bisa menjadi industri mitra terbaik UKM.
”Meskipun berekspansi ke negara lain, fokus utama kami tetap di Indonesia. Namun, kami tetap melihat perkembangan selanjutnya di Asia Tenggara,” katanya.
Pada 2020, pendanaan Investree tercatat sebesar Rp 3,12 triliun, tumbuh 30 persen dibandingkan tahun 2019. Adapun pencairan pendanaan pada 2020 sebesar Rp 2,48 triliun atau tumbuh 29 persen. Secara kumulatif atau sejak Investree berdiri, total pendanaan yang sudah difasilitasi mencapai Rp 7,4 triliun dengan pencairan Rp 5,7 triliun.
Adrian menyatakan, pencapaian pertumbuhan pada tahun lalu itu sangat signifikan. Hal ini membuktikan, di tengah pandemi Covid-19, tekfin pembiayaan tetap bisa mendukung akses pendanaan bagi UKM yang sangat terdampak pandemi tersebut.
Co-Founder and CEO of Investree Philippines Kok Chuan Lim menuturkan, kondisi Filipina lebih kurang mirip seperti Indonesia. Banyak UMKM di Filipina yang juga sulit mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan.
”Kesenjangan kredit UMKM di Filipina senilai total 221,7 miliar dollar AS,” ujarnya.
Lim menambahkan, sebanyak 998.342 UMKM di Filipina berisiko tinggi serta tidak memiliki jaminan dan sejarah kredit. Kondisi ini membuat perbankan di Filipina menilai, banyak UMKM yang tidak memenuhi persyaratan mendapat kredit.
Upaya tekfin pembiayaan membantu UMKM yang terimbas pandemi turut membantu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang digulirkan pemerintah pada 2020 dan 2021. Salah satu program tersebut menyasar UMKM dan koperasi.
Sebanyak 998.342 UMKM di Filipina berisiko tinggi serta tidak memiliki jaminan dan sejarah kredit. Kondisi ini membuat perbankan di Filipina menilai, banyak UMKM tidak memenuhi persyaratan mendapat kredit.
Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) Eddy Satria menyatakan, pemerintah berupaya membantu koperasi dan UMKM di tengah pandemi. Pemerintah juga memfokuskan kembali anggaran untuk mencegah memburuknya dampak Covid-19 bagi UMKM.
Berdasarkan data Kemenkop dan UKM, total realisasi program PEN bagi koperasi dan UMKM sejak 2020 hingga 25 Januari 2021 sebesar Rp 110,75 triliun. Jenis bantuan yang tercakup dalam program tersebut antara lain subsidi bunga, penempatan dana untuk restrukturisasi, dan belanja imbal jasa penjaminan.
Selain itu juga berupa Pajak Penghasilan (PPh) final yang ditanggung pemerintah, pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir, dan bantuan presiden produktif bagi usaha mikro.