Sejumlah Teknologi Akan Diterapkan di Jalan Tol Indonesia
Badan Pengatur Jalan Tol bersiap mengimplementasikan sejumlah teknologi guna menopang operasi jalan tol di Indonesia tahun ini. Perkembangan pengguna dan jaringan jalan membutuhkan sistem pengelolaan yang terintegrasi.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara kendaraan keluar dari Gerbang Tol Cikampek Utama 1, Cikampek, Karawang, Jawa Barat, Senin (21/12/2020). .
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan jumlah ruas maupun panjang jalan jalan tol di Indonesia membutuhkan sistem pengelolaan yang lebih terintegrasi. Terkait hal itu, Badan Pengatur Jalan Tol siap mengimplementasikan sejumlah teknologi sebagai bagian rencana kerja strategis pada tahun 2021.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Danang Parikesit, Selasa (2/2/2021) menyebutkan, ada empat implementasi teknologi yang akan dimulai tahun 2021. Teknologi yang dimaksud adalah sistem transaksi di jalan tol tanpa henti untuk multilajur (multilane free flow/MLFF), weigh in motion (WIM), kecerdasan buatan untuk memprediksi lubang dan retak di jalan tol, serta pemodelan informasi bangunan (building information modeling/BIM).
”MLFF memberikan pengalaman dan manfaat lebih tinggi bagi pengguna jalan tol karena mereka tidak lagi melakukan tapping (menempelkan kartu untuk transaksi) di gerbang jalan tol,” kata Danang pada konferensi pers secara daring terkait dukungan inovasi dan pengembangan jalan tol 2021.
Menurut Danang, MLFF menggunakan sensor dengan teknologi berbasis sistem satelit navigasi global (GNSS/global navigation satelite system) untuk mengenali dan mengidentifikasi kendaraan. Teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan memudahkan transaksi di jalan tol.
Sementara itu, implementasi teknologi WIM berkaitan dengan rencana Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Perindustrian mencanangkan Indonesia bebas kendaraan bermuatan dan berdimensi lebih pada 1 Januari 2023. ”Mulai tanggal tersebut di jalan nasional dan jaringan jalan tol sudah tidak ada lagi kendaraan yang berdimensi lebih ataupun bermuatan lebih," ujar Danang.
Pada tahun 2021, BPJT berencana menguji coba pemasangan teknologi WIM di beberapa ruas jalan tol. Teknologi WIM dinilai dapat mengenali berat muatan dan ukuran kendaraan yang melintas di suatu ruas.
Berbeda dengan MLFF yang fokusnya ke sistem transaksi, WIM berfokus pada pengukuran berat dan dimensi kendaraan. ”(Melalui implementasi WIM) Apabila mereka (pengguna jalan) melanggar akan diberikan penalti berupa tarif lebih atau dikeluarkan dari jaringan jalan tol,” ujar Danang.
BPJT mengharapkan pada Maret 2021 sudah mendapatkan data pertama spesifikasi dari uji coba WIM. Selanjutnya, sistem teknologi WIM akan dipasang lebih luas di jaringan jalan.
KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Tangkapan layar Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Danang Parikesit, Selasa (2/2/2021)
Aplikasi teknologi berbasis kecerdasan buatan untuk memprediksi lubang dan retak di jalan tol juga akan diuji coba di beberapa ruas Jalan Tol Trans-Jawa. ”Cukup banyak keluhan masyarakat yang lewat Jalan Tol Trans-Jawa bahwa ada lubang dan retak yang tidak tertangani,” ujar Danang.
Panjang jalan tol di Indonesia yang sedemikian panjang tidak memungkinkan pendeteksian seluruh lubang dan retak secara manual. Teknologi kecerdasan buatan diharapkan menjadi solusi untuk mengenali lubang dan retak secara otomatis, baik lokasi, luasan, maupun kedalamannya.
Sistem akan memberikan perintah langsung kepada badan usaha jalan tol untuk menutup lubang dan retak. ”Harapan kami, ke depan, (kecerdasan buatan) juga dapat digunakan untuk memprediksi lubang dan retak sebelum lubang dan retak itu terjadi,” kata Danang.
Adapun BIM adalah proses berbasis model tiga dimensi yang akan memberikan wawasan dan alat bagi para profesional bidang arsitektur, teknik, dan konstruksi. Teknologi ini diharapkan dapat lebih mengefisienkan perencanaan, perancangan, pembangunan, dan pengelolaan bangunan serta infrastruktur.
Sebelumnya, Chief Representative Roatex Musfihin Dahlan mengatakan sistem MLFF memudahkan pengguna karena tidak ada lagi hambatan di pintu tol. Hal ini bisa mengurangi kemacetan.
KOMPAS/NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
Integrasi sistem transaksi jalan tol di ruas Jakarta-Tangerang-Merak pada 2017. Dengan integrasi sistem, gerbang tol yang melintang di tengah jalan utama dihilangkan dan sistem transaksi pun diintegrasikan.
Hasil studi Roatex menunjukkan rata-rata waktu yang selama ini dibutuhkan pengguna untuk membayar di pintu gerbang tol sekitar 5 detik. Apabila tidak perlu lagi berhenti untuk membayar di pintu gerbang tol, pengurangan kemacetan yang menghemat penggunaan bahan bakar minyak juga dapat mengefisienkan biaya transportasi.
Roatex Ltd dari Hongaria adalah pemenang pengadaan badan usaha pelaksana sistem transaksi jalan tol nontunai nirsentuh berbasis MLFF. Sistem tersebut diharapkan mulai diterapkan di sejumlah ruas jalan tol, terutama Jawa dan Bali, pada 2022.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Endra S Atmawidjaja, mengatakan, panjang dan jumlah ruas jalan tol di Indonesia terus bertambah. ”Saat ini panjang jalan tol sudah mendekati 2.500 kilometer dan sebagian di antaranya bukan berbentuk ruas-ruas independen, melainkan sudah membentuk sistem jaringan,” katanya.
Menurut Endra, kondisi tersebut membutuhkan pengelolaan yang berbeda dibandingkan sebelumnya. Pengelolaan dan layanan jalan tol ke depan mesti terangkum dalam sebuah sistem terintegrasi atau menyatu dari hulu hingga hilir.