Industri pariwisata dunia anjlok, bahkan tahun 2020 disebut sebagai tahun terburuk. Kondisi serupa dialami Indonesia.
Oleh
Agnes Theodora
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tahun 2020 menjadi tahun terburuk dalam sejarah pariwisata. Akibat pandemi, kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang 2020 anjlok hingga 75 persen dibandingkan dengan 2019.
Pemerintah menggantungkan pemulihan sektor pariwisata pada kunjungan wisatawan domestik dan keberhasilan program vaksinasi Covid-19.
Badan Pusat Statistik mencatat, sepanjang Januari-Desember 2020, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 4,02 juta kunjungan, turun 75,03 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebanyak 16,1 juta kunjungan. Sebelumnya, kunjungan wisman terendah pada 2003, yakni 4,46 juta kunjungan.
Selama pandemi Covid-19, kunjungan wisman Hong Kong turun paling tajam, yakni 94,64 persen. Sementara kunjungan wisman China turun 88,63 persen dan Uni Emirat Arab turun 88,11 persen. Sementara, wisman yang paling banyak datang ke Indonesia dari Timor Leste (1,01 juta kunjungan), Malaysia (978.800 kunjungan), Singapura (277.470 kunjungan), dan Australia (251.190 kunjungan).
Ketua BPS Suhariyanto, Senin (1/2/2021), mengatakan, sebagian besar wisman yang datang ke Indonesia sepanjang tahun 2020 tidak berkunjung untuk berekreasi, tetapi untuk perjalanan bisnis atau melaksanakan tugas dan misi tertentu terkait pandemi. ”Tampaknya, sektor pariwisata masih akan menghadapi tantangan yang berat ke depan selama pandemi belum terkontrol,” ujarnya.
Sebagian besar wisman yang datang ke Indonesia sepanjang tahun 2020 tidak berkunjung untuk berekreasi, tetapi untuk perjalanan bisnis atau melaksanakan tugas dan misi tertentu terkait pandemi
Apalagi, saat ini banyak negara masih memberlakukan larangan bepergian akibat gelombang lanjutan pandemi dan kemunculan varian baru virus.
Suhariyanto mengatakan, pariwisata selama pandemi akan bergantung pada kunjungan wisatawan domestik. BPS masih mengumpulkan data dan menganalisis tingkat kunjungan wisatawan Nusantara sepanjang tahun lalu. ”Selama tahun 2020, karena kunjungan wisman turun sangat jauh, mau tidak mau pariwisata ke depan akan lebih bersandar pada wisatawan domestik,” katanya.
Barometer Pariwisata Dunia 2020 yang dikeluarkan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) pada 28 Januari 2021 menyebut, tahun 2020 sebagai tahun terburuk dalam sejarah industri pariwisata. Tingkat kunjungan wisatawan dunia turun hingga 74 persen. UNWTO memperkirakan, pendapatan yang hilang di sektor pariwisata di seluruh dunia mencapai 1,3 triliun dollar AS, lebih dari 11 kali lipat kerugian yang disebabkan oleh krisis ekonomi global pada 2009.
UNWTO, yang semula optimistis pemulihan bisa mulai terjadi pada 2021, merevisi proyeksinya. Hasil survei UNWTO menunjukkan, pemulihan diperkirakan baru bisa terjadi pada 2022. ”Meskipun kita sudah berusaha menerapkan berbagai protokol dan cara-cara aman untuk bepergian, tetapi krisis ini masih jauh dari kata selesai,” kata Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili.
Vaksinasi
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengaku belum bisa memprediksi pemulihan pariwisata. Namun, ia berharap, program vaksinasi nasional yang saat ini sedang berlangsung bisa membantu mempercepat pemulihan.
”Saya tidak tahu kapan semua ini akan pulih, saya sendiri berharap bisa menjawab itu. Tetapi, kalau melihat distribusi vaksin ini, saya berharap 3-6 bulan ke depan kita fokus dulu penanganan pandemi, 6-12 bulan ke depan kita mulai memulihkan kunjungan domestik, dan setelah itu baru mulai memulihkan kunjungan wisman,” katanya dalam diskusi daring dengan Ikatan Alumni Program Habibie.
Ia mengatakan, industri pariwisata akan lebih mengandalkan kunjungan wisatawan domestik daripada wisman. Paket-paket wisata dalam negeri dengan standar berkualitas akan disiapkan untuk mengalihkan perhatian wisatawan domestik pada destinasi wisata di dalam negeri.
”Kita terus mengejar Thailand yang kunjungan wismannya di atas 40 juta atau Malaysia yang di atas 25 juta. Tetapi, kita lupa, kita punya potensi 50 juta wisatawan Nusantara yang selama ini berlibur ke luar negeri dan menghabiskan sampai Rp 150 triliun per tahun,” katanya.
Kita lupa, kita punya potensi 50 juta wisatawan Nusantara yang selama ini berlibur ke luar negeri dan menghabiskan sampai Rp 150 triliun per tahun.
Menurut Sandiaga, krisis saat ini akan membawa perubahan besar dalam perkembangan industri pariwisata ke depan. ”Ini adalah kesempatan kita untuk mendesain dan merevisi ulang kebijakan pariwisata kita, dari yang selama ini terpaku mengejar kuantitas, menjadi mengejar kualitas,” katanya. (AGE)