Melayani Kebutuhan Semua Segmen
Bank Syariah Indonesia diresmikan hari Senin (1/2/2021) ini. Bank ini akan berperan dalam perekonomian syariah yang inklusif di Indonesia dan di tingkat global.
Setelah efektif merger, manajemen PT Bank Syariah Indonesia Tbk akan fokus memastikan proses integrasi layanan dari ketiga bank asal. Langkah itu untuk membantu pemerintah mewujudkan percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Untuk mengetahui kiprah lebih lanjut Bank Syariah Indonesia, berikut petikan wawancara Kompas dengan Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk Hery Gunardi, akhir pekan lalu.
Kontribusi apa yang akan diberikan Bank Syariah Indonesia terhadap proses dan upaya pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19?
Bank Syariah Indonesia memiliki modal dan aset yang cukup, sumber daya manusia yang kompeten, sistem teknologi informasi yang mumpuni, serta dilengkapi produk-produk yang bersaing sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh segmen nasabah dan dapat bermanfaat luas bagi masyarakat.
Selama pandemi Covid-19, bank-bank syariah mampu memberikan kinerja yang positif dan menjadi sumber pertumbuhan baru yang berperan dalam percepatan ekonomi nasional.
Bank Syariah Indonesia sebelum merger sudah menyalurkan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) dalam bentuk pembiayaan, seperti kredit usaha rakyat (KUR) syariah. Per 8 Januari 2020, pembiayaan PEN yang telah kami salurkan mencapai Rp 7,59 triliun dari dana yang dititipkan pemerintah sebesar Rp 3 triliun.
Berapa estimasi modal inti dan nilai aset dari Bank Syariah Indonesia setelah merger serta seperti apa pemanfaatannya?
Total modal inti gabungan tiga bank syariah milik Himbara pada 2020 mencapai Rp 20,4 triliun. Berdasarkan analisis yang kami buat, akan ada tambahan retained earning (laba ditahan) dari net profit (laba bersih)dan penambahan sekitar 12 persen penerbitan right issue. Maka, proyeksi modal inti pada 2022 sekitar Rp 31 triliun.
Dengan modal sebesar itu, Bank Syariah Indonesia dapat masuk kelompok BUKU IV. Penguatan modal tersebut tentunya sangat bermanfaat untuk Bank Syariah Indonesia dalam ekspansi bisnis dan melayani kebutuhan produk dan layanan syariah yang beragam.
Harapan kami, jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas (return on equity/ROE) akan meningkat di kisaran 13-14 persen atau lebih tinggi dari posisi tahun 2020, yaitu 11,19 persen. Kami optimistis aset akan terus tumbuh berkelanjutan didorong peningkatan dana pihak ketiga dengan proyeksi aset Rp 277 triliun pada 2022.
Seperti apa peran Bank Syariah Indonesia dalam mewujudkan percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia?
Dengan aset yang dimiliki Bank Syariah Indonesia, pasar yang akan dilayani sangat luas. Bank Syariah Indonesia akan memiliki layanan keuangan syariah yang lengkap untuk beragam kebutuhan finansial seluruh segmen nasabah, mulai dari segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), konsumer, dan wholesale.
Dengan aset yang dimiliki Bank Syariah Indonesia, pasar yang akan dilayani sangat luas.
Penggabungan ketiga bank syariah menjadi Bank Syariah Indonesia juga dapat memberi efek domino positif bagi perekonomian, khususnya ekonomi syariah dan industri halal yang sedang didorong pemerintah. Kami berkomitmen memfasilitasi industri halal nasional sehingga Indonesia dapat menjadi pelaku industri halal global serta meningkatkan ekspor produk halal.
Dengan total aset Rp 240 triliun dan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun, dalam lima tahun mendatang, Bank Syariah Indonesia memiliki visi untuk masuk ke dalam 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Baca juga : Resmi Merger, Tiga Bank Syariah BUMN Bentuk Bank Syariah Indonesia
Visi ini akan realistis jika Bank Syariah Indonesia dapat meraih potensi pasar syariah yang selama ini belum tersentuh serta menjadi bank syariah yang mengikuti modernitas perkembangan zaman dan kuat secara teknologi digital. Di samping itu, sukuk di pasar global merupakan salah satu pasar yang akan dituju Bank Syariah Indonesia untuk pendanaan proyek-proyek baru maupun recycle dari proyek-proyek lama yang sudah ada di Indonesia.
Kami berkomitmen memfasilitasi industri halal nasional sehingga Indonesia dapat menjadi pelaku industri halal global serta meningkatkan ekspor produk halal.
Apa langkah konkret yang akan dilakukan Bank Syariah Indonesia untuk menggarap segmen sukuk di pasar global? Adakah rencana lain untuk menjajaki pasar ekonomi syariah global?
Dalam jangka pendek, Bank Syariah Indonesia memiliki rencana untuk membuka kantor representatif di Dubai, Uni Emirat Arab, serta kawasan Timur Tengah, sambil mempelajari peluang di negara lain yang memiliki pasar syariah menarik, seperti Malaysia dan Eropa.
Saat ini, pemimpin ekonomi syariah di kawasan Eropa berpusat di London. Secara jangka panjang, tidak menutup kemungkinan Bank Syariah Indonesia bisa menjajaki pasar ekonomi syariah di Eropa.
Di mata Anda, apa kendala yang dihadapi industri halal di Indonesia sehingga industri halal masih kesulitan meningkatkan pangsa pasar domestik?
Kita semua tahu, potensi industri halal di Indonesia lebih dari Rp 3 triliun per tahun. Akan tetapi, potensi itu dinikmati negara lain, sedangkan Indonesia sebagian besar hanya menjadi konsumen.
Baca juga : Potensi Besar Ekonomi Syariah
Industri halal di Indonesia masih terkendala beberapa aspek, salah satunya akses pelaku usaha, khususnya UMKM, ke pasar internasional masih terbatas. Mulai dari askes permodalan dan sistem pembayaran yang masih terbatas, belum optimalnya pemanfaatan teknologi digital, sampai orientasi UMKM halal yang belum berorientasi ekspor untuk masuk ke pasar global.
Untuk itu, harus kita dorong agar Indonesia tak hanya menjadi konsumen, tetapi juga menjadi pelaku usaha halal. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, kami akan memberikan dukungan melalui pembiayaan bagi UMKM di industri halal dan pengembangan produk-produk digital.
Harus kita dorong agar Indonesia tak hanya menjadi konsumen, tetapi juga menjadi pelaku usaha halal.
Kolaborasi seperti apa yang akan dilakukan Bank Syariah Indonesia dengan lembaga keuangan syariah untuk membangun ekosistem keuangan syariah domestik?
Untuk menopang pertumbuhan industri halal, diperlukan kolaborasi antarlembaga keuangan syariah yang kuat sehingga tercipta rantai pasok halal, mulai dari infrastruktur seperti kawasan industri halal, laboratorium industri halal, pelabuhan halal, askes permodalan, teknologi digital, hingga pelaku usaha yang berorientasi ke pasar global.
Untuk mewujudkan industri halal di Indonesia, diperlukan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan keuangan syariah, termasuk bank-bank syariah. Bank-bank syariah bisa menjadi kolaborator yang menghubungkan pemangku kepentingan industri halal dan ekosistem halal serta meningkatkan peran intermediasi untuk mendukung produsen industri halal melalui akses permodalan.
Baca juga : Memperkuat Peran Perbankan Syariah
Selain itu, Bank Syariah Indonesia juga dapat menjadi pusat penelitian atau pembelajaran bersama dengan bank syariah lainnya. Kami juga dapat bersinergi dengan bank syariah lain dalam edukasi dan literasi ekosistem keuangan syariah.