Bank Syariah Indonesia resmi beroperasi per 1 Februari 2021. Bank beraset Rp 240 triliun ini diharapkan turut menggeliatkan pemulihan ekonomi nasional yang tengah terimbas pandemi Covid-19.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kiprah Bank Syariah Indonesia diyakini dapat memberikan efek domino bagi ekonomi syariah dan rantai pasok industri halal dalam negeri. Kekuatan aset yang nilainya mencapai Rp 240 triliun membuat kontribusi bank hasil penggabungan usaha tiga bank syariah badan usaha milik negara terhadap pemulihan ekonomi akan cukup signifikan tahun ini.
Izin legalisasi penggabungan usaha dari tiga bank syariah milik BUMN, yakni PT Bank Mandiri Syariah (Persero), PT Bank BRI Syariah (Persero) Tbk, dan PT Bank BNI Syariah (Persero), dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah dikantongi sejak pertengahan pekan lalu. PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI secara formal mulai beroperasi pada Senin (1/2/2021).
Sebagai langkah awal, jajaran manajemen BSI akan fokus untuk memastikan proses integrasi layanan dan inti bisnis (core banking) dari ketiga bank berjalan baik dan minim disrupsi demi peningkatan layanan kepada masyarakat dan nasabah.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi, dalam wawancara dengan harian Kompas akhir pekan lalu, mengatakan, dengan menggabungkan aset ketiga bank syariah BUMN, secara otomatis pasar yang akan dilayani perseroan akan semakin luas, mulai dari segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), konsumer, hingga korporasi. Luasnya jangkauan layanan keuangan syariah BSI ini akan turut menopang upaya pemangku kebijakan dalam mempercepat laju upaya pemulihan ekonomi nasional tahun ini.
”Komitmen kami adalah untuk memfasilitasi industri halal nasional sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pasar dari produk industri halal, tetapi juga bisa turut menjadi pelaku industri halal global,” ujarnya.
Komitmen kami adalah untuk memfasilitasi industri halal nasional sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pasar dari produk industri halal, tetapi juga bisa turut menjadi pelaku industri halal global.
Menurut Hery, total aset BSI sebesar Rp 240 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan Bank Syariah Indonesia di posisi ketujuh dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset.
Dalam lima tahun ke depan, BSI memiliki visi untuk masuk dalam jajaran 10 besar bank syariah dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di dunia. Visi tersebut dapat tercapai dengan catatan BSI mampu menggarap potensi pasar syariah yang selama ini belum tersentuh, yang nilai potensinya mencapai Rp 3 triliun per tahun.
”Di samping itu, sukuk di pasar global merupakan salah satu pasar yang akan dituju oleh BSI untuk melakukan pendanaan proyek-proyek baru ataupun proyek-proyek lama yang sudah ada di Indonesia,” ujarnya.
Kekuatan manajemen
Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ventje Rahardjo Soedigno menilai, jaringan dan kelengkapan produk keuangan syariah dari BSI dapat memperkuat kapasitas industri keuangan syariah untuk melayani masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi. Namun, untuk bisa mengelola basis nasabah dan jaringan layanan keuangan yang luas, BSI harus harus memiliki manajemen yang kuat.
Kekuatan di jajaran manajemen merupakan kunci dari terjaganya kualitas layanan untuk nasabah yang dulunya merupakan nasabah dari ketiga bank BUMN syariah ataupun nasabah baru.
”Saya berharap, BSI dapat menjadi penggerak utama dalam pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah dengan meningkatkan pengembangan industri halal yang sudah dirintis oleh ketiga bank syariah BUMN sebelum merger,” ujar Ventje.
Untuk bisa mengelola basis nasabah dan jaringan layanan keuangan yang luas, BSI harus harus memiliki manajemen yang kuat.
Per Desember 2020, total laba tiga bank syariah tersebut mencapai Rp 2,19 triliun. Dari sisi pembiayaan, Bank Syariah Mandiri dan BRIsyariah masing-masing tumbuh 10,43 persen dan 46,24 persen secara tahunan. Sementara realisasi pembiayaan yang disalurkan BNI Syariah sepanjang 2020 sebesar Rp 33,05 triliun, tumbuh tipis dari realisasi tahun sebelumnya Rp 32,58 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana berharap, ke depan, BSI dapat memfasilitasi seluruh kebutuhan pelaku industri di ekosistem ekonomi syariah. OJK juga melihat, BSI akan mampu mengerek rasio aset perbankan syariah yang kini berada di angka 6,51 persen dibanding total aset perbankan nasional.
”Tantangan jangka pendeknya adalah bagaimana perbankan kita bisa melakukan pemulihan sektor riil dan konsolidasi bisnis untuk mengatasi pandemi,” ujar Heru.
Tantangan jangka pendeknya adalah bagaimana perbankan kita bisa melakukan pemulihan sektor riil dan konsolidasi bisnis untuk mengatasi pandemi.
Tahun lalu, ketiga bank syariah BUMN berkontribusi terhadap upaya pemulihan pemulihan Covid-19 dengan menyalurkan dana program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam bentuk pembiayaan. Dana Rp 3 triliun yang ditempatkan pemerintah tahun sebelumnya telah dilipatgandakan menjadi Rp 7,59 triliun per 8 Januari 2021.
Peneliti ekonomi syariah Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fauziah Rizki Yuniarti, berharap BSI tetap fokus pada tujuan awal penggabungan usaha, yakni meningkatkan daya saing dan pangsa pasar keuangan syariah. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, BSI harus mengembangkan produk syariah.
”Hal itu termasuk manajemen risiko atas produk berakad mudharabah maupun musharakah sehingga porsi pembiayaan lebih merata dan tidak didominasi pembiayaan murabahah,” ujar Fauziah.
Fauziah menambahkan, entitas baru ini juga perlu mengembangkan produk pembiayaan ke UMKM yang lebih tepat sehingga mampu meningkatkan porsi pembiayaan untuk segmen ini. Pengembangan tersebut diharapkan membuat BSI tidak sekadar berupaya memenuhi persyaratan minimal alokasi pembiayaan 20 persen untuk UMKM seperti telah diatur Bank Indonesia.