Transaksi Nirsentuh Tanpa Berhenti di Tol Ditargetkan Mulai 2022
Sistem transaksi tol nontunai nirsentuh berbasis ”multilane free flow” diharapkan kian memudahkan pengguna jalan. Sistem ini diharapkan bisa mulai diterapkan di sebagian jalan tol di Jawa dan Bali tahun 2022.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Kendaraan memasuki Gerbang Tol Karang Tengah Barat 1, Kota Tangerang, yang sudah resmi dibuka untuk umum, Jumat (27/11/2015).
JAKARTA, KOMPAS — Sistem transaksi tol nontunai nirsentuh tanpa berhenti atau multilane free flow diharapkan dapat diterapkan di sejumlah ruas tol di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, mulai 2022. Sistem tersebut memudahkan pengguna jalan tol karena tidak ada lagi hambatan di gerbang tol.
Terkait itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 27 Januari 2021 telah menetapkan perusahaan asal Hongaria, Roatex Ltd, sebagai pemenang lelang pengadaan sistem transaksi tol nontunai nirsentuh. Sebelumnya, pada Februari 2019, Roatex dipercaya sebagai badan usaha pemrakarsa studi kelayakan.
”Kami diberi waktu paling lambat 70 hari sejak ditetapkan untuk sampai pada penandatanganan kontrak. Kami dengan BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) saat ini sedang menyelesaikan perjanjian kerja samanya,” kata Chief Representative Roatex Musfihin Dahlan saat dihubungi, Jumat (29/1/2021).
Musfihin menambahkan, Roatex dan BPJT juga tengah menyusun rencana kerja yang akan diajukan ke pemerintah. Pelaksanaan konstruksi akan diselesaikan dalam waktu satu tahun sejak penandatanganan kontrak kerja sama.
Roatex berharap awal tahun depan sebagian ruas tol sudah menerapkan sistem transaksi tol nontunai nirsentuh berbasis multilane free flow (MLFF). ”BPJT mengharapkan yang pertama (menerapkan sistem itu adalah tol di) Jabodetabek, tol di Jawa, Bali, lalu Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,” ujar Musfihin.
Kompas
Kepadatan kendaraan arus balik terjadi menjelang Gerbang Tol Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang mengarah ke Jakarta, Senin (11/7/2016) pukul 14.45.
Menurut dia, solusi teknologi yang akan diterapkan berbasis sistem satelit navigasi global (GNSS/global navigation satellite system). GNSS disebut sebagai teknologi paling mutakhir dalam sistem transaksi nontunai nirsentuh berbasis MLFF.
Teknologi yang dimaksud terbuka bagi pengembangan pelayanan jalan berbayar lainnya, termasuk ERP (electronic road pricing). Teknologi ini juga mendukung manajemen lalu lintas berbasis mahadata (big data), dynamic pricing, perparkiran, dan lainnya sesuai perkembangan kebutuhan.
Merujuk pengalaman penerapannya di Hongaria lebih dari tujuh tahun terakhir, solusi ini memudahkan pengguna jalan tol karena tanpa ada hambatan. ”Pengguna dimudahkan karena tidak ada lagi hambatan di pintu tol. Jadi, kemacetan bisa berkurang,” ujar Musfihin.
Hasil studi Roatex menunjukkan, rata-rata waktu yang selama ini dibutuhkan pengguna untuk membayar di pintu tol 5 detik. Apabila tidak lagi berhenti untuk membayar di pintu tol, kemacetan berkurang, penggunaan bahan bakar pun lebih hemat sehingga biaya transportasi lebih efisien.
Dalam pelaksanaannya nanti, kata Musfihin, pengguna jalan tol harus registrasi melalui aplikasi e-Obu (onboard unit) atau dengan tiket perjalanan bagi pengguna sekali jalan.
Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sanny Iskandar mengatakan, salah satu harapan pelaku usaha adalah peningkatan layanan di jalan tol. Peningkatan layanan itu, antara lain, mencakup kelancaran, kondisi jalan, dan informasi lalu lintas di jalan tol.
Sebelumnya, Kepala BPJT Danang Parikesit menyebutkan, per akhir tahun 2020, panjang jaringan jalan tol di Indonesia mencapai 2.346 km. Pada tahun 2021, panjangnya diharapkan mencapai 2.756 km dengan prognosis 4 juta transaksi harian. Sesuai rencana pembangunan jangka menengah, sasaran panjang jalan tol pada tahun 2024 mencapai 4.761 km.