Perluas Jangkauan 4G, Kontrak Pembangunan BTS untuk 2.700 Desa Diteken
BAKTI menandatangani kerja sama dengan Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data untuk penyediaan BTS 4G. Infrastruktur jaringan 4G itu diharapkan meningkatkan layanan telekomunikasi di 2.700 desa di Indonesia.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dan sejumlah mitra menandatangani kontrak pengadaan infrastruktur base transceiver station atau BTS 4G yang mencakup 2.700 desa di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini diharapkan rampung pada akhir 2022.
Direktur Utama BAKTI Anang A Latif dan Huang Liang, perwakilan kemitraan Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data menandatangani kontrak yang meliputi dua paket pengadaan tersebut, Jumat (29/1/2021).
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menyatakan, pembangunan infrastruktur tersebut akan menghadirkan layanan jaringan 4G dengan teknologi terbaik untuk wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). ”Kami mengharapkan proyek pengadaan ini dapat memperkecil kesenjangan digital,” katanya.
Paket 1 mencakup 1.364 desa/kelurahan yang tersebar di area Sumatera, Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Adapun paket 2 meliputi 1.336 desa/kelurahan yang ada di area Sulawesi dan Maluku.
Desa/kelurahan tersebut masuk dalam 12.548 desa/kelurahan yang belum terjangkau oleh jaringan 4G. Pemerintah tengah mengatasinya melalui operator telekomunikasi untuk melayani 3.435 desa/kelurahan dan penugasan kepada BAKTI sebanyak 9.113 desa/kelurahan.
Johnny menyebutkan, total anggaran untuk pengadaan kedua paket tersebut berkisar Rp 7,5 triliun dan merupakan belanja negara. Karena menggunakan anggaran tahun 2021-2022, dia menargetkan proyek pengadaan selesai pada akhir 2022.
Secara keseluruhan, ada lima paket pembangunan BTS 4G. Dia menyatakan, tiga paket lainnya sedang dalam proses lelang. Kontrak pengadaan diharapkan dapat ditandangani pada Februari 2021. Secara keseluruhan, kelima paket itu akan membangun sekitar 7.904 BTS.
Anang menambahkan, tiga paket lainnya mencakup area Papua. Ada 5.204 desa/kelurahan dalam ketiga paket tersebut. ”Papua memiliki kontur berbeda sehingga detail perencanaan jaringannya perlu disesuaikan agar dapat melayani desa/kelurahan yang ada,” ujarnya.
Sementara itu, Huang berharap, pengadaan ini akan membawa transformasi digital ke daerah-daerah pelosok sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat setempat. Warga di area tersebut juga dapat mengikuti kegiatan ekonomi digital, salah satunya berjualan di e-dagang.
Tantangan
Di sisi lain, ada sejumlah tantangan dalam membangun BTS di wilayah 3T. Huang mencontohkan, sejumlah titik pembangunan berada di area pegunungan dan ada juga yang tidak memiliki akses jalan.
Anang mengatakan, sejumlah desa/kelurahan masih mengalami keterbatasan listrik, misalnya listrik hanya beroperasi 3-4 jam dalam sehari. Oleh sebab itu, BTS menggunakan teknologi yang memanfaatkan panel surya dan dapat bertahan selama tiga hari.
Karena pembangunan BTS berada di daratan, Johnny menilai, pengadaan lahan juga menjadi aspek penting. ”Oleh sebab itu, kami bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat demi memenuhi kebutuhan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi,” katanya.