JAKARTA, KOMPAS — Perbaikan ekonomi Indonesia terus berlangsung. Faktor pendorong pertumbuhan dipacu, sedangkan faktor risiko ditekan agar tidak mengganggu pemulihan.
Vaksinasi, sebagai faktor pendobrak atau game changer, bisa menjadi faktor yang mempercepat perbaikan perekonomian jika dilakukan dengan cepat dan tepat. Sebab, program vaksinasi bisa memacu sektor-sektor ekonomi yang melambat akibat pandemi agar bergerak kembali.
Namun, program vaksinasi juga bisa menjadi faktor risiko jika tidak dikelola dengan baik.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, berbagai faktor pendukung diupayakan, sedangkan faktor risiko ditekan. ”Stimulus fiskal dan moneter bisa menjadi daya dukung pemulihan ekonomi, bersama dengan kondisi global yang mulai membaik,” katanya dalam forum diskusi terfokus bersama media secara dalam jaringan, Senin (25/1/2021).
Terkait program vaksinasi, BI juga terlibat dalam pembiayaan vaksin di Indonesia. Caranya melalui pembelian surat berharga negara, yang hingga kini senilai Rp 47 triliun. ”Dana berbagi beban tahun lalu dipindahkan ke tahun ini, digunakan untuk pembiayaan vaksin,” jelasnya.
Perry menambahkan, kredit atau pembiayaan perbankan merupakan faktor pendukung pemulihan ekonomi. Intermediasi perbankan dan kecermatan transmisi besaran suku bunga acuan BI ke suku bunga kredit menjadi fokus BI.
Suku bunga acuan BI pada posisi 3,75 persen sejak November 2020. Perry memastikan kebijakan suku bunga rendah masih akan berlanjut hingga ada tanda-tanda inflasi, khususnya inflasi inti.
Perry menambahkan, kredit atau pembiayaan perbankan merupakan faktor pendukung pemulihan ekonomi.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menyampaikan, akselerasi penanaman modal asing turut mendorong pemulihan ekonomi. ”Faktor pendukung pemulihan ekonomi adalah peningkatan investasi swasta sejalan dengan stimulus pemerintah untuk mendorong pulihnya permintaan,” katanya
Menurut Andry, perekonomian Indonesia telah melewati dampak terdalam dari pandemi Covid-19 pada triwulan II-2020 saat mencatat kontraksi pertumbuhan 5,32 persen.
”Perekonomian Indonesia pada 2021 akan beranjak dari fase bertahan menuju fase pemulihan dengan dukungan beberapa faktor, yaitu program vaksinasi yang sudah mulai berjalan, implementasi Undang-Undang Cipta Kerja, dan penurunan kasus Covid-19,” tuturnya.
Dalam konferensi pers Mandiri Investment Forum 2021 secara virtual, Senin, Direktur Tresuri dan Internasional Bank Mandiri Panji Irawan memaparkan, proyeksi Bank Mandiri atas pertumbuhan ekonomi RI tahun ini adalah 4,4 persen.
”Pertumbuhan ekonomi tahun ini didukung pertumbuhan investasi di berbagai sektor yang mencapai 4 persen dibandingkan dengan 2020,” kata Panji.
Menurut Panji, ada lima sektor yang menjadi sumber pertumbuhan investasi di Indonesia tahun ini. Kelima sektor ini adalah infrastruktur, kesehatan dan pendukungnya, pendidikan, komunikasi, serta manufaktur.
Sektor infrastruktur masih menjadi prioritas pemerintah untuk mendukung konektivitas antarpulau dan di dalam pulau. ”Ada efek domino di level kabupaten dan provinsi terkait arus barang yang didorong pengembangan infrastruktur,” ujarnya.
Sektor infrastruktur masih menjadi prioritas pemerintah untuk mendukung konektivitas antarpulau dan di dalam pulau.
Adapun sektor kesehatan dan pendukungnya, lanjut Panji, tumbuh di masa pandemi. Industri sebagai sektor pendukung kesehatan juga tumbuh seiring peningkatan permintaan produk farmasi sehingga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru.
Sementara itu, geliat di sektor pendidikan didorong digitalisasi akibat pembatasan sosial di masa pandemi Covid-19. Hal ini turut mendorong sektor komunikasi yang menitikberatkan pada penyediaan infrastruktur telekomunikasi.
”Kegiatan virtual membutuhkan layanan komunikasi, termasuk penyedia layanan internet,” ujarnya.
Panji menambahkan, pertumbuhan sektor manufaktur tahun ini akan didorong dengan banyaknya perjanjian perdagangan, seiring pelonggaran perbatasan di sejumlah negara di dunia yang turut mendorong kinerja ekspor.
Direktur PT Mandiri Sekuritas Silva Halim mengatakan, tahun ini akan menjadi tahun kebangkitan pasar modal di dalam negeri. Hal ini mulai terlihat dari masuknya dana asing ke dalam negeri sejak awal tahun. ”Kami melihat tahun ini tahun yang baik buat pasar modal. Sejak Januari, animo investor asing dan korporasi dalam mencari pendanaan di pasar modal sudah sangat tinggi,” ujarnya.
Tahun ini akan menjadi tahun kebangkitan pasar modal di dalam negeri.
Bank Indonesia memperkirakan, aliran modal asing ke Indonesia tahun ini 19,6 miliar dollar AS.
Obligasi untuk vaksinasi
Kementerian Keuangan menetapkan target awal pemesanan obligasi ritel negara atau ORI019 senilai Rp 10 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan program vaksinasi.
Masa penawaran ORI019 dibuka mulai Senin (25/1) hingga 18 Februari 2021 pukul 10.00 WIB. ORI019 memiliki jenis kupon tetap 5,57 persen per tahun hingga saat jatuh tempo pada 15 Februari 2024. Pembayaran imbal dilakukan setiap tanggal 15 per bulan yang ditransfer ke rekening investor.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan, dana hasil penjualan ORI019 akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggaran sektor kesehatan, terutama penanganan Covid-19 serta peningkatan akses dan mutu fasilitas kesehatan.
”Dana hasil penjualan ORI019 akan masuk ke rekening negara sebagai pembiayaan umum untuk membiayai berbagai belanja pemerintah, termasuk sektor kesehatan,” kata Deni dalam peluncuran ORI019, Senin.
Dana hasil penjualan ORI019 akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggaran sektor kesehatan, terutama penanganan Covid-1 serta peningkatan akses dan mutu fasilitas kesehatan.
Dana hasil penjualan ORI019 juga akan digunakan untuk membiayai obat-obatan dan vaksin lainnya senilai Rp 3,14 triliun, termasuk tambahan makanan ibu hamil dan anak balita Rp 1,1 triliun. Belanja sektor kesehatan sepanjang 2021 tetap menjadi prioritas pemerintah.