Di Tengah Pandemi, Ekspor Pertanian Sumut Bertumbuh 12,14 Persen
Ekspor produk pertanian dari Sumatera Utara bertumbuh 12,14 persen pada 2020 di tengah pandemi Covid-19. Ekspor ditopang komoditas unggulan seperti minyak sawit mentah, kopi biji, pinang biji, dan karet.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ekspor produk pertanian dari Sumatera Utara bertumbuh 12,14 persen pada 2020. Ekspor pertanian mampu bertumbuh di tengah pandemi Covid-19 karena ditopang komoditas unggulan seperti minyak sawit mentah, kopi biji, pinang biji, dan karet. Sebanyak 10 jenis komoditas baru juga mampu menembus pasar ekspor pada 2020.
”Ekspor produk pertanian menjadi salah satu penopang ekonomi Sumut di tengah pandemi. Pada 2021 ini, diperkirakan ekspor produk pertanian masih akan bertumbuh,” kata Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan Hasrul, di Medan, Senin (25/1/2021).
Nilai ekspor komoditas pertanian dari wilayah kerja Balai Besar Karantina Pertanian Belawan pada 2020 mencapai Rp 23,61 triliun meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 21,05 triliun.
Ekspor produk pertanian menjadi salah satu penopang ekonomi Sumut di tengah pandemi. Di 2021 ini, diperkirakan ekspor produk pertanian masih akan bertumbuh. (Hasrul)
Nilai ekspor paling tinggi dibukukan komoditas minyak sawit, yakni Rp 9,71 triliun dengan volume 568.851 ton, kemudian diikuti kopi biji Rp 4,54 triliun dengan volume 63.756 ton, serta pinang biji Rp 2,46 triliun dengan volume 95.434 ton. Komoditas lainnya, yakni RBD palm olein (minyak goreng sawit) Rp 1,18 triliun dengan volume 89.401 ton dan karet lempengan Rp 1,11 triliun dengan volume 65.194 ton.
Menurut Hasrul, beberapa indikator lain juga menopang pertumbuhan ekspor produk pertanian seperti jumlah eksportir yang bertambah sebanyak 77 perusahaan, frekuensi pengiriman yang meningkat dari 11.529 kali menjadi 11.922 kali. Komoditas ekspor juga meningkat dari 142 jenis menjadi 152 jenis pada 2020.
Menembus ekspor
Beberapa komoditas pertanian baru yang berhasil menembus pasar ekspor yakni buah tempayang, manisan kelapa, kecombrang, sirih, daun cincau, bawang daun, dan bunga krisan. ”Beberapa di antaranya bahkan tidak disangka sebelumnya bisa menembus pasar ekspor,” kata Hasrul.
Nilai ekspor paling tinggi dari komoditas baru dicatat oleh manisan kelapa senilai Rp 1,28 miliar dan tempayang Rp 1,05 miliar. Permintaan tempayang datang karena dipercaya berkhasiat meredakan batuk, demam, dan radang tenggorokan.
Peningkatan ekspor tersebut, kata Hasrul, membuat Balai Besar Karantina Pertanian Belawan mendapat predikat terbaik ketiga di seluruh Indonesia.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Ali Jamil pun mengapresiasi peningkatan ekspor pertanian dari Sumut yang diraih di tengah tekanan pandemi Covid-19.
Ia pun berharap, ekspor pertanian dari Sumut bisa terus bertumbuh dan menopang ekspor secara nasional. Ia pun optimistis gerakan tiga kali lipat ekspor pertanian bisa diwujudkan meski di tengah pandemi.
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor pertanian secara nasional pada tahun 2020 mencapai Rp. 399,53 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 12,63 persen dibandingkan capaian tahun 2019 yang mencapai Rp 349,07 triliun.
Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, sektor pertanian dan perkebunan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sumut di tengah pandemi. ”Pemerintah Provinsi Sumut pun fokus pada sektor pertanian mengingat kontribusinya kepada ekonomi cukup besar,” kata Edy.
Selain untuk ekspor, kata Edy, hasil pertanian dari Sumut juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lainnya. Rantai industri perkebunan juga relatif lebih aman dari dampak kesehatan pandemi Covid-19. Proses produksi bisa tetap dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.