BCA akan meluncurkan BCA Digital dan BRI tengah mempersiapkan BRI Agro menjadi bank digital. Sementara ”insurtech” juga terus berkembang. Pelaku UMKM bisa memanfaatkan peluang ini.
JAKARTA, KOMPAS — Pada tahun ini, digitalisasi layanan perbankan dan asuransi diperkirakan akan semakin marak. Sejumlah bank konvensional berencana mewujudkan bank digital, sedangkan insurance technology atau teknologi asuransi terus bertumbuh.
Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk Vera Eve Lim menuturkan, BCA Digital atau bank digital BCA direncanakan diluncurkan tahun ini. Untuk fase awal peluncuran, BCA Digital akan memfasilitasi berbagai transaksi perbankan digital melalui aplikasi digital berbasis telepon pintar, sekaligus meningkatkan basis nasabah.
BCA Digital bakal menyalurkan kredit, khususnya menyasar segmen individual bisnis, ritel, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). ”Dari terget usia, BCA Digital akan menggarap seluruh segmen tanpa membatasi usia kelompok tertentu,” ujarnya, Jumat (22/1/2021).
BCA Digital bakal menyalurkan kredit, khususnya menyasar segmen individual bisnis, ritel, serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk berencana mentransformasi anak usahanya, PT BRI Agroniaga Tbk atau BRI Agro, menjadi bank yang fokus untuk segmen digital. Dengan memiliki bank digital, BRI ingin berperan lebih dalam mendorong inklusi keuangan di Tanah Air.
Direktur Utama BRI Sunarso menilai, kemudahan akses layanan bank digital menjadi opsi paling baik dan paling cepat untuk meningkatkan persoalan inklusi keuangan. Adapun kelincahan bisnis BRI Agro dinilai bisa lebih fleksibel dalam melakukan transformasi bisnis ke arah digital.
Direktur Utama PT Dompet Karya Anak Bangsa, pengelola layanan pembayaran digital Gopay, Andre Soelistyo, mengatakan, perusahaannya telah mengakuisisi 22,16 persen saham PT Bank Jago Tbk. Investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gopay ke depan.
”Bank berbasis teknologi akan membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat,” ujarnya.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi perbankan digital pada 2021 akan tumbuh 19,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni dari Rp 27.036 triliun menjadi Rp 32.206 triliun. Adapun total transaksi perbankan digital yang didukung transaksi e-dagang yang tahun lalu diestimasikan sebesar Rp 253 triliun akan melonjak 33,2 persen menjadi Rp 337 triliun pada 2021.
Pertumbuhan transaski perbankan digital ini juga didukung transaksi uang elektronik yang akan meningkat 32,3 persen, dari Rp 201 triliun pada 2020 menjadi Rp 266 triliun pada 2021.
”Salah satu faktor pendukung pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital adalah pandemi Covid-19. Pembatasan sosial mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat.
Agar transaksi digital semakin meningkat, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta berharap UMKM dapat memanfaatkan sistem pembayaran berbasis Standar Nasional Pembayaran Digital Berbasis QR Code (QRIS). Tahun ini, BI menargetkan sebanyak 12 juta merchant UMKM menggunakan QRIS.
”Insurtech”
Di bidang asuransi, teknologi asuransi atau insurtech juga terus berkembang. Pemimpin Perusahaan Pasarpolis, Cleosent Randing, mengatakan, melalui teknologi kecerdasan buatan, produk yang lebih mudah diakses dan dijangkau serta proses klaim yang lebih instan dapat diwujudkan.
”Saat ini, transformasi digital asuransi telah terjadi dan fondasinya semakin kuat selama 2020 karena pandemi. Industri insurtech kini terus bergerak positif dan kemampuan teknologi mampu menciptakan produk asuransi mikro yang lebih spesifik, terjangkau, dan tepat sasaran,” ujarnya dalam siaran pers.
Industri insurtech kini terus bergerak positif dan kemampuan teknologi mampu menciptakan produk asuransi mikro yang lebih spesifik, terjangkau, dan tepat sasaran.
Pasarpolis mencatat, 90 persen konsumennya adalah mereka yang sebelumnya tidak pernah membeli polis asuransi (first-time buyer) dan 40 persen pemegang polis Pasarpolis merupakan pekerja sektor informal, yaitu pengemudi ojek daring, kurir, dan UMKM daring.