Tahun Ini Digitalisasi Perbankan Akan Semakin Semarak
Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi digitalisasi di sektor jasa keuangan seiring dengan bergesernya gaya hidup masyarakat yang semakin erat dengan penggunaan teknologi, termasuk digitalisasi produk perbankan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Petugas ”outlet” digital BRI di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menerangkan cara menggunakan mesin digital BRI untuk mengetahui informasi produk perbankan, Kamis (6/10/2016). BRI digital hadir dengan teknologi terkini untuk melayani kebutuhan transaksi, informasi produk perbankan, ”update” seputar keuangan, investasi, dan transaksi e-dagang.
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi layanan perbankan digital menjadi keniscayaan seiring dengan pertumbuhan transaksi dengan sistem pembayaran digital dari tahun ke tahun. Peluang ini disadari sepenuhnya oleh industri perbankan yang mulai berlomba melakukan transformasi.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi perbankan digital pada 2021 akan tumbuh 19,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari Rp 27.036 triliun menjadi Rp 32.206 triliun. Pertumbuhan transaksi perbankan digital sudah terjadi secara konsisten setiap tahun, setidaknya sejak 2017 ketika nilai transaksi perbankan digital tercatat masih di angka Rp 16.998 triliun.
Dalam diskusi virtual bertajuk ”Membangun Optimisme Pascapandemi Covid-19”, Jumat (22/1/2021), Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, nilai transaksi perbankan digital jauh di atas nominal produk domestik bruto (PDB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir, PDB atas dasar harga berlaku kuartal III-2020 Rp 3.894,7 triliun.
”Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital salah satunya didorong oleh pandemi Covid-19. Situasi pembatasan sosial mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan,” ujarnya.
Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital salah satunya didorong oleh pandemi Covid-19. Situasi pembatasan sosial mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan.
Total transaksi perbankan digital didukung oleh transaksi e-dagang yang tahun lalu diestimasikan sebesar Rp 253 triliun, kemudian akan melonjak hingga 33,2 persen menjadi Rp 337 triliun pada 2021. Pertumbuhan transaski perbankan digital juga didukung transaksi uang elektronik yang akan meningkat 32,3 persen, yakni dari Rp 201 triliun pada 2020 menjadi Rp 266 triliun pada tahun ini.
Perry memperkirakan pola transaksi pembayaran masyarakat akan terus meningkat di saluran digital. Untuk mengakomodasi hal ini, BI akan terus mengakselerasi kebijakan digitalisasi sistem pembayaran untuk membentuk ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang inklusif dan efisien.
Langkah tersebut sekaligus mendukung upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional. Pasalnya, layanan perbankan digital akan turut membuat pasar keuangan menjadi lebih lincah dan efieisen dalam menyalurkan pembiayaan, melalui bantuan teknologi dan infrastruktur yang tersedia.
”Saat ini sebanyak 15 bank agresif melakukan digital banking. Mau buka rekening, mau transfer, yang lain sudah bisa dilakukan secara mobile,” kata Perry.
Grafik pertumbuhan transaksi perbankan digital dalam lima tahun terakhir beserta proyeksi pada 2021.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan layanan keuangan digital, industri perbankan pun berlomba dalam mempersiapkan lini bisnis perbankan digital.
Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk Vera Eve Lim menuturkan, BCA Digital atau bank digital BCA direncanakan akan diluncurkan tahun ini. Untuk fase awal peluncuran, BCA Digital akan memfasilitasi berbagai transaksi perbankan digital melalui aplikasi digital berbasis telepon pintar, sekaligus meningkatkan basis nasabah.
BCA Digital diproyeksikan bakal menyalurkan kredit ke masyarakat, khususnya menyasar pada segmen individual bisnis, UMKM, dan ritel. ”Dari target usia, BCA Digital akan menggarap seluruh segmen tanpa membatasi usia kelompok tertentu,” ujarnya.
Untuk fase awal peluncuran, BCA Digital akan memfasilitasi berbagai transaksi perbankan digital melalui aplikasi digital berbasis telepon pintar, sekaligus meningkatkan basis nasabah.
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk berencana mentransformasi anak usahanya, PT BRI Agroniaga Tbk atau BRI Agro, menjadi bank yang fokus untuk segmen digital. Dengan memiliki bank digital, BRI ingin berperan lebih dalam mendorong inklusi keuangan di Tanah Air.
Direktur Utama BRI Sunarso menilai, kemudahan akses layanan bank digital menjadi opsi paling baik dan paling cepat untuk meningkatkan persoalan inklusi keuangan. Adapun kelincahan bisnis BRI Agro dinilai bisa lebih fleksibel dalam melakukan transformasi bisnis ke arah digital.
PAPARAN IPSOS IN INDONESIA
Tingkat kepuasan konsumen dalam menggunakan dompet digital. Riset yang diadakan Ipsos in Indonesia ini menyurvei 1.000 responden berusia 18-55 tahun se-Indonesia selama 16-23 Oktober 2020.
Sementara itu, dalam keterangan resminya, Direktur Utama PT Dompet Karya Anak Bangsa, pengelola layanan pembayaran digital Gopay, Andre Soelistyo mengatakan, perusahaannya telah mengakuisisi 22,16 persen saham PT Bank Jago Tbk.
Investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gopay ke depannya. ”Bank berbasis teknologi akan membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Dalam webinar ”Indonesia Digital Economy & Business Outlook 2021”, Selasa (19/1/2021), Chief Digital Banking, Digital Banking Institute (DBI), Bambang Setiawan berpendapat, rendahnya kapabilitas digital dan dana investasi masih menjadi tantangan bagi sejumlah perbankan dalam melakukan transformasi. Namun, ia optimistis, tahun 2021 akan menjadi titik balik bagi industri perbankan dalam melakukan transformasi digital.
Salah satu cara merealisasikan tranformasi itu adalah dengan meningkatkan kolaborasi dengan sejumlah pelaku industri, di antaranya yang berasal dari sektor teknologi finansial, telekomunikasi, layanan digital, dan kemanan siber.
”Kolaborasi adalah sebuah keniscayaan seiring peningkatan transaksi digital yang terdorong oleh upaya-upaya pengentasan pandemi melalui protokol-protikol kesehatan yang membatasi mobilitas masyarakat secara luring,” ujarnya.