Jembatan Mataraman, Penghubung Kaltim-Kalsel Mulai Diperbaiki
Jembatan di jalur nasional Trans-Kalimantan mulai diperbaiki. Jumat esok jembatan penghubung Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur sudah bisa digunakan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Jembatan Mataraman mulai diperbaiki. Jembatan penghubung Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan itu sudah dua kali ambruk dan bakal mulai digunakan kembali pada Jumat (22/1/2021).
Jembatan Mataraman yang berada di Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) ambruk dua kali. Jembatan penghubung jalan nasional itu ambruk lantaran dihajar arus deras Sungai Salim.
Dari pantauan Kompas, para petugas dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai memasang jembatan darurat pada Kamis (21/1/2021) pagi. Mereka memasang struktur baja juga mulai mengaspal kembali jembatan yang ambruk pada Minggu (17/1/2021) lalu itu.
Kami bekerja sama dengan Polres setempat untuk memastikan tidak ada kendaraan di atas tujuh ton yang lewat di jembatan darurat tersebut. (Tito)
Kepala Satuan Kerja Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Wilayah Kalsel Tito menjelaskan, saat ini pekerjaan dilaksanakan sesuai permintaan Presiden Joko Widodo. Jembatan darurat dibangun sementara agar bisa digunakan untuk membawa logistik. Ia menyebutnya jembatan belly.
”Semoga pada Kamis malam nanti sudah selesai sehingga pada Jumat pagi sudah bisa digunakan, tetapi hanya untuk mobil pribadi dan sepeda motor sementara,” kata Tito.
Tito menjelaskan, jembatan belly menggunakan pedoman standar berat maksimal, berbeda dengan konstruksi jembatan standar lain. Artinya, konstruksi jembatan belly sangat mengutamakan keringanan beban. Oleh karena itu, pihaknya membatasi berat kendaraan yang lewat maksimal tujuh ton.
”Kami bekerja sama dengan Polres setempat untuk memastikan tidak ada kendaraan di atas tujuh ton yang lewat di jembatan darurat tersebut,” ujarnya.
Tito menambahkan, jembatan akan diperbaiki sempurna saat banjir sudah dipastikan surut dan arus sungai tidak terlalu deras. ”Kalau sudah agak tenang (arus sungai) perbaikan jembatan akan lebih baik,” ungkap Tito.
Merendam permukiman
Safrudin (45), warga Desa Banua Anyar, Kecamatan Astambul, Kalsel, mengatakan, banjir sudah merendam ratusan rumah yang ada di sekitar jembatan, termasuk rumahnya. Menurut dia, warga di sekitar jembatan belum pernah merasakan banjir yang tingginya hingga dua meter bertahun-tahun sebelumnya.
”Kalau ada banjir di sekitar sini biasanya sehari saja sudah surut, sekarang ini jauh lebih lama dan lebih tinggi,” ungkap Safrudin.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan, 66.768 rumah terendam dan membuat 63.608 warga mengungsi. Banjir kali ini juga memakan korban jiwa sebanyak 21 orang dan terdapat 6 orang yang dilaporkan hilang.
Banjir besar itu merendam 11 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Hingga kini, dari pantauan Kompas di lapangan, banjir dan genangan air di sejumlah wilayah masih belum surut dan bertahan. Arus deras sungai pun membuat sejumlah infrastruktur rusak berat.
Pada Kamis pagi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bertemu para korban banjir di posko pengungsian. Ia menjelaskan, pemerintah telah mengambil tindakan untuk segera memperbaiki infrastruktur. Ia memastikan, setiap sumber daya pemerintah pusat akan digunakan untuk membantu korban bencana.
”Kementerian masing-masing terus bergerak untuk membantu para korban banjir, melengkapi kebutuhan saat ini mulai dari makanan hingga kebutuhan perempuan dan anak,” ungkap Muhadjir.