Indonesia Terdampak Pemulihan Populasi Sapi Australia
Langkah Australia memulihkan populasi sapi ternaknya berdampak ke pasar daging sapi di Indonesia. Harga daging sapi berangsur naik beberapa bulan terakhir. Sebagian pedagang memilih mogok jualan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Australia tengah memulihkan populasi sapi ternaknya dengan mengurangi ekspor. Dampaknya, pasokan sapi ke Indonesia berkurang, lalu berimbas pada harga jual daging sapi di pasar-pasar tradisional di Tanah Air.
Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia Djoni Liano menyatakan, berdasarkan data yang dihimpunnya, ekspor sapi bakalan Australia diperkirakan turun dari 1,3 juta ekor tahun 2019 menjadi 900.000 ekor pada 2020. Sebanyak 60 persen di antaranya diserap Indonesia.
”Australia tengah membatasi ekspor karena produsen sapi di sana ingin memulihkan populasi. Padahal, permintaan global meningkat. Dampaknya, harga melonjak. Negara yang sanggup membayar dengan harga yang ada akan mendapatkannya (sapi bakalan),” ujarnya saat dihubungi, Rabu (20/1/2021).
Industri peternakan sapi Australia tengah meningkatkan populasi (restock) sehingga harga sapi hidup melonjak ke angka yang disebut sebagai yang tertinggi dalam sejarah. Populasi di sejumlah industri peternakan sekitar 30 persen dari kapasitas.
Hal ini mengemuka dalam diskusi berjudul ”Looking Towards 2021 and Beyond, Strategies for Recovery in the Indonesia-Australia Beef & Cattle Sector Partnership” yang digelar Meat and Livestock Australia (MLA) Indonesia pada pertengahan Oktober 2020 dan tertera pada laman Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership.
Dampaknya, menurut Djoni, harga beli sapi potong meningkat. Pada Juli 2020, harganya tercatat 3,2 dollar AS per kilogram berat hidup. Saat ini, harganya sekitar 3,95 dollar AS per kg berat hidup. Berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia, angka itu setara Rp 55.556 per kg. Di sisi lain, harga beli yang sanggup diserap pemotong berkisar Rp 50.000 per kg berat hidup.
Sayangnya, Indonesia belum bisa melepaskan ketergantungan terhadap sapi impor yang mayoritas berasal dari Australia. Djoni menyebutkan, rata-rata pertumbuhan konsumsi daging sapi sekitar 8,1 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan produksi daging sapi lokal berkisar 5 persen per tahun.
Oleh sebab itu, pelaku usaha berharap pemerintah menyelesaikan permasalahan harga yang tengah terjadi secara bilateral dengan Australia. Pemerintah sebaiknya meninjau skema dalam perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Australia atau IA-CEPA yang berpotensi memunculkan jalan tengah bagi kedua belah pihak.
Acuan naik
Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pedagang Daging Indonesia Asnawi menyatakan, pihaknya telah mengadakan rapat bersama Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan. Salah satu hasilnya ialah pemerintah akan mengumumkan kenaikan harga yang bersifat anomali dan harga jual daging sapi di tingkat pengecer atau pedagang sebesar Rp 130.000 per kg.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis mencatat rata-rata nasional harga daging sapi di pasar tradisional naik dari Rp 118.400 per kg pada awal Desember 2020 menjadi Rp 119.200 per kg per Rabu (20/1/2021). Adapun harga di DKI Jakarta naik lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, yakni melonjak dari Rp 126.650 per kg menjadi Rp 129.150 per kg pada periode yang sama.
Angka itu di atas harga acuan penjualan daging sapi di tingkat konsumen yang berkisar Rp 80.000-Rp 105.000 per kg, tergantung jenisnya (tidak termasuk tetelan). Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional Abdullah Mansuri menyebutkan, kenaikan harga daging sapi terjadi 3-4 bulan terakhir. Pada mulanya, harga berkisar Rp 80.000 per kg, kini harganya Rp 120.000-Rp 150.000 per kg.
Lonjakan harga terutama terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). ”Permintaan di Jabodetabek cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Selain itu, pasokan sapi di daerah juga dapat menyokong permintaan setempat, beda dengan Jabodetabek,” ujarnya.
Kemarin, pedagang daging di sejumlah pasar di DKI Jakarta dan Bekasi, seperti di Pasar Tomang Barat, Pasar Blok G Tanah Abang, dan Pasar Kranji Baru, mogok jualan. Guna meredam harga, Pemerintah Kota Bekasi berencana menggelar operasi pasar di beberapa lokasi Kamis (21/1) ini.