Pemulihan Ekonomi Terjebak Euforia Vaksin
Kehadiran vaksin pada awal tahun 2021 membawa sentimen positif dan harapan bagi perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Namun, mengandalkan vaksin untuk pemulihan ekonomi tidak semudah membalik telapak tangan.
Jalan pemulihan masih panjang. Banyak faktor terlibat dalam pemulihan ekonomi. Di sisi lain, banyak faktor juga yang menentukan efektivitas vaksinasi.
Program vaksinasi sudah dimulai pada 13 Januari 2021 secara bertahap. Sebagaimana disampaikan Kementerian Kesehatan, setidaknya perlu waktu 15 bulan untuk menuntaskan vaksinasi di Indonesia.
Direktur Centre of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, sejauh ini vaksin membawa dampak positif bagi iklim usaha. Setelah berbulan-bulan terkungkung pandemi, ada harapan pandemi bisa berangsur-angsur diakhiri dan perekonomian bisa bergerak lebih maksimal.
Situasi ini memberi keyakinan bagi pelaku usaha. Namun, kondisinya tidak sesederhana itu. Untuk memulihkan ekonomi secara total, penyebaran dan penularan Covid-19 harus dihentikan.
Baca juga: Tetap Terapkan Protokol Kesehatan meski Ada Vaksin
Padahal, memasuki 2021, varian baru virus korona tipe baru bermunculan. Vaksinasi baru bisa memberi dampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi jika distribusinya efektif dan bisa diakses masyarakat secara masif pada semester II-2021.
”Vaksin tetap berperan penting mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi. Akan tetapi, kita harus bersabar karena jalan masih panjang. Ada banyak faktor yang akan menentukan seberapa efektif vaksinasi,” kata Faisal, pekan lalu.
Selain vaksin, penyebaran Covid-19 juga harus bisa dikendalikan. Cara-cara mengatasi pandemi di luar vaksinasi, seperti uji, lacak, dan pengobatan, serta isolasi tidak boleh kendor, justru harus ditingkatkan. Vaksin tidak bisa dijadikan solusi tunggal tanpa upaya mendasar untuk mengendalikan penyebaran virus korona tipe baru.
Di sisi lain, masih ada faktor krusial lain yang patut dipertimbangkan, yakni efektivitas vaksin pada kekebalan tubuh manusia dan menghindarkan manusia dari infeksi virus corona. Apalagi, jika distribusi vaksin berjalan lambat dan lonjakan kasus Covid-19 terus terjadi, pemulihan ekonomi tidak bisa signifikan.
”Kalau pandemi bisa ditekan dan vaksinasi efektif, tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa mendekat ke 5 persen. Tapi, catatannya, tidak boleh ada lonjakan kasus tinggi seperti sekarang,” kata Faisal.
Vaksin tidak bisa dijadikan solusi tunggal tanpa upaya mendasar untuk mengendalikan penyebaran virus korona tipe baru.
Berdasarkan data worldometers.info per Sabtu (16/1/2021), sebanyak 896.642 kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020. Grafis kasus Covid-19 masih menanjak, baik untuk kasus baru harian, total kasus, kasus aktif, maupun total kematian.
Baca juga: Prioritaskan Kualitas Ketimbang Laju Pertumbuhan Ekonomi
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Teuku Riefky, berharap pemerintah jangan sampai kehilangan fokus akibat terjebak euforia vaksinasi. Itu karena ketidakpastian masih tinggi dan vaksin bukan satu-satunya jalan menuju pemulihan.
Kunci yang ditekankan justru penerapan protokol kesehatan yang tertib oleh semua masyarakat. Protokol memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menjaga jarak tak bisa ditawar.
Baca juga: Euforia Vaksinasi Membahayakan
Perekonomian Indonesia tahun 2021 secara natural akan lebih baik ketimbang 2020. Namun, pertumbuhan ekonomi masih belum kembali ke level sebelum Covid-19 atau pada kisaran 5 persen.
Sementara ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menekankan, ada optimisme yang terbangun bahwa kondisi perekonomian 2021 akan membaik. Namun, perbaikan itu tidak seketika karena masih sangat bergantung pada penanganan pandemi.
Sebagaimana hasil survei kegiatan dunia usaha oleh Bank Indonesia, pelaku usaha lebih optimistis menghadapi semester I-2021. Dari 3.886 responden pelaku usaha, sebanyak 23,01 persen di antaranya akan merealisasikan kegiatan investasi. Namun, pelaku usaha mencatat faktor penghambat rencana investasi, di antaranya pandemi.
Kepercayaan masyarakat
Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2021 berkisar 4,5-5,5 persen. Pelaksanaan program vaksinasi diyakini sebagai faktor pendobrak dalam rangka memulihkan kondisi perekonomian yang lesu selama pandemi.
Baca juga: Waspadai Penurunan Impor
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, vaksinasi diharapkan mampu menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk kembali berkegiatan ekonomi secara normal. ”Vaksinasi akan membuat masyarakat nyaman menjalankan aktivitas ekonomi, terutama belanja kelas menengah-atas,” katanya.
Vaksinasi diharapkan mampu menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk kembali berkegiatan ekonomi secara normal.
Belanja masyarakat berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Sebab, konsumsi rumah tangga berperan 55-57 persen terhadap produk domestik bruto.
Akan tetapi, sejumlah lembaga justru memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI pada 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) yang semula memproyeksikan 6,1 persen pada Oktober 2020 memangkas menjadi 4,8 persen pada Januari 2021.
IMF memberi catatan, yakni ketidakpastian yang menyelimuti proyeksi pertumbuhan ekonomi kali ini lebih besar daripada biasanya. Faktor risiko yang berdampak positif adalah vaksinasi yang berlangsung lebih awal secara merata. Namun, faktor risiko yang bisa menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi juga ada, yakni vaksinasi yang tertunda sehingga bisa memperparah pandemi Covid-19.
Bank Dunia juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari 4,8 persen menjadi 4,4 persen, sedangkan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dari 5,3 menjadi 4 persen.
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 dilatarbelakangi ketidakpastian efektivitas vaksin serta penambahan kasus infeksi Covid-19 di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan, pertumbuhan ekonomi 2021 memang akan membaik. Namun, perbaikan masih dihantui bayang-bayang pandemi. Apalagi, hingga kini masih belum bisa diketahui, apakah vaksinasi efektif mengembalikan kegiatan ekonomi dan mendorong pertumbuhan.
Namun, perbaikan masih dihantui bayang-bayang pandemi.
Meski demikian, pemerintah telah menetapkan vaksinasi gratis sebagai program prioritas nasional. Estimasi belanja program vaksinasi lebih dari Rp 73 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani menuturkan, saat ini kalangan pelaku usaha menyimpan harapan tinggi terhadap vaksin. Menurut dia, kunci efektivitas vaksin untuk memulihkan ekonomi terletak pada proses distribusi.
”Kami merasa lebih positif meski deg-degan juga karena kasus di dalam negeri naik terus. Akan tetapi, kalau jumlah vaksin memadai, bisa cepat, dan disuntikkan kepada orang-orang yang tepat, harapannya kita bisa kembali normal dan ekonomi bisa pulih secara cepat tahun ini,” ujar Hariyadi.
Ia mengatakan, selain disuntikkan kepada orang-orang berisiko tinggi, seperti tenaga kesehatan, masyarakat umum yang berpotensi terpapar dan menularkan virus juga harus menjadi sasaran vaksin.
”Strategi pemerintah sangat penting dalam mendistribusikan dan memilih penerima vaksin. Manfaatkan data yang ada,” katanya.