Strategi Hibrida dan Protokol Ketat di 2021
Tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan dan kebangkitan pariwisata Indonesia yang terpukul pandemi Covid-19 sepanjang 2020.
Momentum pemulihan itu untuk membalikkan kondisi sektor pariwisata yang suram akibat pandemi, yang ditandai dengan penurunan jumlah wisatawan dan devisa yang anjlok.
Untuk memulihkan sektor pariwisata, protokol kesehatan diterapkan secara ketat di tempat-tempat wisata.
Pemerintah juga menerbitkan sertifikasi bagi pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sertifikat CHSE, yaitu kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan, itu untuk menandai tempat wisata dan ekonomi kreatif yang sudah menerapkan protokol kesehatan. Dengan demikian, tujuan wisata atau pelaku ekonomi kreatif yang sudah memiliki sertifikat CHSE aman dikunjungi.
Kebangkitan industri pariwisata di Indonesia ditandai, antara lain, dengan target wisatawan mancanegara tahun ini sebanyak 4 juta-7 juta kunjungan. Pada Januari-November 2020, kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 3,889 juta kunjungan.
Pandemi Covid-19 memang membuat industri pariwisata babak belur. Pembatasan kegiatan dan karantina wilayah di sejumlah negara membuat industri yang didukung pergerakan orang ini rontok.
Akibatnya, kondisi sektor pariwisata di dunia, termasuk Indonesia, berbalik arah. Pada 2019, kinerja sektor pariwisata masih cemerlang. Di Indonesia, hal itu ditandai dengan kunjungan wisman yang mencapai 16,106 juta kunjungan.
Baca Juga: Tahun 2021 sebagai Momentum Pemulihan Pariwisata
Di tengah situasi pandemi yang belum pulih, pelaku usaha pariwisata menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya, berpromosi melalui laman digital dan menggelar berbagai kegiatan secara dalam jaringan. Dengan cara itu, masyarakat atau konsumen tetap akan terhubung dengan pelaku wisata.
Di tengah situasi pandemi yang belum pulih, pelaku usaha pariwisata menerapkan sejumlah strategi.
Selanjutnya, jika pandemi sudah berlalu dan masyarakat ingin bepergian, pelaku sektor pariwisata itu yang akan dipilih.
Ada hotel yang selama masa pandemi mengirim surat elektronik kepada tamu yang pernah menginap di hotel itu. Isi surel sekadar menyapa atau mengirim salam. Saat hotel itu membuat acara daring, surel juga dikirim kepada para tamu sebagai undangan untuk berpartisipasi.
Ada juga pelaku ekonomi kreatif yang semula membuka warung makan menutup warungnya selama pandemi. Namun, ia tetap menerima pesanan secara daring di rumah.
Seiring upaya membangkitkan industri pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengajak pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk mengadopsi CHSE. Pelaku usaha disertifikasi agar menerapkan CHSE sesuai standar.
Di lamannya, Hotel Santika menjelaskan protokol CHSE yang diberlakukan di jaringan hotelnya. Laman itu menyebutkan, tamu hotel wajib memakai masker selama berada di area publik hotel. Suhu badan tamu akan diukur. Jika lebih dari 37,3 derajat celsius, tamu tidak diperkenankan memasuki area hotel.
Pelaku usaha disertifikasi agar menerapkan CHSE sesuai standar.
Tamu diminta menggunakan penyanitasi tangan sebelum memakai fasilitas publik, antara lain gagang pintu. Bahkan, hotel menyediakan satu set alat kesehatan di bagian layanan tamu yang bisa digunakan tamu.
Laman Hotel Santika juga menyediakan video yang bisa diakses melalui lamannya. Video itu menjelaskan tentang protokol kesehatan yang diberlakukan hotel di masa pandemi Covid-19.
Di sebuah restoran di kawasan Tangerang, Banten, stiker CHSE dipasang di dekat meja kasir. Menurut salah seorang karyawan restoran itu, penerapan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian dicek lebih dulu. Setelah melalui berbagai pengecekan, barulah restoran itu menerima sertifikat CHSE dan mendapat stiker dengan lambang hati berwarna merah.
Di restoran lain di Tangerang Selatan, Banten, jarak antarmeja direnggangkan. Dari empat kursi yang ada di setiap meja, dua kursi di antaranya diberi tanda silang. Pengunjung diminta menjaga jarak. Setiap pengunjung yang datang diukur suhu tubuhnya dan diminta menyanitasi tangan. Lantai restoran diberi stiker tanda-tanda berdiri dan alur pergerakan pengunjung untuk mengatur jarak.
Petugas restoran menjelaskan, jam buka restoran mengikuti aturan Kota Tangsel. Begitu juga jumlah maksimal pengunjung yang boleh makan di restoran itu.
Di sebuah mal di Tangerang, Banten, pengunjung cenderung memilih restoran atau kafe yang memiliki kursi di ruang terbuka. Namun, sebagian pengunjung merokok di kafe terbuka itu.
Strategi dan protokol
Bagi pelaku usaha pameran, situasi pandemi juga menghadirkan tantangan baru. Kegiatan pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran (MICE) selama ini merupakan ajang berkumpul penggemar dan pelaku suatu kegiatan secara luar jaringan. Namun, sejak pandemi Covid-19, kegiatan luring menjadi sangat dibatasi. Maka, pelaku usaha memilih kegiatan dalam jaringan atau memadukan daring dan luring.
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh, beberapa waktu lalu, mengungkapkan, Dyandra Promosindo sedang bertransisi dan berinovasi untuk menggelar MICE secara hibrida. Pameran hibrida digelar dengan memadukan pameran luring dan daring.
Pelaku usaha memilih kegiatan dalam jaringan atau memadukan daring dan luring.
Pameran luring digelar terbatas dengan menerapkan sejumlah persyaratan dan protokol kesehatan ketat. Jumlah pengunjung yang datang juga dibatasi.
Pameran hibrida sudah diterapkan pada Indonesia International Motor Show (IIMS) Motobike Hybrid Show di Mal Kemang Village, Jakarta, pada 4-13 Desember 2020. Saat itu, jumlah pengunjung dibatasi maksimal 30 persen dari kapasitas gedung.
Hendra berharap industri MICE kembali menggeliat pada tahun ini, seiring vaksinasi yang mulai dilakukan pemerintah.
Baca Juga: Babak Belur Terpukul Pandemi Covid-19
Namun, penyelenggaraan MICE diprediksi tidak akan kembali seperti masa sebelum pandemi, terutama akibat perubahan perilaku konsumen. Diperkirakan, nantinya tren penyelenggaraan MICE akan memadukan kunjungan fisik dan virtual.
Ia memperkirakan pendapatan Dyandra Promosindo dari pameran tahun ini sekitar 50 persen dari pendapatan yang dibukukan pada 2019.
”Kita harus realistis, tidak mungkin kondisi membaik total pada 2021 karena banyak klien perusahaan yang harus memperbaiki dulu bisnisnya pasca-pandemi,” ujarnya.
Diperkirakan, tren penyelenggaraan MICE akan memadukan kunjungan fisik dan virtual.
Tahun ini, Dyandra Promosindo sudah bersiap menggelar IIMS di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, 18-28 Februari.
”Kami percaya industri otomotif Indonesia akan segera bangkit dan IIMS adalah jembatan dinamis untuk membangkitkan kembali kejayaan dunia otomotif Tanah Air,” kata Hendra di laman IIMS.
Pameran secara hibrida juga sudah dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada akhir tahun lalu. Pameran digelar secara virtual pada 1-15 Desember dan secara langsung di Jakarta Convention Center pada 10-13 Desember. Secara keseluruhan, pameran virtual dikunjungi 104.755 orang.
Direktur PT Indonesia International Expo ICE BSD City Alim Gunadi mengatakan, industri MICE baru akan stabil pada 2021. Namun, dengan catatan, distribusi vaksin Covid-19 meluas dan terbukti efektif.
Menurut dia, strategi membangkitkan industri MICE perlu mengadopsi kebiasaan normal baru. Walaupun vaksin Covid-19 sudah ditemukan dan mulai bergulir, penerapan protokol kesehatan harus tetap dijalankan dan menjadi bagian perilaku masyarakat.
Selain itu, diperlukan regulasi yang memberikan pedoman rinci terkait penyelenggaraan kegiatan, protokol kesehatan, hingga mekanisme transaksi pembayaran. ”Bisnis MICE terkait erat dengan pengumpulan orang sehingga butuh kejelasan aturan dan pedoman penyelenggaraan berdasarkan jenis kegiatan. Dibutuhkan sinergi pemerintah, penyelenggara kegiatan, dan asosiasi untuk merumuskan aturan yang jelas,” katanya.
Baca Juga: Wisatawan Domestik Menjadi Penghela Kebangkitan Pariwisata
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Ryan Momod menyampaikan, industri pariwisata diharapkan bangkit pada tahun ini. Kebangkitan itu ditunjang aktivitas perjalanan masyarakat, baik melalui MICE maupun liburan.
Namun, industri pariwisata diperkirakan baru mulai normal pada 2023. Sebab, industri pariwisata masih perlu menyesuaikan dengan tatanan baru, mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk melakukan perjalanan, dan memulihkan daya beli masyarakat secara bertahap.
Menurut Ryan, industri perjalanan wisata perlu fokus menggarap potensi 270 juta penduduk Indonesia yang besar. Pasar dalam negeri bisa menjadi penopang di tengah resesi ekonomi dunia.
”Penduduk Indonesia adalah pasar luar biasa, jangan hanya dipandang sebagai pelengkap promosi pariwisata ke luar negeri,” kata Ryan, akhir tahun lalu.
Pasar dalam negeri bisa menjadi penopang di tengah resesi ekonomi dunia.
Mulai awal tahun ini, Asita akan merilis Hayo.travel yang menampilkan destinasi pariwisata lokal. Wisata domestik didorong bangkit dengan menggandeng pelaku jasa pariwisata lokal, seperti desa wisata, ekowisata, dan destinasi pelosok untuk digarap menjadi destinasi wisata berbasis digital.
Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza mengatakan, industri MICE merupakan elemen penting dari industri perjalanan Indonesia. Perusahaan agen perjalanan memiliki peran tidak langsung untuk membuat geliat MICE semakin bergairah lagi.
Industri MICE merupakan elemen penting dari industri perjalanan Indonesia.
Deputi Bidang Penyelenggaraan Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Rizki Handayani mengatakan, tahun ini industri MICE mulai kembali hidup dengan penyesuaian tren penyelenggaraan acara. Tren itu misalnya mengadopsi penggabungan acara luring dan daring. Kuota pengunjung juga diterapkan agar protokol kesehatan, antara lain menjaga jarak, tetap terjaga.
”Tren orang akan cenderung mengadakan kegiatan secara hibrida,” kata Rizki, beberapa waktu lalu. (IDR)