Usaha mikro, kecil, dan menengah menghadapi sejumlah tantangan untuk memperluas pasar ekspor, di antaranya standar kualitas produk.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan daya saing ekspor usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Salah satu pasar ekspor terbesar untuk produk-produk UMKM yang mesti dioptimalkan adalah ke kawasan Timur Tengah.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menuturkan, negara-negara di wilayah Timur Tengah merupakan pangsa pasar ekspor UMKM terbesar. Sekitar 221.000 orang pergi haji dan 1 juta orang berangkat umrah setiap tahun.
Jumlah itu belum termasuk sekitar 1 juta warga Indonesia yang tinggal di kawasan tersebut. Oleh karena itu, produk UMKM bisa masuk ke pasar Timur Tengah untuk memenuhi kebutuhan harian mereka.
”Pangsa pasar Indonesia di Timur Tengah sangat besar. Di sana, produk Indonesia bisa menjadi ekspor nonmigas utama yang dipasok UMKM,” kata Lutfi dalam penandatanganan naskah nota kesepahaman untuk optimalisasi peran UMKM dalam memenuhi kebutuhan haji dan umrah di Jakarta, Rabu (13/1/2021).
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, ekspor nonmigas Indonesia ke Arab Saudi pada Januari-Oktober 2020 senilai 1,08 miliar dollar AS. Nilai itu turun sekitar 13,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Adapun nilai perdagangan Indonesia dan Timur Tengah sekitar 8,84 miliar dollar AS.
Lutfi mengatakan, pangsa pasar produk Indonesia di Timur Tengah, terutama Arab Saudi, diperkirakan terus meningkat seiring peningkatan jumlah jemaah haji dan umrah. Kebutuhan jemaah haji dan umrah dapat dipenuhi dari produk-produk UMKM yang dibuat di dalam negeri untuk mendorong ekspor.
Pangsa pasar produk Indonesia di Timur Tengah, terutama Arab Saudi, diperkirakan terus meningkat seiring peningkatan jumlah jemaah haji dan umrah.
Akan tetapi, untuk mengekspor produk, UMKM masih dihadapkan pada tantangan sertifikasi. Mayoritas UMKM belum memiliki kualitas standar produk yang sama dari waktu ke waktu. Padahal, untuk bisa mengekspor ke Arab Saudi harus memperoleh sertifikasi dari otoritas obat dan makanan Arab Saudi (SFDA).
”Banyak UMKM yang masih menghadapi tantangan dan kekurangan sehingga butuh dibantu pemerintah,” kata Lutfi.
Data Bank Dunia, UMKM berperan penting dalam mendorong perekonomian negara-negara berkembang. Secara global, UMKM menyerap 50 persen tenaga kerja dunia.
Masalah
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, ekspor produk UMKM kerap kali dihadapkan pada masalah kuantitas dan kualitas. Oleh karena itu, UMKM perlu didampingi secara khusus untuk mendapat sertifikasi dari negara-negara tujuan ekspor, termasuk dari SFDA.
Ekspor produk UMKM kerap kali dihadapkan pada masalah kuantitas dan kualitas.
Sejauh ini sudah ada lima produsen kecap UMKM yang memperoleh sertifikasi SFDA. Kadin masih menunggu persetujuan SFDA untuk 4 produsen kopi, 5 produsen teh, dan 4 produsen sambal. Mereka akan memasok kebutuhan makanan dan minuman untuk jemaah haji dan umrah.
”Semua produk yang diajukan Kadin untuk memperoleh sertifikasi SDFA ada indikasi akan disetujui,” ujar Rosan.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menambahkan, pemerintah akan memfasilitasi UMKM agar produksinya yang diekspor konsisten sesuai dengan mutu dan standar. Mereka akan memperoleh dukungan pembiayaan, pelatihan, fasilitas standardisasi produk, dan akses pasar.
”UMKM akan diupayakan tetap bertahan, bahkan berkembang di tengah pandemi Covid-19,” kata Teten.
Kemenkop UKM telah menyiapkan kriteria khusus untuk produk ekspor UMKM ke Arab Saudi, terutama untuk pemenuhan kebutuhan haji. Kriteria itu meliputi kapasitas, kualitas, konsistensi, dan keharusan sertifikasi. Setidaknya ada lima produk ekspor untuk kebutuhan haji, yaitu sambal, kecap, kopi, teh, dan gula.
Semakin besar
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan, pasar ekspor produk UMKM ke Arab Saudi akan semakin besar karena pemerintah menambah makan untuk jemaah haji, dari 40 kali menjadi 50 kali per keberangkatan. Kebutuhan makanan dan minuman akan dipenuhi dari dalam negeri.
Pasar ekspor produk UMKM ke Arab Saudi akan semakin besar karena pemerintah menambah makan untuk jemaah haji.
Selama pandemi Covid-19, pangsa pasar ke Arab Saudi memang tidak meningkat signifikan. Hingga kini, pemerintah masih menunggu keputusan Pemerintah Arab Saudi perihal keberangkatan jemaah haji.
Sejauh ini, diperkirakan setidaknya ada tiga opsi, yaitu sesuai kuota 100 persen, mengurangi kuota sekitar 50 persen, atau tidak ada keberangkatan sama sekali.