Investor Asing Kembali Memburu Surat Utang Pemerintah
Surat utang negara-negara berkembang dinilai menarik di era suku bunga rendah saat ini.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Era suku bunga rendah mendorong investor asing berburu surat utang pemerintah negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Surat utang Pemerintah Indonesia dinilai menarik karena tawaran imbal hasil masih relatif tinggi.
Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menuturkan, era suku bunga rendah pada tahun ini akan memicu investor asing kembali ke pasar keuangan Indonesia. Saat ini sekitar 27 persen dari total surat utang global peringkat investment grade memiliki imbal hasil sangat kecil, bahkan negatif.
”Indonesia masih memberikan imbal hasil relatif tinggi, bahkan paling menarik dibandingkan dengan negara-negara kategori investment grade,” ujar Katarina dalam telekonferensi pers proyeksi perekonomian 2021, Kamis (14/1/2021).
Imbal hasil surat utang Pemerintah Indonesia per 30 Desember 2020 turun dibandingkan dengan Desember 2019. Imbal hasil surat utang tenor 5 tahun turun dari 6,39 persen menjadi 5,17 persen, tenor 10 tahun turun dari 7,07 persen menjadi 5,86 persen, dan tenor 30 tahun turun dari 7,65 persen menjadi 6,96 persen.
Katarina mengatakan, surat utang Pemerintah Indonesia masih menarik dan menonjol dibandingkan dengan kelompok negara-negara setara kendati imbal hasilnya turun. Era suku bunga rendah menggeser preferensi investor global ke instrumen yang menawarkan imbal hasil tinggi atau dapat memberikan pendapatan reguler, seperti saham dan obligasi.
Surat utang Pemerintah Indonesia masih menarik dan menonjol dibandingkan dengan kelompok negara-negara setara kendati imbal hasilnya turun.
Sentimen positif pasar keuangan Indonesia juga didukung perkembangan program vaksinasi serta dukungan bank sentral dan pemerintah dalam mendorong perekonomian. ”Indonesia membutuhkan arus modal masuk asing untuk menopang pasar keuangan,” kata Katarina.
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), kepemilikan investor asing dalam surat utang pemerintah Rp 978,99 triliun atau 25,29 persen dari total surat utang pemerintah. Padahal, pada 2017-2019, porsi kepemilikan asing konsisten di kisaran 38-39 persen.
Minat investor asing yang tinggi tecermin dari hasil penerbitan surat utang negara (SUN) dalam dua mata uang asing, yaitu dollar AS dan euro. Transaksi penjualan surat utang dalam denominasi dollar AS tenor 10 tahun, 30 tahun, dan 50 tahun mencapai 3 miliar dollar AS, sedangkan denominasi euro tenor 12 tahun sebesar 1 miliar euro.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan, dalam keterangan tertulis, mengatakan, keempat SUN diterbitkan pada 12 Januari 2021, memanfaatkan momentum likuiditas di pasar yang cukup tinggi dan sentimen positif perkembangan vaksin Covid-19 pada awal tahun. ”Transaksi kali ini mengukir capaian imbal hasil terendah sepanjang sejarah untuk seluruh tenor yang diterbitkan,” kata Deni.
SUN denominasi dollar AS tenor 10 tahun dijual dengan imbal hasil 1,9 persen, tenor 30 tahun sebesar 3,1 persen, dan tenor 50 tahun sebesar 3,4 persen. Adapun imbal hasil SUN denominasi euro tenor 12 tahun sebesar 1,174 persen.
Transaksi kali ini mengukir capaian imbal hasil terendah sepanjang sejarah untuk seluruh tenor yang diterbitkan.
Pembiayaan APBN
Menurut Deni, secara umum hasil penerbitan SUN digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2021, terutama mendukung percepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan penguatan reformasi struktural. Minat investor yang tinggi menunjukkan kepercayaan dan optimisme pemulihan ekonomi.
Total kebutuhan pembiayaan utang tahun ini diperkirakan Rp 1.654,92 triliun. Kebutuhan itu terdiri dari pembiayaan defisit APBN Rp 1.006,38 triliun, utang jatuh tempo Rp 477,57 triliun, dan non-utang Rp 170,97 triliun. Kebutuhan pembiayaan akan dipenuhi dari utang domestik sebesar 83,27 persen dan utang berdenominasi valuta asing 18,54 persen.
Director and Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan, kebutuhan pembiayaan tahun ini cukup besar. Namun, pembiayaan optimistis terpenuhi, didukung kembali masuknya investor asing dan konsistensi pembelian oleh investor domestik.
Dihubungi secara terpisah, Kamis, Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto berpendapat, pelaksanaan program vaksinasi gratis yang diawali Presiden Joko Widodo menambah sentimen positif pasar keuangan Indonesia. Hal ini berimplikasi baik terhadap hasil lelang surat berharga negara pada awal tahun.