Memulihkan UMKM Indonesia
Usaha mikro, kecil, dan menengah dipulihkan setelah sempat terpuruk di masa pandemi Covid-19.
Kebangkitan dan pemulihan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 diupayakan bersama-sama.
Pemerintah meluncurkan berbagai stimulus bagi UMKM agar bertahan di masa sulit ini. Memasuki 2021, pemerintah meluncurkan kembali Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau Gernas BBI.
Dalam peluncuran Gernas BBI secara dalam jaringan di Bali, Senin (11/1/2021), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, ada tiga kunci utama memperkuat Gernas BBI. Kunci pertama, sinergi pemangku kepentingan untuk mendorong UMKM unggulan di setiap daerah guna meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Kunci kedua, menghasilkan karya-karya kreatif yang menarik pasar. Kunci ketiga, digitalisasi dalam perluasan pasar, pengelolaan usaha, dan sistem pembayaran.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dalam siaran pers, menyebutkan, BI mendukung pencapaian 30 juta UMKM terhubung ekosistem digital pada 2023. ”BI juga memperluas pengguna Standar Kode Baca Cepat Indonesia dalam sistem pembayaran hingga 12 juta gerai atau ritel UMKM pada 2021 dan mengampanyekan Gernas BBI,” kata Erwin.
Baca juga: Janji UMKM Menjadi Tangguh
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengajak seluruh pemangku kepentingan bersinergi mendorong UMKM menghasilkan produk berkualitas tinggi. Langkah ini untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi.
Kunci ketiga, digitalisasi dalam perluasan pasar, pengelolaan usaha, dan sistem pembayaran.
Peran menumbuhkan UMKM juga diambil PT Bank Central Asia Tbk. BCA berpartisipasi meningkatkan kualitas produk UMKM yang menghasilkan barang-barang lokal.
Kepala Kantor Wilayah IV BCA Hendrik Sia memaparkan, pemerintah menargetkan UMKM artisan atau UMKM yang memproduksi barang lokal, meningkat dari 11,6 juta unit menjadi 30 juta unit pada akhir 2023. Target ini dicapai melalui bingkai Gernas BBI.
”Pencapaian ini membutuhkan gerak bersama, termasuk dari BCA,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Senin.
Upaya BCA, antara lain, menggelar seminar secara daring dan mendampingi 500 UMKM di Bali. Selanjutnya, pada Maret 2021, UMKM di Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjadi sasaran kegiatan serupa.
Baca juga: Bank Dunia: UMKM Paling Terkena Dampak
Executive Vice President Bisnis Komersial dan UKM BCA Freddy Iman menjelaskan, per akhir 2020, BCA memiliki sekitar 100.000 nasabah UMKM. Adapun kredit bagi UMKM sekitar 13,6 persen dari total kredit yang disalurkan BCA.
”Dalam tiga tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan penyaluran kredit ke UMKM sebesar 15 persen per tahun,” ujarnya.
Dalam konferensi pers bersama BCA, pemilik Minyak Kutus-Kutus, Bambang Pranoto, mengakui, strategi dalam keuangan dan pemasaran digital merupakan senjata penting di masa pandemi Covid-19. Di sisi keuangan, perbandingan antara pinjaman, modal operasional, dan tabungan usaha penting diperhatikan.
Optimisme
Perbaikan kinerja UMKM tahun ini diyakini pelaku industri perbankan tahun ini. Keyakinan ini membuat perbankan meningkatkan kesiapan menyalurkan kredit modal kerja bagi UMKM.
Hasil survei BRI Micro & SME Index (BMSI) oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyebutkan, sekitar 57,9 persen UMKM mengaku lebih mampu membayar pinjaman setelah mendapat stimulus subsidi bunga pinjaman. Adapun UMKM yang mampu membayar pinjaman tanpa subsidi bunga hanya 48,9 persen.
Perbaikan kinerja UMKM tahun ini diyakini pelaku industri perbankan tahun ini.
Survei BMSI pada November 2020 itu melibatkan 3.000 responden dari 33 provinsi.
”Banyaknya pelaku UMKM yang bisa bertahan setelah mendapat stimulus membuktikan, program bantuan untuk pelaku usaha UMKM memegang peranan penting untuk menjaga stabilitas sektor ini,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam siaran pers, Senin.
Menurut Sunarso, program Pemulihan Ekonomi Nasional yang terus bergulir juga berdampak pada optimisme pelaku usaha. Indeks Sentimen Bisnis (ISB) BMSI di posisi 96 per November 2020. Hal ini menunjukkan, ekspektasi UMKM terhadap perbaikan kondisi ekonomi mulai meningkat.
Sunarso menyebutkan, BRI memberikan subsidi bunga kredit bagi debitor UMKM senilai Rp 5,46 triliun per 16 Desember 2020. BRI juga memberikan penjaminan kredit bagi UMKM senilai Rp 8,34 triliun per 27 Desember 2020 kepada 13.808 debitor UMKM. Selain itu, BRI juga menyalurkan Rp 18,6 triliun dana Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro kepada 7,7 juta debitor di sejumlah wilayah.
Sementara kredit usaha rakyat (KUR) mikro dan supermikro yang disalurkan BRI per 31 Desember 2020 sudah mencapai Rp 125,6 triliun. Pada 2021, BRI mendapat kuota menyalurkan KUR senilai Rp 170 triliun.
Baca juga: Pemerintah Bebaskan Bunga dan Tunda Pembayaran Pokok KUR
Sementara itu, SVP Micro Development and Agent Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Ashraf Farahnaz menyebutkan, alokasi KUR yang akan disalurkan Bank Mandiri pada tahun ini Rp 31 triliun. Realisasi Penyaluran KUR Bank Mandiri per 31 Desember 2020 sebesar Rp 24,76 triliun atau sudah memenuhi kuota KUR yang diberikan kepada Bank Mandiri.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Mucharom optimistis BNI bisa menyalurkan KUR sesuai dengan target pemerintah tahun ini, yakni Rp 32 triliun. ”Jumlah tersebut meningkat 45 persen dibandingkan dengan alokasi plafon KUR BNI 2020 yang sebesar Rp 22 triliun,” ujarnya.
Sementara itu, survei BI menunjukkan, keyakinan konsumen pada Desember 2020 membaik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir 2020 di level 96,5 atau lebih tinggi dibandingkan dengan November yang di posisi 92.
Kendati masih di zona pesimistis atau di bawah 100, IKK pada Desember 2020 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi menguat.
Hasil survei BI menyebutkan, perbaikan IKK terjadi pada seluruh kategori pengeluaran responden, terutama responden dengan pengeluaran Rp 4,1 juta-Rp 5 juta per bulan. Keyakinan konsumen yang membaik didorong penguatan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini dan di masa mendatang.
Kendati masih di zona pesimistis atau di bawah 100, IKK pada Desember 2020 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi menguat.
Perbaikan persepsi terhadap ekonomi tecermin pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang juga naik dari 60,1 menjadi 68,6. Meskipun naik, posisi ini masih di zona pesimistis.
Baca juga: Investasi Sulit Tumbuh jika Konsumsi Masih Lesu
Persepsi terhadap kondisi ekonomi yang membaik ditopang aspek ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama.
Satu-satunya indeks yang berada di zona optimistis adalah Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang merefleksikan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. IEK pada Desember 2020 berada di level 124,3 atau meningkat dibandingkan dengan November yang di level 123,9. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan meningkat, terutama terhadap ketersediaan lapangan kerja. (IDR)