Indonesia Maju Butuh Fondasi Kebangsaan
Saat peringatan HUT Ke-48 PDI-P, Presiden Joko Widodo menyampaikan kemajuan Indonesia akan tercapai jika mempunyai fondasi kebangsaan yang kokoh. Untuk itu, penting memperkuat persatuan dan membumikan Pancasila.
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia butuh fondasi kebangsaan yang kokoh untuk mencapai taraf negara maju pada 2045 atau saat seabad negara Republik Indonesia. Untuk itu, semua unsur bangsa harus bersatu membumikan Pancasila dan bergotong royong menjalankan ragam ikhtiar mencapai kemajuan itu. Berbagai tantangan terjadi dan harus dihadapi, termasuk pandemi Covid-19.
”Saatnya momentum krisis ini kita bajak untuk melakukan lompatan-lompatan. Saatnya kita mencanangkan target bahwa 25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia negara yang maju, adil, dan makmur,” kata Presiden dalam pidato pada Hari Ulang Tahun Ke-48 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang digelar secara virtual, Minggu (10/01/2021).
Peringatan dihadiri pula oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani, serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju.
Semua itu, Presiden melanjutkan, bisa dicapai jika Indonesia mempunyai fondasi kebangsaan yang kokoh. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia harus bergotong-royong memperkuat persatuan dan membumikan Pancasila. Bangsa Indonesia juga harus bergotong royong menuju Indonesia yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat.
”Sebagai bangsa besar yang telah teruji oleh sejarah, sebagai bangsa besar yang berkepribadian kuat, saya meyakini Indonesia akan mampu keluar dari ketertinggalan kita. Indonesia akan mampu berdikari di atas fondasi kebangsaan dan ideologi Pancasila yang kita cita-citakan,” ujarnya.
Baca juga: Penguatan SDM Kunci Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Dalam pidato selama 18 menit itu, Presiden mengawali dengan memaparkan tantangan besar bangsa Indonesia saat ini, yakni pandemi Covid-19. Persoalan global itu, menurut Presiden, telah menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Namun, pemerintah bersama masyarakat terus berikhtiar untuk mengatasinya.
Tahun lalu, pemerintah meluncurkan berbagai program di bidang kesehatan dan sosial. Tahun ini, Presiden memastikan bahwa upaya tersebut akan terus dilanjutkan. Di bidang kesehatan, misalnya, pemerintah akan menjalankan program vaksinasi secara bertahap selama 15 bulan yang dimulai pekan depan. Targetnya menyasar 181.554.000 orang atau sekitar 67 persen dari total penduduk Indonesia guna menciptakan kekebalan komunal.
Vaksin yang didatangkan dari luar negeri akan masuk ke Indonesia secara bertahap. Jumlah totalnya ditargetkan 426 juta dosis vaksin. Satu orang memerlukan dua dosis.
Untuk tahap awal, vaskinasi diprioritaskan untuk tenaga kesehatan. Berturut-turut kemudian adalah tentara, polisi, guru, dan masyarakat. Pada Januari, pemerintah menargetkan 5,82 juta vaksinasi. Februari dan Maret, masing-masing 10 juta vaksin dan 13,3 juta vaskin. Untuk April, targetnya 20,4 juta vaksin. Berikut seterusnya hingga target tercapai.
Presiden juga menyebutkan pentingnya pembangunan dan ekonomi hijau untuk mencapai Indonesia maju di 2045. Ini, misalnya, ditempuh dengan perluasan penggunaan biodiesel 30 dan biodiesel 100. Perluasan penggunaan juga dilakukan terhadap energi surya dan energi angin.
Sejalan dengan itu, Presiden juga telah menginstruksikan perbaikan hutan bakau selama empat tahun ke depan dengan target seluas 630.000 hektar. Untuk itu, proyek pembibitan bakau, bersama dengan bibit tanaman tegak lain, dimulai tahun ini. Pusat pembibitan akan dibangun di lima lokasi. Masing-masig ditargetkan memproduksi sekitar 20 juta benih pohon setiap tahun.
Secara paralel, masih menurut Presiden, Indonesia akan mengembangkan industri pengolahan bijih nikel untuk memproduksi baterai litium. Ini potensi masa depan. Dari sisi suplai, Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 21 juta ton atau 25 persen cadangan dunia. Dari sisi permintaan, baterai litium adalah komponen utama kendaraan listrik yang menjadi masa depan industri otomotif dunia.
”Indonesia mengontrol hampir 30 persen produk nikel global saat ini, sebuah potensi besar. Oleh karena itu, dalam lima tahun ke depan, pemerintah ingin fokus pada industri hilir bijih nikel ini,” kata Presiden.
Sementara itu, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dalam pidatonya, meminta pemerintah untuk memperhatikan pembangunan desa.
Menurut Megawati, desa merupakan ujung tombak pemerintahan yang menjadi garda terdepan dalam pelayanan publik. Selain itu, desa menjadi tempat hidup tradisi, adat istiadat, serta kearifan lokal yang menjadi kebudayaan dan kepribadian bangsa.
”Bung Karno selalu mengingatkan bahwa desa merupakan salah satu benteng pertahanan negara,” kata Megawati.
Dengan pentingnya peran desa tersebut, Presiden ke-5 RI tersebut meminta agar kebijakan dan program pembangunan harus menitikberatkan pada pemberdayaan desa. Jajaran kader PDI-P mulai dari tingkat DPP hingga anak ranting diminta untuk bergerak melihat kondisi desa. Pembangunan desa harus dipastikan melibatkan partisipasi masyarakat. ”Membangun Indonesia memang harus dari desa,” ucapnya.
Menurut Megawati, program dana desa yang digulirkan Presiden Joko Widodo cukup baik. Namun, masih ada hal yang perlu terus diperbaiki, yakni urusan data. Masalah tersebut dikhawatirkan membuat program-program menjadi tidak tepat sasaran.
Oleh sebab itu, ia mendorong adanya perbaikan data nasional agar berbagai program pembangunan desa menjadi tepat guna, akuntabel, dan transparan. Data tunggal juga menjadi penting agar tidak ada kesimpangsiuran data yang berlawanan antarkementerian atau lembaga.
Pendataan tersebut harus dimulai dari desa dengan melibatkan partisipasi warga. Partisipasi tersebut dinilai mampu menggambarkan kondisi dan kebutuhan rakyat yang sesungguhnya serta memetakan potensi ekonomi desa untuk dijadikan kekuatan ekonomi bangsa.
”Sudah saatnya Indonesia memiliki data tunggal yang digunakan oleh kementerian dan lembaga negara sampai tingkat pemerintah daerah. Sekali lagi, pendataan tersebut harus dimulai dari desa,” ujar Megawati.
Untuk mencapai hal tersebut, Megawati menginstruksikan tiga pilar partainya (eksekutif, legislatif, dan struktural partai) untuk bekerja keras membuat kebijakan yang baik untuk rakyat, terlebih untuk membangun desa.
”Saya menginstruksikan kepada Tiga Pilar Partai, untuk merumuskan politik legislasi, politik anggaran, politik pengawasan, untuk mewujudkan pembangunan pedesaan yang demokratis, terukur, terencana dan tepat sasaran. Itulah tugas utama ideologis kalian,” katanya.
Menurut Megawati, kemenangan dalam pemilu tidak ada artinya jika PDI-P tidak bisa memperjuangkan perbaikan kehidupan masyarakat melalui keputusan-keputusan politik yang jelas. Penguatan desa dan perbaikan data perlu dijalankan oleh kader PDI-P yang menduduki jabatan politik, termasuk kepala daerah dan anggota legislatif di semua tingkatan.
”Militansi dan kesetiaan kader partai diuji, bukan hanya diuji saat partai terpuruk, tetapi justru saat kita menang dan menduduki posisi-posisi penting. Saat palu kekuasaan digunakan untuk memutuskan perbaikan kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang sesuai dengan sekali lagi, sesuai dengan sekali lagi, sesuai dengan ideologi Pancasila,” tutur Megawati.
Baca juga: Jalan Panjang Menuju Data Tunggal
Sebagai bagian dari peringatan HUT Ke-48, PDI-P juga melakukan gerakan penghijauan dan membersihkan sungai yang wajib dilakukan oleh seluruh anggota dan kader partai. Gerakan dipusatkan di Sungai Ciliwung dengan mengambil tema ”Cinta Ciliwung Bersih”.
”Saya berharap agar di setiap daerah, seluruh kader struktural partai, eksekutif partai, dan legislatif partai juga melakukan hal yang sama,” kata Megawati.
Hasto menyatakan, PDI-P akan memperjuangkan terciptanya ”Jakarta Bersih” demi terciptanya Sungai Ciliwung yang bersih. Hal itu dilakukan melalui politik legislasi dan politik anggaran. Oleh sebab itu, Prasetyo Edi Marsudi selaku ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta diminta untuk memperjuangkan Sungai Ciliwung yang bersih.
”Sungai menjadi sumber dari seluruh kehidupan untuk memanusiakan kehidupan manusia dengan alam raya,” katanya.
Bambang Soesatyo menilai, Megawati telah menjadi teladan di berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara. Ajakan untuk kembali mencintai alam dan lingkungan sangat penting untuk diimplementasikan, tidak hanya oleh kader dan simpatisan PDI-P, melainkan juga oleh seluruh anak bangsa.
”Menanam pohon sama dengan memperpanjang kehidupan umat manusia. Begitu pun dengan membersihkan sungai, yang sama dengan membersihkan kehidupan umat manusia,” ujarnya.
Menurut dia, pemilihan Sungai Ciliwung sebagai simbol gerakan merupakan langkah yang sangat tepat. Sebab, Sungai Ciliwung yang membentang dari Kabupaten Bogor hingga pantai utara Jakarta tersebut menjadi salah satu sungai yang dipenuhi limbah.
Bambang, merujuk kajian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2019, mengatakan, jumlah limbah rumah tangga, sampah, limbah industri, limbah ternak, hingga pencemaran dari pertanian yang ada di Sungai Ciliwung diperkirakan mencapai 54,4 ton BOD (biological oxygen demand) per hari.
Adapun kemampuan Sungai Ciliwung menampung beban pencemaran hanya sekitar 9,29 ton BOD.
”Artinya, Sungai Ciliwung sedang berada dalam kondisi tak normal, melewati daya dukung dan sudah kelebihan beban,” tuturnya.