Setelah Sukses Membangun Ekosistem Digital, Alibaba Kini Gencar Melatih Wirausaha Muda
Setelah sukses membangun platform digital untuk membantu usaha kecil, Alibaba kini juga memfasilitasi para pengusaha muda untuk maju.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Setelah sukses membangun Grup Alibaba selama 22 tahun, Jack Ma selaku pendiri Grup Alibaba kemudian fokus menularkan ilmunya kepada generasi muda. Melalui program Alibaba Netpreneur Training, para pengusaha muda dilatih dan dibekali ilmu serta pengetahuan untuk mengakselerasi transformasi digital pada usaha mereka.
Ma percaya, internet dapat mengubah segala sisi kehidupan manusia. Ia pun meyakini, jika industri biasa dan e-dagang (perdagangan elektronik) bersatu, babak baru perkembangan ekonomi tidak akan terbendung.
Tak hanya percaya pada inovasi dan teknologi, Ma juga percaya pada generasi muda. Pada Januari 2018, dalam Forum Ekonomi Dunia, sesi ”Meet the Leader”, Direktur Utama Impact Vision, Abi Ramanan menanyakan kepada Ma, bagaimana seorang pemimpin seharusnya bertumbuh?
”Ketika Anda berusia antara 50 tahun dan 60 tahun, gunakan waktu Anda untuk melatih dan mengembangkan anak-anak muda, generasi mendatang,” jawab Ma yang saat itu berusia 56 tahun.
Jawaban Ma diwujudkan dengan mengadakan program Alibaba Netpreneur Training yang diselenggarakan oleh Alibaba Business School. Program ini mempertemukan antara wirausaha digital dan pemimpin bisnis untuk mengeksplorasi pemanfaatan teknologi digital yang dapat mengubah bisnis dan ekonomi secara positif.
Eka Sari Lorena Soerbakti, Direktur PT Eka Sari Lorena Group, mendapatkan kesempatan menjadi salah satu peserta dalam program Alibaba Netpreneur Training periode ke-2. Program yang dilaksanakan secara daring pada Februari-Mei 2020 membuatnya mengubah target transformasi digital bagi perusahaannya.
”Awalnya saya targetkan tiga tahun. Tetapi, dengan teknologi informasi yang saya pelajari dari Alibaba, ini enggak bisa lama-lama. Harus segera dilakukan secara bertahap dan saya targetkan kurang dari 2 tahun kami sudah bisa bertransformasi ke digital,” kata Eka saat dihubungi Kompas.
Fokus perusahaan, kata Eka, tidak lagi pada ritel, tetapi pada proyek untuk melayani korporasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan lebih rinci melalui teknologi. Memberdayakan konsumen melalui digital menjadi visi baru dari perusahaannya yang telah berdiri lebih dari 20 tahun.
Kolaborasi
Transformasi digital, diyakini Eka, akan turut mendukung UMKM, khususnya bagi pelaku usaha yang tidak memiliki kapasitas teknologi. Kolaborasi ini menciptakan adanya suatu ekosistem yang memberikan nilai tambah bagi produk.
Selama proses transformasi, perusahaan yang bergerak di bidang logistik ini juga memberikan pelatihan bagi UMKM yang belum paham teknologi. Para pelaku usaha diberikan kesempatan memanfaatkan teknologi yang ada secara gratis.
”Perusahaan logistik banyak yang tergolong UMKM dan kami berencana untuk berkolaborasi. Kami punya target pada 2021 untuk membuat program konsolidator yang khusus mengedepankan pelaku UMKM dengan menyesuaikan antara provider dan shipper,” ujarnya.
Melalui program Alibaba Netpreneur Training, Eka juga semakin menyadari, pemimpin perusahaan harus mau mengedepankan teknologi. Sebab, teknologi akan menjadi sesuatu yang sangat signifikan dan krusial untuk menjembatani tantangan yang ada dalam kehidupan bisnis dan UMKM.
Alibaba juga mengajarinya untuk bermimpi besar dan memulai dengan apa yang dimiliki dan bisa dilakukan perusahaan. Tidak ada ide yang ”gila”. Selama dapat dikalkulasi, ide tersebut dapat diwujudkan.
”Kami juga awalnya usaha mikro, dari 2 bus sekarang menjadi 500 bus. Jadi, kami percaya, UMKM adalah para pendekar hebat yang membuat ekonomi Indonesia bisa bertahan dan inilah saatnya untuk kita sama-sama berkolaborasi,” ucap Eka.
Dalam membantu UMKM untuk naik kelas, Direktur PT Kinerja Sukses Gemilang (KSG) Anoki Kiyoshi juga turut ambil bagian. Ia sempat menyampaikan, UMKM yang merupakan penopang perekonomian negara kini sangat terdampak pandemi Covid-19.
Perlu ada dukungan agar pelaku usaha dapat bertahan dan pulih. Anoki mengatakan, dalam hal ini, Kfund, platform pinjaman online milik PT KSG, mendukung dengan memudahkan peminjam untuk mendapatkan modal usaha.
Persyaratan minimum peminjam ialah merupakan warga negara Indonesia, usia 21 tahun-61 tahun, merupakan wirausaha atau karyawan. Jenis pinjaman Kfund terdiri dari dana talangan (Rp 1 juta-Rp 5 juta), dana cepat (Rp 5 juta-Rp 10 juta), dan dana langganan (maksimal Rp 25 juta).
”Kami membantu permodalan bagi UMKM, misalnya pemilik warung, tukang cukur, cuci pakaian, salon, hingga bengkel agar bisa tetap produktif. Ke depannya. Riwayat pinjaman di Kfund dapat dijadikan referensi bagi para peminjam dalam mendapatkan pembiayaan lebih besar dari bank atau lembaga keuangan lainnya,” kata Anoki.
Regulasi
Menurut Bain & Company, nilai ekonomi digital mencapai 44 miliar dollar AS pada 2020. Nilai ekonomi digital diperkirakan terus meningkat hingga mencapai 124 miliar dollar AS tahun 2025.
Kepala Departemen Ekonomi Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Yose Rizal Damuri menyampaikan, perkembangan e-dagang Indonesia yang pesat berpotensi mendukung pemulihan ekonomi dan pembangunan pada era pascapandemi. Oleh sebab itu, upaya pemerintah dalam mendorong perkembangan e-dagang patut didukung, termasuk membuat kerangka regulasi sehingga ada kepastian hukum.
Peraturan mengenai perizinan dari pelaku usaha di industri e-dagang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020. Peraturan ini secara efektif berlaku sejak November 2020.
Dalam ringkasan kebijakan berjudul ”Perkembangan dan Regulasi E-commerce di Indonesia” yang diterbitkan CSIS pada 11 Desember 2020, Yose juga menyampaikan, dalam peraturan tersebut, perlu dicermati bagaimana membuat peraturan untuk semua jenis usaha yang ada mengingat platform serta tipe bisnis dari perdagangan secara elektronik berbeda-beda.