Pandemi telah menekan gerak sebagian sektor sekaligus membuka peluang di sektor lain. Penambahan 37 persen pengguna baru layanan ekonomi digital merupakan potensi besar yang bisa dijadikan peluang untuk bangkit.
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah menghambat gerak sejumlah sektor perekonomian setahun terakhir. Namun, ada peluang dari perubahan perilaku masyarakat konsumen, khususnya bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, untuk bangkit dan tumbuh.
”Saya melihat masih banyak potensi yang bisa dijadikan peluang untuk dapat bangkit dari krisis. Ada peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia dan 37 persen pengguna baru (layanan ekonomi digital) selama pandemi,” kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin dalam bincang bersama jurnalis secara daring, Rabu (6/1/2021) sore.
Pandemi mengubah perilaku konsumen. Menurut Rachmat, setidaknya ada tiga tren terkait perubahan itu. Pertama, orang menjadi lebih sadar untuk menjaga kesehatan, antara lain dengan tetap memakai masker, mengonsumsi vitamin, dan berolahraga.
Kedua, masyarakat berharap sebisa mungkin untuk tetap di rumah. Mereka belajar, bekerja, dan beraktivitas di rumah. Jika terpaksa ke luar, mereka tidak terlalu jauh meninggalkan rumah. Selain itu, ketiga, pandemi telah menekan perekonomian. Dampaknya, antara lain, terlihat dari meningkatnya angka putus kerja, penurunan pendapatan, dan konsumsi sehingga warga cenderung berhemat dan selektif dalam belanja.
Ada sektor-sektor yang tertekan pandemi. Namun, kata Rachmat, sebagian sektor justru tumbuh, seperti perdagangan secara elektronik (e-dagang). ”Percepatan adopsi internet di Indonesia dan jumlah pengguna (internet) yang mencapai 197 juta orang itu merupakan potensi yang besar,” ujarnya.
Laporan e-Conomy SEA dari Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan, nilai aktivitas ekonomi berbasis internet (gross merchandise value/GMV) di Asia Tenggara berpotensi tumbuh 5 persen, yakni dari 100 miliar dollar AS tahun 2019 menjadi 105 miliar dollar AS tahun 2020. Pada 2025, nilainya diperkirakan 309 miliar dollar AS.
Di Indonesia, nilainya mencapai 44 miliar dollar AS pada 2020 atau tumbuh 11 persen secara tahunan. Nilainya diperkirakan melonjak menjadi 124 miliar dollar AS pada 2025.
”Covid-19 telah mengubah cara hidup banyak orang di Asia Tenggara. Perkembangan sektor layanan keuangan digital, teknologi kesehatan, dan teknologi pendidikan diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan di tengah masyarakat,” tutur Alessandro Cannarsi, Partner and Leader Southeast Asia Private Equity Practice Bain & Company (Kompas, 30/11/2020).
Perkembangan aktivitas ekonomi internet, kata Rachmat, tecermin dalam capaian Bukalapak tahun 2020. Di tengah pandemi Covid-19, jumlah pelapak Bukalapak bertambah 4 juta pelapak dan mitra, sementara pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (Ebitda) meningkat 80 persen.
”Kami sadar, dengan keterbatasan ruang gerak selama pandemi, e-dagang menjadi esensial bagi masyarakat. Oleh karena itu, kami ingin memastikan operasional dapat berjalan dengan normal dan optimal tanpa mengabaikan keamanan karyawan,” kata Rachmat.
Nilai transaksi di Bukalapak sepanjang 2020 diklaim meningkatkan 130 persen dibandingkan tahun 2019. Hal itu ditopang dengan pengembangan fitur dan layanan, baik pada platform marketplace maupun O2O (online to offline), yang menjembatani kebutuhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan produsen atau distributor.
Vice President of Marketplace Bukalapak Kurnia Rosyada menambahkan, pihaknya menyadari bahwa banyak masyarakat yang memanfaatkan platform digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di masa pandemik seperti saat ini. ”Sepanjang tahun 2020, kami mencatat peningkatan transaksi di Bukamall sebesar 17 persen tiap bulan. Guna membantu para pelapak memasarkan produknya, kami akan menerapkan biaya layanan 0,5 persen bagi pelapak super (superseller),” ujarnya.
Inklusi keuangan
CEO Buka Mitra Indonesia, salah satu lini Bukalapak, Howard Gani menyatakan, penetrasi digital untuk warung dan agen digital terakselerasi di tengah pandemi. Optimalisasi teknologi dalam proses bisnis semakin dibutuhkan, terutama oleh pelaku UMKM warung yang sehari-hari masih mengandalkan transaksi tunai.
”Catatan kami di tahun 2020, antusiasme UMKM warung yang bergabung dengan Mitra Bukalapak tumbuh signifikan. Kami memperluas penyediaan produk grosir ke 28 provinsi di Indonesia melalui kerja sama dengan lebih dari 300 distributor lokal, jumlahnya meningkat 15 kali lipat sejak awal tahun 2020,” kata Howard.
Fitur dan layanan yang paling sering digunakan pengguna Bukalapak di tahun 2020 adalah produk virtual dan produk finansial. Produk dan layanan ini dinilai mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan pengguna, mulai dari kebutuhan dasar hingga gaya hidup. Produk yang paling diminati di antaranya pembayaran listrik, air, pajak, serta pengiriman uang, pinjaman finansial, dan pengajuan kredit rumah.
Menurut President BukaFinancial & Digital Victor Putra Lesmana, pihaknya sangat antusias dengan pertumbuhan pengguna produk virtual dan finansial di Bukalapak. Hal ini berkontribusi dalam pemerataan akses dan membantu Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan. Hingga kini terdapat sekitar 40 produk virtual yang ditawarkan melalui marketplace ataupun Mitra Bukalapak.