Sukses Besar Alibaba Membangkitkan UMKM di China
Sebagai tulang punggung perekonomian negara, UMKM sudah sepantasnya didukung untuk berkembang. Dengan akses pembiayaan yang mudah, perusahaan tekfin di Indonesia diharapkan menjadi jembatan pengembangan UMKM.
Seperti halnya usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi tulang punggung bagi perekonomian Indonesia, begitu dengan China. Namun, awalnya para pengusaha pemula di China tidak memiliki segmen bisnis yang jelas.
Dalam buku Alibaba: Kerajaan yang Dibangun oleh Jack Ma (2017) disebutkan, Jack Ma, pendiri grup Alibaba, melihat banyak usaha kecil dengan segmen bisnis yang tidak jelas, antara membidik pebisnis lain atau konsumen biasa. Ia pun menyadari, situasi tersebut merupakan peluang untuk memajukan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pada 10 Mei 2003, Alibaba kemudian resmi meluncurkan Taobao, yang dalam bahasa Mandarin berarti ’berburu harta karun’. Berbekal pengalamannya sebagai pengusaha kecil di Zhejiang, Ma meyakini untuk membidik segmen pasar e-niaga konsumen.
”Kami meluncurkan Taobao bukan untuk mencari keuntungan, tapi karena eBay di AS mendapatkan banyak pemasukan dari usaha kecil. Kami tahu, suatu saat nanti eBay akan bersaing dengan kami,” ujar Ma dalam buku yang ditulis oleh Duncan Clark tersebut.
Strategi Taobao yang berkomitmen menyediakan layanan gratis dianggap sebagai bisnis model yang keliru oleh eBay. Nyatanya, hingga akhir 2005, eBay hanya bisa menguasai di bawah sepertiga pangsa pasar China, sedangkan Taobao hampir mencapai 60 persen.
Kesuksesan Alibaba terwujud karena memprioritaskan konsumen serta menghadirkan dinamika pasar jalanan China ke dalam pengalaman berbelanja di internet. Berbelanja di internet sama interaktifnya dengan berbelanja di dunia nyata.
Para pedagang kecil tertarik membuka lapak di Taobao karena basis pengguna yang besar serta tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun. Alibaba tidak membebankan biaya kepada mereka karena Taobao mendapatkan pendapatan dari penjualan ruang untuk iklan.
Dalam proses transaksi, konsumen juga dapat menggunakan aplikasi chat Alibaba untuk tawar-menawar harga dengan penjual seperti halnya di pasar tradisional. Clark menuliskan, persaingan di Taobao serupa dengan persaingan dalam teori evolusi Darwin, ketika konsumen memberikan komentar negatif tentang pedagang atau produk tertentu, mereka akan menerima pesan dan tawaran uang kembali atau penggantian secara gratis dengan cepat.
Memprioritaskan konsumen menjadi prioritas pertama yang sudah tertanam di setiap hati karyawan Alibaba oleh Ma yang mengawali kariernya sebagai seorang guru. Prioritas kedua, adalah karyawan, dan ketiga adalah pemegang saham, ketiga hal ini kemudian dikenal sebagai falsafah bisnis Alibaba.
Baca juga: Di Mana Jack Ma?
Ma pun setuju ketika dirinya dipandang sebagai utusan Tuhan bagi UMKM. Ia menuturkan, banyak pengusaha China yang menggunakan Alibaba tidak sekadar sebagai jalur pemasaran, tetapi juga mengandalkannya sebagai sumber penghasilan, inilah yang membuatnya bertekad untuk menawarkan sebagian besar layanan Alibaba secara gratis kepada UMKM.
Inovasi
Mengawali dari Alibaba pada 1999, Ma kemudian memperluas segmen bisnisnya. Mulai dari Taobao (lapak di pasar tradisional), Tmall (pusat perbelanjaan mewah), Alipay (alat pembayaran daring), Yu’e Bao yang berarti ’simpanan saldo harta’ (layanan reksa dana Alibaba), hingga Grup Ant (perusahaan induk Alipay).
Ide untuk lebih inovatif selalu mengemuka dalam pidato yang disampaikan Ma. Hingga akhirnya pada 24 Oktober 2020, Ma dinilai menyampaikan pidato kontroversial di hadapan para pemimpin lembaga keuangan dan para pengambil kebijakan ekonomi serta keuangan China pada konferensi tingkat tinggi (KTT) finansial di Shanghai.
Dalam pidatonya, Ma menilai regulator ekonomi dan keuangan China terlalu konservatif dan tidak inovatif. Ma juga menyebut industri perbankan China lebih memiliki mental sebagai lembaga pegadaian dan menghambat inovasi dengan regulasi-regulasi yang dikeluarkannya.
Pendiri grup Alibaba ini mengimbau regulator agar lebih inovatif dan membuka peluang untuk sebuah pendekatan bisnis yang tidak konvensional. Secara khusus untuk memudahkan pengusaha dan orang-orang muda berutang.
”Perlombaan besok akan menjadi perlombaan inovasi, bukan kemampuan regulasi,” kata Ma, menurut surat kabar Hong Kong, Apple Daily (Kompas, 7 Januari 2021).
Kritik terhadap kinerja perbankan China yang dinilai konservatif bukan kali pertama disampaikan Ma. Dalam buku yang sama, Clark menuliskan, pada 2013 Alibaba meluncurkan Yu’e Bao yang langsung mengubah wajah bisnis layanan keuangan yang stagnan di China menjadi sangat dinamis.
Pada layanan Yu’e Bao, Alibaba tidak menetapkan batas jumlah uang yang bisa diinvestasikan oleh konsumen. Selain memberikan suku bunga yang jauh lebih tinggi dari bank biasa (hingga 2 persen poin lebih tinggi), Yu’e Bao mengizinkan nasabah menarik uang mereka kapan pun tanpa terkena penalti.
Layanan Yu’e Bao diluncurkan Ma karena melihat bank milik Pemerintah China yang kurang memperhatikan kebutuhan nasabah individual dan UMKM. Nasabah individu tidak punya pilihan selain menyimpan uangnya di bank yang cenderung lebih mengutamakan perusahaan milik pemerintah.
Empat besar bank milik pemerintah di China, yaitu Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), Construction Bank, Bank of China, dan Agriculture Bank of China, menguasai 70 persen pasar perbankan di negara China. Sikap bank yang meremehkan konsumennya bahkan sempat memunculkan julukan kepanjangan ICBC menjadi ”ai cun bu cun” yang artinya, ”Kami tidak peduli apakah Anda menabung di kami atau tidak, terserah Anda”.
Umumnya, tulis Clark, bank milik pemerintah memberi suku bunga yang sangat rendah, sering kali di bawah tingkat inflasi. ”Penindasan keuangan” ini telah merusak keseimbangan perekonomian China karena kekayaan dari masyarakat beralih ke badan usaha milik negara.
Sebelum meluncurkan layanan reksa dana, Jack Ma sempat menulis artikel opini di koran milik Partai Komunis di China, People’s Daily. Ia berpendapat, industri keuangan membutuhkan inovator. Segmen bisnis ini memerlukan pihak lain yang masuk dan menciptakan perubahan.
Para pemimpin BUMN perbankan kemudian membalas dengan menyatakan, pengelolaan dana oleh Yu’e Bao sama seperti vampir yang menyedot darah bank-bank lain. Hingga pada Maret 2014, bank-bank milik pemerintah yang menguasai simpanan lebih dari 100 triliun dollar AS mulai menetapkan batasan bagi para nasabah dalam memindahbukukan dana mereka ke rekening pembayaran daring pihak ketiga.
Ma kemudian kembali menuliskan kritikan di media sosial dengan menyebut nama bank-bank tersebut. Ia pun menyalahkan ketidakmampuan mereka untuk berpartisipasi dalam liberalisasi keuangan yang berorientasi pada pasar di China.
Baca juga: IPO Grup Ant, Tertunda atau Digagalkan?
”Siapa yang menang dan kalah dalam persaingan di pasar seharusnya tidak ditentukan oleh monopoli dan kekuasaan, tetapi oleh konsumen,” tulis Ma. Namun, tidak lama kemudian ia menghapus pesannya meski sudah tersebar luas.
Peran tekfin
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira, menilai, seperti Alibaba, perusahaan-perusahaan tekfin di Indonesia dapat membantu UMKM dalam sektor produktif. Khususnya, bagi pelaku usaha yang membutuhkan pinjaman dana mikro dalam waktu kurang dari 24 jam, misalnya di bawah Rp 5 juta.
”Tekfin sekarang sudah menjadi alternatif utama pembiayaan mikro. Keberadaan tekfin juga akan mendorong inklusi keuangan yang masih rendah dan peminjaman ke luar Pulau Jawa dapat ditingkatkan,” ujarnya.
Ke depannya akan ada tren kolaborasi antara tekfin dengan pasar daring (marketplace). Misalnya, pedagang yang terdaftar di marketplace bisa mendapatkan fasilitas pinjaman dari tekfin dengan salah satu jaminannya pada rekam jejak penjualan untuk menentukan skor kredit secara digital.
”Kita melihat Alibaba ini besar karena UMKM di China melalui Taobao yang menghubungkan UMKM di desa dengan marketplace. Inilah hal-hal yang harus dicontoh pebisnis di Indonesia, mengutamakan konsumen,” kata Bhima.
Pendanaan tekfin memang direspon baik oleh pelaku UMKM, salah satunya Pendiri The Able Art, Tommy yang lebih memilih mendapatkan pinjaman modal dari tekfin. Menurut dia, persyaratan di tekfin tidak serumit di perbankan sehingga pencairan bisa lebih mudah dan pada akhirnya mendorong UMKM naik kelas.
”Jangan sampai nantinya pandemi selesai, vaksin sudah ketemu, tetapi UMKM kita mati karena enggak punya modal. Saya harap tekfin dapat terus berperan semakin baik ke depannya dalam mendukung permodalan bagi pelaku UMKM,” kata Tommy.
Adapun Co-Founder Lifepal.co.id Benny Fajarai menyampaikan, milenial sering kali menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan. Pengusaha pemula itu banyak tantangannya, terkadang mulai dari dukungan keluarga, budaya bahkan akses pembiayaan.
”Akan tetapi, melek keuangan menjadi hal mutlak yang harus dikuasai pengusaha digital, terlebih di tengah situasi ekonomi saat ini. Itulah pentingnya menetapkan prioritas, memiliki produk bernilai, dan berkemampuan dalam mengatur keuangan untuk memulai usaha,” kata Benny.