Sumber Daya yang Melayani di Ujung Negeri
Wilayah di pelosok dan tapal batas negeri tak lagi identik dengan minimnya akses layanan perbankan. Kehadiran BRILink menjawab persoalan akses perbankan di pelosok negeri sehingga roda ekonomi pun berputar lebih cepat.
Satu-satunya bank di ujung utara Tanah Air, Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, adalah Bank Rakyat Indonesia. Tak seperti kantor bank pada umumnya, BRI Cabang Miangas berbentuk rumah, dengan ruang tamu menjadi tempat transaksi bersama nasabah.
Namun, BRI tak hanya mengurus perbankan, tetapi juga mengembangkan usaha baru di pulau seluas 3,2 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 800 orang itu. Upaya ini dilakukan melalui Rumah Kreatif BUMN (RKB) yang dibawahkan BRI.
Sejak 2017, Meita Lantaa (30) menjadi pengurus RKB Miangas. Ia aktif mendorong warga agar kreatif mengubah sumber daya alam sekitarnya, baik hasil perikanan tangkap maupun perkebunan, menjadi keuntungan melalui usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Tugas kami mencari UMKM, lalu memberikan pelatihan bagi mereka,” kata Meita, Selasa (5/1/2021), melalui sambungan telepon yang senantiasa terganggu karena minimnya infrastruktur telekomunikasi di Miangas.
Tugas Meita penuh tantangan. UMKM di Miangas sangat sedikit. Mayoritas warga adalah nelayan tradisional dengan hasil yang sama, yaitu ikan cakalang dan ikan-ikan karang. Setelah didaftarkan di situs RKB.id sebagai UMKM penerima manfaat, warga pun sering ogah-ogahan.
Selain itu, konsistensi pelatihan sulit dijaga karena sulitnya mendatangkan pelatih. Jarak Miangas dengan Melonguane, ibu kota Kepulauan Talaud, sekitar 15 jam perjalanan kapal perintis.
”Susah sekali mencari narasumber. Semuanya di Melonguane dan tak semua mau kemari,” ujarnya. Meita tetap setiap pada pekerjaan di kampungnya itu. Meski sempat merantau ke Manado dan Tondano, ia tetap pulang untuk mengembangkan desanya.
Susah sekali mencari narasumber. Semuanya di Melonguane dan tak semua mau kemari. (Meita Lantaa)
Menjadi pegawai BRI di wilayah perbatasan membuat Sri Yulianingsing (32) memiliki tantangan lebih. Ia pernah bertugas di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, hampir empat tahun hingga 2019. Selain mencari nasabah, ia juga berperan menguatkan rupiah di perbatasan.
Baca juga: Beri sampai ke Ujung Negeri
Di Sebatik, wilayah yang berbatasan dengan Negara Bagian Sabah, Malaysia, penggunaan rupiah pernah ada di posisi lemah. Penggunaan rupiah mulai menguat ketika perbankan, termasuk BRI, mulai masuk ke Sebatik. Dengan produk pinjaman yang ditawarkan perbankan, perputaran rupiah perlahan menguat.
”Ketika bertugas di Sebatik, awal-awal masih ada yang membayar angsuran menggunakan ringgit Malaysia dan saya yang menukarkan ke rupiah. Saat itu, sebagian besar nelayan di sana menjual ikan ke Malaysia sehingga ringgit yang mereka punya,” tutur Sri.
Sri berupaya mengedukasi nasabahnya perlahan agar menjual ikan di Sebatik supaya perekonomian masyarakat di sekitar juga terbantu. Selain itu, juga bisa menguatkan rupiah di negeri sendiri.
Pada Januari 2020, Sri pindah tugas ke Kecamatan Sebuku, Nunukan. Sebuku merupakan wilayah yang belum sepenuhnya memiliki akses jalan yang mulus. Selain itu, masih banyak wilayah yang belum tersentuh jaringan internet. Komunikasi yang baik menjadi kunci agar nasabah paham berbagai produk dan program yang ditawarkan BRI.
Di wilayah kerja ini, Sri mengedukasi warga mengenai pentingnya menabung. Ia mendorong nasabah untuk menyisihkan penghasilan dari hasil panen kelapa sawit setiap bulannya, terutama untuk pendidikan anak-anak di masa mendatang.
Kampus terdekat ada di Kota Tarakan. Dari Sebuku, warga harus melewati jalur sungai sekitar 2,5 jam. Setelah itu, melanjutkan perjalanan dengan perahu cepat sekitar 3 jam ke Kota Tarakan. Dengan jarak tempuh itu, mahasiswa harus indekos untuk berhemat. Persiapan uang yang cukup penting dilakukan orangtua pada tahap itu.
”Memang belum semuanya menabung dengan baik, tetapi ada beberapa nasabah yang disiplin menabung untuk kebutuhan pendidikan atau biaya tak terduga lainnya. Tugas di wilayah seperti di Kaltara memang berat, tetapi kalau dinikmati asyik juga, karena saya suka jalan-jalan,” ujar Sri.
BRI Unit Badau melayani warga di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Pelayanan mereka menjangkau warga di darah Danau Sentarum yang terkadang menghadapi tantangan alam. Di saat bersamaan juga melahirkan kepuasan batin tatkala melayani nasabah kredit usaha rakyat dan edukasi penggunaan produk berbankan.
Terletak sekitar 700 kilometer dari Kota Pontianak, ibu kota Kalbar, BRI Unit Badau di Kapuas Hulu memiliki wilayah layanan yang luas. ”BRI Unit Badau mencakup lima kecamatan, yakni Embaloh Hulu, Batang Lupar, Badau, Empanang, dan Puring Kencana,” ujar Kepala BRI Unit Badau Raji’i. Nasabah di daerah danau itu banyak mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Raji’i sebulan sekali menemui warga di daerah danau, melayani kebutuhan warga terkait layanan perbankan. Warga di daerah itu yang ikut KUR sampai November 2020 sekitar 910 orang, menyebar di lima kecamatan. KUR untuk usaha perdagangan, perikanan, pertanian, dan usaha kerajinan.
”Sampai November 2020, KUR yang sudah disalurkan Rp 18,782 miliar,” katanya.
Menuju kampung di daerah danau harus menggunakan perahu cepat (speed boat) 40 PK. Jika cuaca kurang bagus, bisa dihantam gelombang di tengah danau dan harus menunggu gelombang reda baru bisa melanjutkan perjalanan.
”Pernah sampai setengah jam menunggu gelombang agak reda baru bisa menyeberang. Kami menunggu di tepi danau. Perjalanan menyusuri kampung di daerah danau bisa satu hari,” kata Raji’i.
Baca juga: Inovasi Menjangkau Negeri demi Memberdayakan Rakyat
Di daerah danau terdapat empat dusun, yakni Dusun Semangit, Semalah, Tempurau, dan Meliau. Tantangan lain saat musim kemarau. Karyawan BRI harus menggunakan sepeda motor terlebih dahulu selama tiga hingga empat jam, baru berganti perahu cepat, melalui sungai-sungai kecil, barulah sampai ke perkampungan.
”Warga tak mengira BRI bisa menjangkau sampai ke sana. Kami bekerja tidak hanya melayani warga di dekat kantor. BRI milik rakyat. Ke mana pun tetap diupayakan kami datangi,” ujarnya lagi.
Sebagai nasabah, Asmiyati Timporok (27), seorang guru, juga mengandalkan BRI selama bertugas di Miangas hingga akhir 2020. ”Semua pakai BRI, mulai dari token listrik, iuran BPJS, sampai menabung. Untungnya transfer tidak dipungut biaya,” ujarnya.
Namun, urusan perbankan di Miangas bukan tanpa kendala. Ia tak bisa mengambil uang jika ada gangguan jaringan. Lebih parah lagi, pada awal pandemi Covid-19, tidak ada uang kertas di BRI Miangas karena operasi kapal perintis Sabuk Nusantara terhenti.
”Tak ada duit tunai, mau belanja bagaimana? Akhirnya saya ambil uang di Ibu Sekretaris Kecamatan dengan cara transfer ke rekeningnya lewat m-Banking BRI. Meskipun susah, tinggal di Miangas adalah pengalaman yang sangat berharga buat saya,” kata Asmiyati yang kini mengajar di SMP Negeri 1 Melonguane.
Menurut Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto, BRI bisa melayani warga hingga ke ujung negeri bukan hanya karena memiliki karyawan hingga lebih dari 125.000 orang, melainkan juga karena dukungan nasabah. Nasabah itu sebagian menjadi ujung tombak layanan perbankan, menjadi Agen BRILink. Hingga kuarter ketiga tahun 2020, jumlah agen mencapai 466.864 orang.
Layani warga
Masyarakat di desa-desa perbatasan Indonesia-Timor Leste pun tidak perlu lagi ke Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, atau Betun di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk bertransaksi di perbankan. Mereka memanfaatkan agen BRILink di desa itu untuk menabung, mengirim, dan menarik uang tunai. Warga tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi yang jumlahnya berkisar Rp 40.000-Rp 200.000 sekali pergi-pulang.
Petugas agen BRILink Belu, Cesar Nggesu, mengatakan, di Belu dan Malaka terdapat 352 Agen Kios BRILink. Di Belu sebanyak 158 unit, sisanya 194 unit di Malaka. Kios BRILink terdapat di desa-desa untuk melayani warga perdesaan agar tidak lagi pergi ke kota atau mencari bank di kota. Semua desa di Belu dan Malaka sudah terpasang Kios BRILink. Jika ada pemilik kios di desa bersedia menjadi agen, akan dipasang Kios BRILink ini. Apabila tidak ada kios penjual bahan pokok, agen bisa dibuka di kecamatan.
”Warga desa perbatasan paling banyak memanfaatkan Kios BRILink Desa Silawan, tepat di perbatasan Motaain-Batugade, yakni 80 transaksi per hari. Ini paling banyak untuk transaksi di Kios Agen BRILink tingkat perdesaan di Belu dan Malaka. Satu orang bisa melakukan 2-4 kali transaksi di kios agen BRILink per hari,” kata Cesar.
Tidak ada kendala bagi masyarakat dalam memanfaatkan Kios BRILink ini. Saat listrik padam pun masih bisa beroperasi karena menggunakan baterai. Kecuali desa yang sama sekali belum ada jaringan internet belum memiliki kios jenis ini.
”Pelanggan memiliki kartu ATM dengan nomor PIN sendiri. BRI menyediakan mesin untuk bertansaksi yang disebut edisi,” ucap Cesar. Literasi perbankan pun masuk di perdesaan, bahkan di wilayah terujung di negeri ini.
Warga di daerah pedalaman Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan juga tak asing lagi dengan layanan transaksi keuangan dari perbankan. Layanan perbankan kian dekat dengan mereka sejak kehadiran agen BRILink di Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Loksado berjarak sekitar 40 kilometer dari ibu kota kabupaten atau lebih kurang 175 kilometer dari Kota Banjarmasin, ibu kota Kalsel. Pegunungan Meratus menjadi salah satu daerah tujuan wisata alam di Kalsel.
Dahulu wisatawan atau warga lainnya jika ingin berkunjung ke Loksado harus dipastikan membawa uang tunai dalam jumlah cukup agar tidak kehabisan uang. ”Dulu, orang pasti bingung kalau sampai kehabisan uang di Loksado. Walaupun punya uang di rekening tabungan dan kartu ATM (anjungan tunai mandiri) tetap saja tidak bisa digunakan. Sekarang tidak perlu khawatir lagi, karena sudah ada agen BRILink,” kata Didy Rosasi (34), agen BRILink di Loksado.
Didy menjadi agen BRILink sejak 2015. Ia merupakan agen BRILink pertama di Loksado. Ia melayani transfer uang, tarik tunai, setor pinjaman, setor simpanan, serta aneka pembayaran, seperti listrik, BPJS Kesehatan, tiket pesawat, cicilan, dan televisi berbayar.
”Tahun pertama menjadi agen, saya harus banyak promosi dan sosialisasi kepada warga karena mereka masih ragu bertransaksi di tempat saya,” ungkapnya.
Setelah itu, warga mulai berdatangan untuk bertransaksi dengan berbagai keperluan. Mereka tidak perlu lagi ”turun gunung” ke ibu kota kabupaten untuk sekadar membayar cicilan sepeda motor atau transfer uang buat keperluan anak yang bersekolah di kota.
Didy menuturkan, rata-rata 10-20 transaksi keuangan yang dilayani setiap hari. Warga masih banyak yang bertransaksi di gerainya meski kini sudah muncul tiga agen BRILink yang baru.
”Saya ini ibarat pelopor mesin ATM di pedalaman. Di samping bisa membantu warga, saya juga mendapatkan fee (bayaran) dari setiap transaksi,” katanya.
Muslikhin Azali (39) bergabung menjadi agen BRILink sejak 2018. Awalnya, pekerjaan itu hanya dijadikan sambilan sembari berjualan bahan makanan pokok di toko kelontong di dekat Pasar Ranai, Natuna, Kepulauan Riau. Tidak ada yang menyangka, dua tahun kemudian, ia bisa melayani rata-rata 4.000 transaksi per bulan di wilayah perbatasan Indonesia tersebut.
”Dulu banyak warga masih ragu apa betul uang yang dikirim lewat agen BRILink seperti saya bisa sampai ke tujuan,” kata Muslikhin saat dihubungi melalui telepon dari Batam.
Untuk meyakinkan warga, ia sering menyambangi Kantor Cabang BRI di Ranai. Saat melihat ada antrean panjang, ia memberi tahu mereka pelayanan lewat agen BRILink bisa lebih cepat dan tak perlu antre. Ia juga meminta bantuan petugas satpam BRI untuk menginformasikan hal yang sama jika sedang terjadi antrean nasabah yang terlalu panjang.
”Informasi itu akhirnya tersebar dari mulut ke mulut dan akhirnya lama-lama warga mulai ramai datang ke agen BRILink. Mereka senang transaksi lewat agen BRILink karena lebih praktis, tidak perlu rapi dan wangi seperti kalau mereka ke bank,” ujarnya.
Toko kelontong Muslikhin buka dari pagi hingga pukul 24.00. Biasanya warga mulai ramai datang di atas pukul 15.00, setelah kantor cabang BRI tutup. Keperluan warga beragam, mulai dari transfer uang, beli voucer listrik, sampai yang belakangan sedang ngetren adalah membayar belanjaan daring lewat Briva.
”Sekitar pukul 18.00, sebelum dan setelah maghrib, biasanya banyak sekali yang datang. Terkadang sampai harus antre juga. Sepertinya mereka nyaman transaksi lewat agen BRILink karena bisa kirim uang ke bank lain juga,” katanya.
Dulu banyak warga masih ragu apa betul uang yang dikirim lewat agen BRILink seperti saya bisa sampai ke tujuan.
Kini, penghasilan Muslikhin dari agen BRILink bisa sampai Rp 15 juta per bulan, jauh di atas pendapatan dari toko bahan pokok miliknya. Tentunya hal itu tidak dicapai dengan instan. Dulu, ketika sinyal telepon seluler masih susah di Natuna, tidak jarang ia harus kehilangan jutaan rupiah karena transfer ganda akibat notifikasi SMS datang terlambat.
”Agen BRILink sangat membantu warga Natuna melek terhadap perkembangan teknologi keuangan. Karena agen BRILink itu warga biasa dan kebanyakan tetangga sendiri, berbagai lapisan masyarakat, misalnya kaum ibu dan anak muda, menjadi tidak malu bertanya. Sekarang mereka semua sudah lincah bertransaksi,” kata Muslikhin.
Abdussatari (30), warga Desa Jambo Papeun, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh, telah dua tahun menjadi agen BRILink. Kluet Tengah sebagai kecamatan baru belum memiliki kantor perbankan. Satu-satunya bank yang paling dekat berada sekitar 15 kilometer, di pusat kecamatan lama.
Dengan adanya BRILink milik Abdussatari, warga di desa itu sangat terbantu untuk pelayanan perbankan. Mereka tidak perlu menempuh jarak 15 km untuk kebutuhan transaksi perbankan. Sebagian besar warga di Kluet Tengah adalah petani sawit sehingga mereka sangat butuh transaksi perbankan.
Selain itu, kebanyakan warga Kluet Tengah anaknya kuliah di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh. Setiap bulan, mereka mengirimkan biaya kuliah untuk anaknya melalui BRILink.
Abdussatari menuturkan, dalam sehari transaksi mencapai Rp 50 juta. Dalam sehari dia memperoleh jasa layanan Rp 300.000-Rp 500.000. Besaran jasa layanan ditentukan oleh banyaknya jumlah transaksi. ”Program agen BRILink ini sangat membantu masyarakat di sini. Sedangkan bagi agen ini menjadi pendapatan,” katanya.
Dari sisi teknologi, menjadi agen BRILink di beberapa wilayah negeri ini menumbuhkan kebanggaan karena bisa melayani masyarakat 24 jam. Pelayanan itu bisa berupa menabung, pembayaran kredit, atau transfer dana. Mereka juga bisa menginformasikan ke kantor BRI, termasuk Unit Badau, siapa yang ingin membuka tabungan dan mengajukan kredit. ”Kalau sinyal agak sulit, ada alat untuk memperkuat sinyal. Jadi, tinggal ke agen BRILink. Kapan pun layanan perbankan bisa mereka akses,” kata Raji’i.
Agen BRILink juga ikut mencerdaskan masyarakat. Dahulu, ada warga yang tidak tahu mengenai kartu ATM, sekarang menjadi tahu dan bisa menggunakannya. Setiap tabungan ada ATM. Ada edukasi yang dilakukan, begitu juga di agen-agen BRILink, jika ingin menarik dan mengirim uang ada ATM.
Saat pertama bertemu, (calon) nasabah langsung diedukasi. Pembelajaran itu juga menjadi daya tarik bagi masyarakat, membuka dialog antarwarga yang berbeda, dan memperkuat persatuan Indonesia.
Dalam buku BRI 125 Tahun Untuk Indonesia BRILian (2020) dituliskan, peningkatan jumlah agen salah satu bentuk BRI untuk memperluas delivery channel serta peningkatan transaksi e-channel untuk bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bank BRI memperluas jaringan kerjanya dengan adanya BRILink sehingga masyarakat di seluruh Indonesia mendapat kemudahan, kenyamanan, kedekatan, dan kemanan serta kecepatan dalam meningkatkan transaksi perbankan di agen BRILink. Implementasi BRILink diharapkan mampu dalam mendorong meningkatkan jumlah nasabah bank BRI dan dapat meningkatkan fee based income serta dapat meningkatkan tingkat efisiensi BRI di masa mendatang.
Optimisme 2021
Keberadaan unit layanan masyarakat hingga ke ujung negeri, termasuk agen BRILink, menumbuhkan optimisme pada BRI di tahun 2021, khususnya pertumbuhan penyaluran kredit, seiring dengan pemulihan ekonomi nasional. Dalam webinar bertajuk ”Geliat Industri Perbankan 2021”, awal Desember 2020, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, seiring dengan ekspektasi kondisi ekonomi yang masuk dalam tahap pemulihan, penyaluran kredit diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4-5 persen tahun depan.
Baca juga: Kepemimpinan yang Memberi Arah dalam Perubahan
Proyeksi pertumbuhan itu diyakini berada di atas rata-rata nasional yang diperkirakan 3 persen hingga 3,5 persen. Untuk mencapai target pertumbuhan kredit di atas rata-rata nasional, BRI fokus pada pertumbuhan bisnis di segmen UMKM dan ultramikro.
”Segmen UMKM dan ultramikro adalah sektor usaha yang lebih cepat pulih dibandingkan dengan segmen menengah dan korporasi sehingga permintaan kreditnya pun akan cepat pulih,” ujarnya.
Untuk mengoptimalkan penyaluran kredit tahun 2021, BRI akan terus memaksimalkan penggunaan aplikasi proses kredit secara digital melalui BRISpot, optimalisasi agen laku pandai BRILink sebagai rujukan penyaluran KUR, serta mendorong kemitraan dengan perusahaan teknologi finansial (tekfin) ataupun e-dagang. Hingga triwulan III-2020, BRI secara konsolidasi telah menyalurkan kredit Rp 935,35 triliun atau tumbuh 4,86 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Segmen UMKM dan ultramikro adalah sektor usaha yang lebih cepat pulih dibandingkan dengan segmen menengah dan korporasi sehingga permintaan kreditnya pun akan cepat pulih.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, pada pekan-pekan terakhir tahun 2020, BRI masih dalam tahap penyusunan proyeksi kinerja 2021. Namun, seiring dengan proyeksi pertumbuhan kredit, laba perusahaan pada 2021 diproyeksikan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan capaian tahun 2020. Selain ditopang oleh pertumbuhan kredit, pertumbuhan laba juga ditopang sejumlah faktor lain, seperti efisiensi biaya dana melalui peningkatan dana murah (CASA) serta peningkatan pendapatan berbasis komisi, seperti yang berasal dari kanal e-banking dan laku pandai.
”BRI telah mendukung pelaku UMKM melalui restrukturisasi kredit yang salah satu skemanya penurunan suku bunga mulai dari 200-500 basis poin. Selain itu, BRI juga fokus menyalurkan KUR yang memiliki bunga rendah 6 persen,” ujarnya. Haru mencatat, hingga November 2020, BRI telah menyalurkan KUR Rp 125,6 triliun atau sekitar 90 persen dari total kuota KUR BRI sepanjang 2020 sebesar Rp 140 triliun. Adapun hingga Oktober 2020, kredit macet (nonperforming loan/NPL) KUR BRI tercatat hanya 0,06 persen.(KOR/JUM/ESA/NDU/AIN/CIP/OKA/DIM/TRA)