Pandemi Covid-19 memukul perekonomian secara global. Di Jawa Timur, perekonomian yang belum pulih berdampak pada inflasi tahunan yang selama 2020 hanya 1,44 persen atau terendah dalam tiga tahun terakhir.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memukul perekonomian secara global. Di Jawa Timur, perekonomian yang belum pulih berdampak pada inflasi tahunan. Kurun waktu 2020, Jawa Timur mengalami inflasi hanya 1,44 persen atau terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum serta terus-menerus atau kontinu di suatu wilayah. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, inflasi tahun lalu 2,12 persen, sedangkan 2018 adalah 2,86 persen.
Inflasi tahun ini di bawah target pemerintah yang mematok di kisaran 3 plus minus 1 persen. Inflasi yang rendah jelas diakibatkan oleh pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Pagebluk atau pandemi mengakibatkan penurunan situasi ekonomi, terutama produksi. Penerimaan masyarakat juga menurun sehingga melemahkan daya beli atau konsumsi barang dan jasa.
”Pandemi memang memukul perekonomian sehingga inflasi tahun ini terendah,” kata Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan, di Surabaya, Selasa (5/1/2021).
Pandemi memang memukul perekonomian sehingga inflasi tahun ini terendah. (Dadang Hardiwan)
Dari 11 kelompok pengeluaran, 10 kelompok mengalami inflasi, sedangkan 1 kelompok deflasi. Dari 10 kelompok yang inflasi, 3 besar tertinggi ialah perawatan pribadi dan jasa lainnya (5,66 persen), kesehatan (2,51 persen), serta makanan, minuman, dan tembakau (2,26 persen). Kelompok yang deflasi ialah transportasi 0,58 persen.
Lima komoditas utama penyumbang inflasi ialah kenaikan harga emas perhiasan (26,57 persen), harga minyak goreng yang naik 9,25 persen, kenaikan tarif jasa tukang bukan mandor (7,14 persen), harga rokok kretek filter yang naik 5,74 persen, dan kenaikan harga mobil (3,22 persen). Adapun komoditas yang menghambat inflasi ialah penurunan harga bensin, tarif angkutan udara, tarif listrik, dan penurunan harga bahan makanan, antara lain semangka dan bawang putih.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan, inflasi yang rendah mencerminkan pukulan pandemi Covid-19 terhadap perekonomian di provinsi berpenduduk 40 juta jiwa ini.
”Kami berharap tahun 2021 ini perekonomian bisa membaik,” kata Adik.
Salah satu sinyal yang diberikan oleh pemerintah adalah mendorong program vaksinasi Covid-19 bisa dimulai. Senin (4/1/2021), lebih dari 77.000 vaksin produksi Sinovac telah tiba di Surabaya untuk kemudian didistribusikan. Jumlah vaksin itu memang masih jauh dari kebutuhan sehingga masih akan ada kedatangan lainnya.
Adik mengatakan, vaksin memberikan semangat bagi dunia usaha dengan harapan itulah senjata yang ampuh untuk mengatasi pandemi. Jika wabah bisa diatasi, produksi berjalan, penerimaan masyarakat normal, begitu pula dengan pola konsumsi.
Kami berharap tahun 2021 ini perekonomian bisa membaik. (Adik Dwi Putranto)
Adik mengatakan, indeks pembangunan manusia Jatim terus membaik, yakni 70,7 pada 2018 dan menjadi 71,5 pada 2019. Wabah diharapkan tidak berdampak pada situasi IPM Jatim menjadi turun pada tahun lalu atau 2020.
”Tantangan besar lainnya adalah mengatasi kemiskinan karena wabah turut memengaruhi,” kata Adik.
Maret 2020, menurut BPS Jatim, penduduk miskin di provinsi ini berjumlah 4,41 juta jiwa. Angka itu naik 363.100 jiwa dibandingkan dengan situasi pada September 2019 yang 4,05 juta jiwa. Situasi inilah yang patut menjadi perhatian karena kemiskinan di Jatim 11,09 persen di atas rerata nasional dan dipengaruhi wabah.