Kegiatan industri pariwisata terkena dampak telak pandemi Covid-19. Dunia pariwisata yang sempat bergerak kini kembali terpukul varian baru virus korona tipe baru.
Oleh
Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri pariwisata kembali menginjak rem setelah sempat membaik selama beberapa bulan menjelang akhir 2020. Perkembangan terbaru pandemi berupa kemunculan varian baru Covid-19 di Inggris dan Afrika Selatan serta pembatasan bepergian yang diterapkan sejumlah negara memperlambat proses pemulihan sektor pariwisata.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Senin (4/1/2021), dari September sampai November 2020, tren jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan tingkat penerbangan internasional meningkat.
Pada Januari-November 2020 ada 3,89 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia atau anjlok 73,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Namun, tren kunjungan secara bulanan meningkat, dari 151.300 kunjungan wisatawan mancanegara pada September 2020 menjadi 153.900 kunjungan pada Oktober 2020 dan 175.300 kunjungan pada November 2020.
”Dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah kunjungan pada November 2020 masih minus 86,31 persen. Namun, secara bulanan, kunjungan wisatawan mancanegara mulai menunjukkan tren yang positif,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Senin, dalam keterangan pers daring di Jakarta.
Perbaikan juga terlihat dari jumlah penumpang penerbangan internasional. Pada September 2020, jumlah penumpang penerbangan internasional 30.000 orang. Angka itu meningkat menjadi 39.000 orang pada Oktober 2020 dan 45.000 orang pada November 2020.
”Tren kenaikan ini akan sangat baik untuk perekonomian kita. Meski masih sedikit jumlahnya, tetapi pola kenaikan sudah terlihat dari September sampai November,” katanya.
Menutup pintu
Namun, tren peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara diperkirakan tidak bertahan lama karena kemunculan varian baru Covid-19. Sejumlah negara menutup pintunya terhadap kunjungan tamu asing, termasuk Indonesia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengatakan, semula keberadaan vaksin Covid-19 memberi harapan. Namun, harapan kembali pupus setelah varian baru virus korona tipe baru muncul.
”Sekarang ini mau tidak mau kami bergantung pada pasar domestik. Tidak bisa berharap lagi dari pasar kunjungan wisatawan mancanegara dari luar negeri ataupun kunjungan warga negara Indonesia ke luar negeri,” kata Pauline.
Namun, kunjungan wisatawan domestik juga masih lesu. Kebanyakan wisatawan domestik memilih berlibur di kota domisili atau bepergian melalui jalur darat. Akibatnya, agen perjalanan memperluas usaha dan menjual berbagai produk dan jasa, antara lain jasa tes usap Covid-19, jasa titipan (belanja barang), serta menjual sepeda atau obat dari luar negeri.
Kebanyakan wisatawan domestik memilih berlibur di kota domisili atau bepergian melalui jalur darat.
Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) memprediksi, industri pariwisata global membutuhkan 2,5-4 tahun untuk kembali pulih seperti kondisi 2019. Skenario itu mempertimbangkan penularan Covid-19 mulai terkendali di banyak negara, vaksinasi berhasil dilakukan, dan negara-negara mulai saling membuka pintu lagi.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada 2021 mencapai 4 juta-7 juta orang.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran menilai, penetapan target adalah hal lumrah. Namun, target itu kurang realistis. Sebab, kondisi dunia saat ini masih dibayangi ketidakpastian karena kasus Covid-19 tak kunjung menurun, bahkan berkembang menjadi varian baru.
”Sebenarnya target itu sah-sah saja untuk membangun optimisme. Namun, kita juga harus realistis karena sektor pariwisata itu sangat bergantung pada interaksi antarmanusia. Selama Covid-19 masih ada, sektor pariwisata itu paling rumit untuk dipulihkan,” kata Maulana.
Menurut dia, target yang lebih realistis sebaiknya menjaga agar industri dan pekerja pariwisata yang paling pertama terdampak pandemi bisa bertahan terlebih dahulu. ”Jadi jangan langsung bicara soal pembangunan (kawasan wisata), tetapi fokus pada bagaimana para pelaku usaha dan pekerja bisa bertahan, baru upaya pemulihan, baru kita bicara pembangunan,” ujarnya.
Fokus pada bagaimana para pelaku usaha dan pekerja bisa bertahan, baru upaya pemulihan, baru kita bicara pembangunan.
Dalam keterangan tertulis, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, pemerintah sedang membicarakan paket stimulus fiskal dan insentif kepada pelaku usaha serta bantuan langsung tunai kepada para pekerja yang terdampak di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
”Yang perlu digarisbawahi adalah program transfer tunai kepada para pekerja informal karena kita tidak ingin mereka kehilangan penghasilan dan fokus mereka untuk bertahan di tengah pandemi,” kata Sandiaga.
Pemerintah juga akan memanfaatkan momen pandemi ini untuk memperbaiki kawasan dan akses tujuan pariwisata. Hal ini, menurut Sandiaga, sudah dikoordinasikan secara lintas sektor dengan kementerian lain yang terkait. Pembenahan akses dan kawasan pariwisata penting untuk memberi kenyamanan bagi pengunjung begitu pintu wisata dibuka lagi.