Pasar Ritel Produk Perikanan Diprediksi Terus Tumbuh
Pasar ritel produk perikanan masih akan terus tumbuh pada tahun ini. Sementara pasar ”food service”, seperti restoran, kafe, dan katering, akan cukup lama untuk pulih.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah mengubah tren pasar sektor perikanan. Permintaan bahan pangan perikanan untuk restoran, kafe, dan katering menurun, sedangkan pasar ritel meningkat. Pasar ritel produk perikanan, baik tujuan ekspor maupun dalam negeri, diprediksi terus tumbuh pada tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Produsen, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengatakan, industri pengolahan yang sempat anjlok di awal pandemi Covid-19 mulai bangkit dan terus meningkatkan pasar ekspor. Penopang kebangkitan pasar ekspor yaitu penjualan langsung ke konsumen akhir (ritel).
”Pasar ritel masih akan terus tumbuh pada tahun ini. Sementara pasar food service, seperti restoran, kafe, dan katering, akan cukup lama untuk pulih,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta, Senin (4/1/2020).
Menurut Budhi, permintaan bahan pangan ikan untuk restoran, kafe, dan katering yang di awal pandemi Covid-19 anjlok 70 persen, saat ini mulai membaik. Namun, permintaannya masih turun 50 persen jika dibandngkan pada saat kondisi normal.
Sebaliknya, pasar ritel diprediksi terus tumbuh mencapai 20-30 persen pada tahun ini. Permintaan bahan pangan untuk keperluan restoran, kafe, dan katering diperkirakan baru akan pulih pada 2022.
Pasar ritel masih akan terus tumbuh pada tahun ini. Sementara pasar food service, seperti restoran, kafe, dan katering, akan cukup lama untuk pulih.
Konsumen, lanjut Budhi, semakin banyak memilih memasak di rumah dengan produk siap masak atau produk ikan olahan. Harga produk olahan juga 50 persen di bawah harga pembelian di restoran. Tantangan peningkatan pasar adalah memperbanyak produk bernilai tambah, baik untuk pasar ekspor maupun lokal.
Salah satu produk andalan yang didorong bernilai tambah adalah udang. Komoditas udang dinilai jauh lebih siap masuk ke pasar ritel dibandingkan ikan.
”Di antaranya, udang yang sudah dimasak (cooked shrimp) dan udang tepung (breaded shrimp). Adapun komoditas ikan olahan yang berpotensi meningkat ialah produk ikan berbasis surimi,” katanya.
Budhi menambahkan, sejumlah pelaku industri pengolahan mulai menggarap pasar ritel melalui produk-produk olahan. Ekspor perikanan juga mengarah ke pasar ritel.
Ia berharap ekspor perikanan pada tahun ini bisa tumbuh 20 persen. Peningkatan ekspor juga akan menggerakkan industri hulu, yakni kapal penangkapan ikan dan budidaya perikanan.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Artati Widiarti mengemukakan, nilai ekspor perikanan pada tahun ini ditargetkan sebesar 6,05 miliar dollar AS. Target nilai ekspor pada tahun ini meningkat 14,15 persen dibandingkan target nilai ekspor pada 2020 sebesar 5,3 miliar dollar AS.
Adapun realisasi ekspor perikanan selama Januari-Oktober 2020 senilai 4,2 miliar dollar AS, dengan volume ekspor sebesar 1,04 juta ton. Pada 2019, ekspor perikanan senilai 4,9 miliar dollar AS untuk volume ekspor 1,18 juta ton.
Direktur Pemasaran KKP Machmud Sutedja menuturkan, beberapa komoditas unggulan yang akan didorong untuk peningkatan ekspor meliputi udang, tuna-tongkol-cakalang, rajungan, dan rumput laut.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi Safri Burhanuddin menyatakan, tantangan Indonesia adalah meningkatkan nilai tambah produksi perikanan melalui inovasi teknologi dan pemasaran. Pengembangan produk perikanan perlu difokuskan pada komoditas unggulan ekspor, yakni udang, tuna-cakalang, dan cumi-sotong-gurita.
Pada 2019, ekspor perikanan Indonesia menempati peringkat ke-11 dari negara-negara eksportir perikanan. Pada 2025, Indonesia menargetkan mampu masuk lima besar negara-negara eksportir perikanan. Untuk mencapainya, nilai ekspor sedikitnya harus mencapai 8,2 miliar dollar AS pada 2024.