Pasar Modal Berperan Vital di Periode Pemulihan Ekonomi
Selama beberapa pekan di akhir tahun 2020, IHSG cukup lama berada di sekitar 6.000 dengan level tertinggi 6.165,6 pada 21 Desember 2020. Tahun ini, arah pergerakan IHSG akan sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang 2021, pasar modal akan berperan penting untuk pemulihan ekonomi sebagai sumber penggalangan dana bagi korporasi ataupun usaha mikro, kecil, dan menengah. Sejumlah relaksasi serta stabilitas ekonomi pada tahun ini yang dijamin pemerintah diyakini semakin meningkatkan daya tarik penggalangan dana di pasar modal.
Dalam acara seremoni pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2021, Senin (4/1/2020) pagi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, jumlah perusahaan yang mencari dana di pasar modal berpotensi meningkat di sepanjang periode pemulihan ekonomi nasional pada tahun ini.
”BEI menargetkan 30 perusahaan melakukan IPO (penawaran saham perdana) pada tahun ini, tetapi saya harapkan peningkatan jumlah dananya bisa cukup signifikan. Upaya pemulihan bisnis dan ekonomi bisa mendorong minat banyak perusahaan mencari dana di pasar modal,” ujarnya.
BEI menargetkan 30 perusahaan melakukan IPO pada 2020, tetapi saya harapkan peningkatan jumlah dananya bisa cukup signifikan. Upaya pemulihan bisnis dan ekonomi bisa mendorong minat banyak perusahaan mencari dana di pasar modal.
Pemerintah, lanjut Airlangga, juga melanjutkan program pemulihan ekonomi nasional pada tahun ini dengan anggaran Rp 372,3 triliun. Dia berharap stimulus tersebut bisa mendorong daya beli masyarakat dan akselerasi ekonomi sehingga berdampak positif terhadap investor.
Hingga Desember 2020, jumlah dana yang dihimpun di pasar modal melalui IPO hanya sebesar Rp 5,49 triliun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan total keseluruhan 2019 yang mencapai Rp 14,78 triliun.
Airlangga memaparkan, sejumlah relaksasi kebijakan dari pemerintah juga dapat mendorong pertumbuhan nilai emisi yang digalang di pasar modal pada 2021. Salah satu relaksasi tersebut adalah penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) badan serta pemberian tarif khusus untuk perseroan terbuka yang memperdagangkan saham mereka di BEI.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 yang kini diundangkan menjadi UU No 2/2020, sebagai upaya mempercepat memulihkan perekonomian nasional. Pada beleid itu, pemerintah menurunkan tarif PPh badan dari 25 persen menjadi 22 persen pada 2020-2021, dan kembali turun menjadi 20 persen mulai 2022.
Airlangga menambahkan, optimisme di pasar modal juga akan didukung oleh pemerintah melalui stabilitas harga. Dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, inflasi ditargetkan ada di kisaran 2 persen-4 persen.
Pemerintah juga menyiapkan strategi untuk meraih peluang pemulihan ekonomi pada 2021, salah satunya melalui vaksinasi Covid-19. ”Pemutusan mata rantai penularan Covid-19 melalui vaksinasi yang direncanakan dimulai pada pertengahan Januari 2021 akan menjadi titik balik pendorong utama pemulihan ekonomi,” katanya.
Indeks saham
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan perdana di tahun ini pada hari Senin naik 59,7 poin atau 1 persen ke level 6.038,8. Sebanyak 226 saham menguat, 247 melemah, dan 137 lainnya stagnan. Transaksi bursa cukup ramai dengan volume saham yang diperdagangkan 14.000 kali lebih hingga lebih dari 768.000 kali perdagangan.
”Sementara nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir terapresiasi ke level Rp 14.050 per dollar AS pada 30 Desember 2020. Artinya nilai tukar rupiah dan IHSG sudah mendekati level sebelum pandemi di awal tahun ini,” ujar Airlangga.
Selama beberapa pekan di akhir 2020, IHSG cukup lama berada di sekitar 6.000 dengan tertinggi pernah di level 6.165,6 pada 21 Desember 2020. Adapun sejak awal Januari hingga akhir Desember 2020 IHSG terkontraksi hingga 5,09 persen.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, kebangkitan pasar modal Indonesia sepanjang tahun lalu tecermin dari peningkatan transaksi investor riil sebesar 73 persen dari 2019. Sementara itu, transaksi investor ritel meningkat empat kali lipat dan merupakan tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
”Ini adalah momentum bangkitnya penggalangan dana di pasar modal. Tahun lalu, minat korporasi untuk menggalang dana melalui penawaran umum tetap terjaga di masa pandemi, pada tahun ini penggalangan dana bisa semakin besar,” ujarnya.
Urun dana
Dalam pembukaan perdagangan pasar modal 2020, OJK juga meluncurkan layanan urun dana berbasis teknologi (securities crowdfunding/SCF). Wimboh mengatakan, hal ini memudahkan anak-anak muda dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk melakukan pengumpulan dana melalui pasar modal.
”Potensi layanan urun dana masih cukup besar. Hal ini terlihat dari besarnya penerbit yang melakukan penghimpunan dana di pasar modal di tahun lalu,” ujarnya.
Menurut Wimboh, melalui equity crowdfunding (ECF), peluang bagi sektor UMKM untuk penggalangan dana dari pasar modal dengan dana yang lebih kecil semakin besar. Potensi nilai penggalangan dana di pasar modal untuk sektor UMKM atau melalui ECF nilainya mencapai Rp 74 triliun dengan melibatkan sekitar 160.000 UMKM.
Wimboh meyakini, melalui platform digitalnya, ECF diharapkan bisa menjadi peluang investasi baru bagi investor, terutama anak muda yang memiliki dana investasi terbatas. ECF dinaungi oleh Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) yang nantinya akan memberikan pendampingan dan perlindungan kepada investor.