Pemodal Ventura Membidik Usaha yang Adaptif dengan Ekosistem Digital
Perusahaan modal ventura tetap aktif berinvestasi kepada usaha rintisan digital selama pandemi Covid-19. Bidang teknologi digital dianggap makin prospektif sebagai lahan investasi pemodal.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemodal ventura di Indonesia yakin masih ada peluang pertumbuhan ekosistem digital di tengah situasi ekonomi yang sulit. Menjelang pergantian tahun, mereka tetap membidik usaha rintisan yang adaptif dengan teknologi digital.
Pemodal ventura Indonesia, Alpha JWC Ventures, melanjutkan investasinya kepada usaha rintisan berbasis teknologi selama pandemi. Tahun 2020 justru memicu mereka untuk berinvestasi ke sepuluh perusahaan rintisan, lebih banyak dibandingkan tahun 2019 yang hanya delapan perusahaan.
”2020 memang menjadi tahun yang sangat menantang untuk banyak industri, tetapi kami enggak mengurangi minat investasi ke usaha rintisan digital. Terutama kami melihat adaptasi teknologi digital di Indonesia justru semakin baik daripada tahun 2019,” ujar Jefrey Joe, Co-Founder and General Partner Alpha JWC Ventures dalam diskusi media daring, Senin (28/12/2020).
Jefrey melihat pertumbuhan pada sejumlah lini bisnis usaha rintisan yang didanai oleh Alpha JWC Ventures. Bobobox, usaha rintisan penyedia hotel kapsul yang mereka dukung, misalnya, masih bisa menumbuhkan okupansi hingga 60 persen selama pandemi dan mengirim sekitar 200 tempat tidur kapsul untuk sejumlah rumah sakit.
Begitu pula usaha rintisan Gudang Ada, e-dagang yang mereka dukung, mencatatkan transaksi bulanan sekitar 150.000 kali bagi ratusan ribu pengusaha grosir selama pandemi. Usaha rintisan minuman kopi siap saji, Kopi Kenangan, juga terus berkembang meski diterpa pandemi Covid-19.
Dari kondisi itu, Jefrey melihat adopsi teknologi digital justru meningkat selama pandemi. Dia percaya bahwa peningkatan penggunaan teknologi digital menjadi momen tepat untuk berinvestasi pada usaha rintisan yang menjanjikan.
Hal itu tampak seiring dengan survei angka pengguna internet menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Setidaknya hingga triwulan II-tahun 2020 APJII mencatat 25,5 juta pengguna internet baru. Angka itu menambah total pengguna internet nasional menjadi 196,7 juta pengguna.
Dari jumlah total, 95,4 persen pengguna mengakses internet lewat ponsel. Mayoritas pengguna juga mengakses internet selama lebih dari delapan jam sehari dengan akses paling sering ke media sosial, keperluan edukasi, dan belanja daring.
Chandra Tjan, Co-Founder and General Partner Alpha JWC Ventures, akan melanjutkan investasi secara aktif dan selektif pada tahun 2021. Hal ini tecermin sepanjang 2020 di mana mereka lebih banyak menjaring proposal perusahaan. Lebih selektif, tetapi memberi kucuran dana lebih banyak dengan sejumlah pertimbangan.
Alpha JWC Ventures menyeleksi 1.100 proposal perusahaan rintisan yang masuk sepanjang 2020. Dari jumlah itu, ada sekitar 12 proposal yang mungkin akan ditindaklanjuti pada tahun 2021. ”Kami terus melihat sektor apa saja yang bisa kami investasi dan kami bantu. Kami masih sangat aktif dan agresif untuk investasi,” kata Chandra.
Sementara itu, Partner & Investment Alpha JWC Ventures justru melakukan kajian lebih dalam terhadap proposal perusahaan rintisan selama pandemi. Eko Kurniadi, pemimpin perusahaan itu, menekankan bahwa investor saat ini masih punya banyak dana untuk investasi, tetapi lebih berhati-hati dalam mengucurkan dana.
Saat pandemi, semakin banyak pihak yang berinvestasi kepada usaha rintisan teknologi. Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, pihaknya telah berinvestasi pada Amartha, Crowde, KoinWorks, dan Investree.
Sementara untuk platform pembayaran, Mandiri Capital telah berinvestasi pada platform LinkAja, Yokke, PTEN, dan DAM. Semenara pada teknologi finansial solusi bisnis, investasi dilakukan di Mekari, PrivyID, Cashlez, Gojek, Iseller, dan Halofina.
Jefrey dari Alpha JWC Ventures mengatakan, sejumlah pihak pemodal ventura kini mengambil kesempatan untuk menjadi investor tahap awal (early stage investor). Hal ini dilakukan oleh timnya agar perusahaan rintisan bisa tetap bertahan selama pandemi. Ketika keadaan membaik di tahun depan, dia berharap perusahaan mulai bisa fokus dengan target pertumbuhan.
”Saya tekankan lagi bahwa 2020 memang tidak mudah, tetapi kami punya alasan untuk optimistis. Begitu pula di tahun 2021. Kalau semua berjalan lancar, kami harap proses recovery bisa lebih cepat untuk usaha rintisan yang kami dukung,” tuturnya.