Pandemi bukan hanya penuh penderitaan. Namun, sebagian kalangan memanfaatkan situasi pandemi untuk berubah dengan cepat. Perubahan tak bisa ditunda.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Toko penjual cincin membuat siaran langsung ketika pembeli ingin memilih cincin yang sesuai. Dealer mobil memberikan layanan uji coba virtual dan layanan kredit secara dalam jaringan sebelum pembeli dikirimi mobil. Banyak hal berubah. Mereka bukan orang yang meratapi pandemi, tetapi melihat situasi masa pandemi sebagai peluang.
Banyak orang yang masih berharap kondisi sekarang kembali normal. Mereka mungkin sangat berharap dengan vaksin. Akan tetapi, kalangan pebisnis lebih antisipatif. Kondisi sekarang tidak bakal kembali seperti semula kendati vaksinasi telah dilakukan secara meluas. Oleh karena itu, pebisnis berinvestasi besar-besaran dalam teknologi dan logistik. Mereka melihat, apa pun yang akan terjadi, kondisi sekarang mengajarkan agar efisien dan membuat inovasi.
Salah satu tulisan pekan lalu di The Wall Street Journal yang mengutip pernyataan seorang sejarawan ekonomi Joel Mokyr menyebutkan, pada 1850, satu-satunya cara mendengarkan musik adalah mendatangi gedung konser atau memainkan sendiri alat musik. Dalam perkembangannya, muncul rol piano yang memutar lagu secara mekanik, kaset, cakram kompak, dan sekarang platform pengaliran musik.
Perubahan di industri musik menjadi contoh bagi industri lainnya. Perubahan itu memperlihatkan proses dematerialisasi atau orang tidak memerlukan lagi produk nyata yang bisa dipegang. Mereka yang berperan dalam industri musik juga bukan lagi produser, perantara, atau penjual alat atau produk, tetapi langsung pembuat karya, yaitu artis dan penyedia platform.
Contoh dalam industri musik itu sangat kontekstual pada masa pandemi ini. Pandemi bukan musibah semata, melainkan menjadi peringatan bagi semua pihak untuk bergegas. Mereka yang masih bangga dengan cara-cara lama harus cepat-cepat mengubah pikiran dan cara mereka karena dunia tiba-tiba memaksa harus berubah. Industri film yang masih mengandalkan bioskop masuk ke platform pengaliran konten. Penjual es krim akan membuat cara agar orang nyaman makan di rumah. Mereka yang selama ini menolak adopsi teknologi digital harus segera bangun dan bergerak. Mereka yang sudah berinovasi kemudian berlomba untuk menemukan dunia baru bisnis mereka. Inovasi yang mungkin sulit terlaksana, menjadi harus dilakukan jika tidak ingin usaha mereka mati.
Perubahan yang mungkin baru bisa dijalankan 10 tahun ke depan dihadirkan pada tahun ini.
Inovasi yang mungkin sulit terlaksana, menjadi harus dilakukan jika tidak ingin usaha mereka mati.
Salah satu tulisan di Forbes menyebutkan, pandemi malah menjadi katalis bagi percepatan perubahan di perusahaan. Faktor-faktor percepatan yang selama ini memengaruhi pebisnis, seperti kondisi politik, ekonomi, dan sosial kalah dengan pandemi. Para eksekutif bergegas merealisasikan perubahan karena pandemi. Perubahan yang selama ini disambut penolakan dan kadang lambat menjadi cepat dan mudah saat pandemi. Di samping itu, perubahan juga terjadi di dalam kultur kerja, organisasi, dan berbagai hal di dalam dunia bisnis. Mereka yang tidak nyaman dengan pertemuan virtual dipaksa nyaman dengan pertemuan menggunakan berbagai platform. Mereka yang terpaksa bekerja dari rumah harus adaptif agar nyaman bekerja di tengah keluarga.
Perubahan yang selama ini disambut penolakan dan kadang lambat, menjadi cepat dan mudah saat pandemi.
Kajian McKinsey, pandemi menghilangkan berbagai hambatan perusahaan untuk berimprovisasi dan bereksperimen dalam dunia bisnis. Eksekutif perusahaan malah memiliki kemampuan belajar lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya. Kemampuan ini akan berdampak pada kinerja bisnis di masa depan. Mereka makin mampu berkomunikasi dengan konsumen, karyawan, dan pihak-pihak yang berhubungan dengan bisnis mereka secara efisien.
Pandemi juga memperlihatkan peluang baru. Perusahaan tak lagi bertransformasi ke platform digital sebagai adaptasi pada masa pandemi. Mereka ternyata bisa dan mungkin mulai memikirkan penggunaan kecerdasan buatan dan teknologi maju lainnya. Dampaknya, sangat mungkin mereka harus mendefinisi ulang bisnis mereka. Adapun yang telah memiliki dan mengelola data melimpah dan infrastruktur untuk mendapatkan data akan mengarahkan perusahaan ke sana. Apalagi kecerdasan buatan yang dilanjutkan dengan otomasi akan menjadi tren pada tahun depan di kalangan industri digital.
Mereka makin mampu berkomunikasi dengan konsumen, karyawan, dan pihak-pihak yang berhubungan dengan bisnis mereka secara efisien.
Beberapa kalangan akhirnya melihat tahun ini bukan tahun derita saja, tetapi sebagai tahun akselerasi atau tahun percepatan. Percepatan bagi perubahan bisnis yang dipaksa tak bisa ditunda lagi. Semua inovasi yang bakal terjadi pada tahun-tahun mendatang dipaksa hadir pada tahun ini. Orang tidak bisa lagi menunda-nunda kenyataan bahwa untuk membeli mobil dan rumah cukup melihat di laman internet dan menggunakan fasilitas virtual. Persetujuan kredit yang mensyaratkan pertemuan kini dipaksa tanpa pertemuan dan bank mencari cara yang aman.