Transaksi Hari Belanja Daring Nasional 2020 Capai Rp 11,6 Triliun
Meskipun melambat, transaksi selama Harbolnas 2020 tetap tumbuh. Estimasi total nilai penjualan pada Harbolnas 2020 yang digelar pada 11-12 Desember 2020 sebesar Rp 11,6 triliun.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan antusiasme masyarakat terhadap festival belanja daring. Nilai transaksi Hari Belanja Online Nasional 2020 itu mencapai Rp 11,6 triliun. Pembeli dari luar Pulau Jawa turut meningkat pesat.
Laporan ”A Findings of Harbolnas 2020” dari Nielsen Indonesia menunjukkan, estimasi total nilai penjualan pada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2020 yang digelar pada 11-12 Desember 2020 sebesar Rp 11,6 triliun. Dari jumlah itu, sebesar Rp 5,6 triliun merupakan penjualan produk lokal.
Director of Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri, Rabu (23/12/2020), mengatakan, nilai penjualan pada Harbolnas 2020 tumbuh sebesar 28 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Capaian tersebut memang lebih rendah dari Harbolnas 2019 yang tumbuh 32 persen dibandingkan dengan 2018.
”Namun, mengingat adanya pandemi Covid-19, pertumbuhan dua angka ini merupakan kinerja yang baik,” ujarnya dalam telekonferensi pers yang digelar Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA).
Rusdy menuturkan, pertumbuhan itu salah satunya disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang mendorong masyarakat terbiasa berbelanja secara daring, termasuk yang berada di luar Pulau Jawa. Kontribusi transaksi yang berada di luar Pulau Jawa terhadap Harbolnas 2020 melonjak 97 persen.
Konsumen juga tetap antusias terhadap Harbolnas 2020 dengan membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari dan memanfaatkan promosi yang ditawarkan. Rata-rata pengeluaran pembeli di Harbolnas 2020 berkisar Rp 290.000 per transaksi.
Estimasi total nilai penjualan pada Harbolnas 2020 yang digelar pada 11-12 Desember 2020 sebesar Rp 11,6 triliun. Dari jumlah itu, sebesar Rp 5,6 triliun merupakan penjualan produk lokal.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, menilai, menurunnya pendapatan masyarakat akibat pandemi Covid-19 yang berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat menyebabkan perlambatan pertumbuhan nilai transaksi pada Harbolnas 2020. Semula, pertumbuhan nilai transaksi Harbolnas 2020 diperkirakan bisa mencapai 30 persen.
”Kendati begitu, pertumbuhan pasti ada karena terdapat diskon besar-besaran dan perubahan perilaku belanja masyarakat dari fisik ke daring,” tuturnya saat dihubungi.
Menurunnya pendapatan masyarakat akibat pandemi Covid-19 yang berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat menyebabkan perlambatan pertumbuhan nilai transaksi pada Harbolnas 2020.
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, berpendapat, perlambatan pertumbuhan transaksi pada saat Harbolnas 2020 disebabkan oleh pergeseran jenis produk yang dibeli konsumen. Aktivitas dari tempat tinggal mengubah keragaman produk yang dibeli, contohnya berlangganan ruang virtual untuk konferensi video.
Daya tarik
Sebanyak 78 persen konsumen Harbolnas 2020 menganggap pengiriman gratis menjadi daya tarik. Diskon menjadi daya tarik yang menempati peringkat kedua diikuti oleh voucer dan pengembalian tunai (cashback).
Adapun kategori barang yang meningkat paling pesat selama Harbolnas 2020, antara lain, adalah perawatan pribadi (36 persen), makanan dan minuman (35 persen), serta kebutuhan sehari-hari (26 persen). ”Produk-produk pangan segar yang ada di kategori makanan dan minuman tumbuh secara signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” kata Rusdy.
Head of Content and Promotion idEA Vriana Indriasari menyatakan, pembelian produk makanan dan minuman melonjak karena konsumen tidak dapat bepergian ke restoran, kafe, dan rumah makan di tengah pandemi ini. Ini membuat konsumen antusias memanfaatkan promosi dalam Harbolnas untuk membeli produk-produk itu.
VP Business Development dan Project Lead Blibli Histeria 12.12 Cindy Kalensang mengatakan, penjualan produk kudapan dan makanan Korea sepanjang 12 Desember lalu tumbuh empat kali lipat dibandingkan dengan rata-rata harian. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh tren gelombang Korea Selatan atau Korean Wave.
”Fitur Blibli PayLater, fasilitas pembelian dengan sistem kredit, juga menjadi daya tarik konsumen. Volume transaksi dengan fitur ini naik sebesar lima kali lipat dibandingkan dengan rata-rata harian,” katanya.
Chief Customer Officer Lazada Indonesia Ferry Kusnowo menuturkan, jumlah konsumen yang bertransaki di Lazada pada 12 Desember tahun ini meningkat dua kali lipat. ”Jumlah penjual juga naik dua kali lipat,” ujarnya.
Pada Harbolnas 2020, sebanyak 59 persen pembeli menggunakan dompet digital. Jumlah ini tumbuh 25 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ”Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh semakin banyak e-dagang yang bekerja sama dengan penyedia jasa dompet digital,” kata Rusdy.
Chief Executive Officer Shopee Chris Feng menyebutkan, transaksi yang menggunakan ShopeePay selama 12 Desember meningkat 18 kali lipat dibandingkan dengan hari biasa. Pengguna paling banyak memanfaatkan ShopeePay untuk transaksi pembelian kategori produk perawatan dan kecantikan, perlengkapan rumah, dan aksesori telepon genggam.