Pulih untuk Maju
Tak mudah menimbulkan rasa percaya masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Presiden Joko Widodo merombak anggota Kabinet Indonesia Maju. Enam orang diganti, meskipun beberapa orang penggantinya juga tidak sepenuhnya baru. Ada yang sudah pernah berkecimpung di dunia yang sama pada kabinet lalu. Ada juga yang sudah duduk di kabinet ini, tetapi di jabatan lain.
Menurut rencana, enam menteri tersebut akan dilantik pada Rabu (23/12/2020) ini.
Penggantian anggota biasanya dilakukan agar kinerja tim lebih baik dan tujuan akhir bisa dicapai. Penggantian anggota kabinet dilakukan menjelang triwulan IV-2020 berakhir, di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, dan di tengah kondisi perekonomian yang sedang lesu.
Baca juga: Kabinet Baru Diharapkan Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Tugas menanti para menteri yang baru untuk memacu kinerja dalam menangani persoalan kesehatan dan ekonomi akibat pandemi. Sebagaimana negara-negara di dunia yang saling terhubung dan terkait satu sama lain, begitu juga dengan tugas di pemerintahan. Tak ada persoalan yang berdiri sendiri. Semua persoalan saling terkait sehingga semua anggotanya mesti terlibat secara bersama-sama.
Tugas menanti para menteri yang baru untuk memacu kinerja dalam menangani persoalan kesehatan dan ekonomi akibat pandemi.
Pandemi Covid-19 adalah persoalan kesehatan yang di beberapa negara, termasuk Indonesia, belum kunjung teratasi. Di Indonesia, jumlah kasus positif terus meningkat, belum ada tanda-tanda mereda. Adapun sejumlah negara mengalami gelombang kedua atau ketiga. Gelombang kedua dan ketiga ditandai dengan penurunan kasus terkonfirmasi pada gelombang sebelumnya selama beberapa waktu, lalu meningkat lagi. Bahkan, ditemukan varian baru virus korona ini di beberapa negara di Eropa yang menular lebih cepat. Kesehatan masih akan jadi persoalan besar yang mesti diselesaikan. Vaksin yang sudah diterima sejumlah negara tak serta-merta jadi jawaban atas permasalahan ini.
Persoalan kesehatan merambat jadi persoalan ekonomi. Saat menyadari arti penting kesehatan, masyarakat mencegah penularan Covid-19 dengan memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menjaga jarak. Sebagian masyarakat yang punya pilihan untuk tetap tinggal di rumah selama pandemi Covid-19 memilih untuk tinggal di rumah dan membatasi pertemuan dengan pihak lain. Namun, mereka yang tidak punya pilihan, misalnya mesti bekerja demi pendapatan harian atau mesti bertemu pembeli agar asap dapur tetap mengepul, terpaksa menjalani hari-hari kerja seperti biasa.
Dampaknya sudah terasa sejak triwulan I-2020, yang secara makro ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang merosot menjadi 2,97 persen secara tahunan. Padahal, pada triwulan IV-2019, perekonomian masih tumbuh 4,97 persen secara tahunan. Kondisi semakin parah pada triwulan II-2020, yakni terkontraksi atau minus 5,32 persen secara tahunan. Adapun pada triwulan III-2020, kendati kontraksi lebih ringan atau menjadi minus 3,49 persen, Indonesia memasuki resesi.
Baca juga: Protokol Kesehatan dan Vaksin Covid-19
Pemerintah meyakini kondisi paling buruk sudah terlewati. Kemudian, secara perlahan kondisi ekonomi mulai pulih. Pada 2021, pemulihan ekonomi diharapkan berlangsung baik.
Mengutip Bank Indonesia dalam pertemuan tahunan pada awal Desember 2020, pemulihan ekonomi nasional pada 2021 dapat terwujud melalui penguatan sinergi. Ada satu prasyarat dan lima strategi untuk mewujudkan hal itu. Satu prasyarat tersebut adalah vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19.
Kembali lagi, vaksin bagaikan secercah sinar di ujung lorong dalam penanganan pandemi. Namun, vaksin perlu waktu untuk tiba di Indonesia, perlu waktu untuk diedarkan, dan perlu waktu juga untuk diterima masyarakat Indonesia. Masih perlu waktu untuk menunggu sehingga penerapan protokol kesehatan mesti jadi yang utama. Padahal, faktanya, sembilan bulan sejak kasus terkonfirmasi Covid-19 diumumkan di Indonesia pada 2 Maret 2020, protokol kesehatan belum melekat dalam kehidupan sehari-hari seluruh masyarakat Indonesia.
Satu prasyarat tersebut adalah vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19.
Bank Indonesia memperkirakan, jika prasyarat dan strategi dipenuhi, pertumbuhan ekonomi pada 2021 dapat mencapai 4,8-5,8 persen. Adapun pemerintah, dalam asumsi ekonomi makro pada APBN 2021, memasang target pertumbuhan ekonomi 5 persen.
Bagi Indonesia yang 55-57 persen produk domestik bruto disokong konsumsi rumah tangga, kepercayaan masyarakat terhadap langkah penanganan pandemi oleh pemerintah mesti dibangun. Masyarakat yang percaya tidak akan lagi menahan diri berbelanja. Sementara bagi pelaku usaha, kepercayaan masyarakat akan berbuah permintaan barang sehingga produksi mesti dipacu.
Baca juga : Korupsi Tak Berhenti di Tengah Pandemi
Selanjutnya, pelaku usaha akan menambah kecepatan putar roda produksi dengan cara menambah investasi dan modal kerja. Jika produksi meningkat, karyawan—yang sempat diberhentikan dari pekerjaan selama pandemi—kembali bekerja. Mereka akan menerima gaji untuk dibelanjakan.
Tak mudah untuk menimbulkan rasa percaya masyarakat. Masyarakat akan melihat kerja yang baik. Sebaliknya, kekecewaan masyarakat bisa tak berujung melihat kerja yang diwarnai korupsi. (Dewi Indriastuti)