Sebagian pengidap Covid-19 di Surabaya terinfeksi setelah bepergian ke luar kota. Warga diimbau menghindari perjalanan ke luar kota kecuali sangat mendesak.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jelang libur panjang hari Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini semakin intensif mengingatkan warga agar tak bepergian ke luar kota. Warga juga diingatkan terus mematuhi protokol kesehatan. Sebab, kasus Covid-19 kembali meningkat di beberapa kota dan kabupaten. Risma tak ingin ada warga Surabaya yang tertular seusai bepergian dari luar kota.
Pengintensifan peringatan dilakukan Risma pada Minggu (20/12/2020). Risma bersama jajarannya melakukan Sunday Morning Ride (Sunmori) di beberapa kawasan permukiman dan perumahan menengah atas di wilayah Surabaya barat. Kawasan yang disambangi antara lain Kebraon, Kedurus, Babatan Wiyung, Darmo Indah, Darmo Permai, hingga Villa Bukit Mas.
Selain mengimbau warga agar tak bepergian ke luar kota, Wali Kota Risma juga membagikan masker di sepanjang perjalanan itu. Dengan dibonceng motor listrik, dengan menggunakan pelantang suara, Risma tak henti-henti mengingatkan warga agar disiplin menerapkan protokol kesehatan.
”Bapak-Ibu sekalian, saya mohon dengan hormat agar liburan kali ini tak bepergian ke luar kota jika tidak penting. Sebab, saat ini kasus Covid-19 di luar kota meningkat,” katanya.
Beberapa kepala organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya juga mengikuti di belakang Risma menggunakan sepeda motor. Mereka membawa bungkusan masker yang akan dibagikan kepada warga.
Bapak-Ibu sekalian, saya mohon dengan hormat agar liburan kali ini tak bepergian ke luar kota jika tidak penting. Sebab, saat ini kasus Covid-19 di luar kota meningkat. (Tri Rismaharini)
Risma mengatakan, saat ini jumlah kasus Covid-19 meningkat. Karena itu, ia kembali mengingatkan masyarakat agar menaati protokol kesehatan, terutama bagi warga yang tinggal di perumahan menengah atas dan sering bepergian ke luar kota.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, usia pasien Covid-19 berada di kelompok remaja dan pekerja, yang rata-rata tinggal di perumahan menengah atas. Jadi, pasien Covid-19 bukan lagi mereka yang tinggal di permukiman padat penduduk, seperti pada awal pandemi, pertengahan Maret 2020.
Berdasarkan data penelusuran Pemkot Surabaya, saat ini sebagian besar warga yang positif Covid-19 tinggal di perumahan menengah atas. Mereka umumnya terpapar virus korona setelah bepergian dari luar kota. Oleh sebab itu, dalam kegiatan ini Wali Kota Risma fokus menyasar beberapa kawasan perumahan elite.
”Hampir 75 persen tinggal di perumahan menengah atas, jadi kenapa saya fokus ke perumahan. Jadi tolong, jika tidak penting, untuk sementara tinggal di rumah saja dan jangan bepergian, apalagi keluar kota,” tutur Risma.
Selepas bepergian
Selain warga di kawasan perumahan menengah atas, data Pemkot Surabaya juga mencatat warga yang terpapar Covid-19 sebagian merupakan pekerja. Untuk mencegah hal itu, Pemkot Surabaya bakal memasifkan sosialisasi protokol kesehatan melalui surat edaran.
Risma pun menyebutkan sudah membuat dua surat edaran terkait pengetatan protokol kesehatan dan larangan warga bepergian. ”Saya sudah buat dua surat edaran ke kantor, perusahaan, dan lembaga, termasuk pengelola tempat usaha, agar taat lagi terhadap protokol kesehatan,” ujarnya.
Meski demikian, bagi warga yang tidak bisa menghindari pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan, Wali Kota Risma juga mengingatkan mereka agar dapat menjaga diri dan melindungi keluarga. Apalagi, rata-rata saat ini warga yang terpapar berasal dari kluster rumah.
”Mereka memang melakukan protokol kesehatan, cuma kemudian menularkan di rumah sendiri. Dalam satu rumah ada yang kena empat, ada juga yang kena sampai lima orang,” katanya.
RS rujukan penuh
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, kasus Covid-19 di Surabaya kembali meningkat. Peningkatan ini disebabkan turunnya disiplin protokol kesehatan di masyarakat. Di sisi lain, libur panjang sebelumnya menjadi salah satu indikator meningkatnya kasus itu. Dampaknya, beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya hampir penuh.
Saat ini sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya hampir penuh, bahkan ada yang sudah penuh. Rata-rata pasien terpapar seusai bepergian ke luar kota. Rata-rata kapasitas rumah sakit yang ada di kota ini tersisa 10-20 persen.
Meski ruang isolasi di Hotel Asrama Haji saat ini kosong, menurut Febria, Pemkot Surabaya belum berani menggunakannya untuk pasien dengan gejala. Saat ini semua warga yang terpapar Covid-19 disertai gejala langsung dirujuk ke rumah sakit.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala BPB Linmas Surabaya Irvan Widyanto menambahkan, razia protokol kesehatan semakin masif digelar, baik pagi, siang, maupun malam hari. Sasaran razia adalah pusat keramaian, seperti pasar, pusat perbelanjaan, kedai kopi, serta restoran dan kafe.
Memang semua pengelola tempat usaha, termasuk hotel dan gedung pertemuan, sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Jika mengadakan acara, jumlah undangan yang hadir dibatasi, maksimal 50 orang. Tidak hanya tempat usaha, tempat peribadatan pun mulai menggelar ibadah secara tatap muka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Hampir semua gereja yang hendak menggelar ibadah tatap muka pada saat Natal sudah berkoordinasi dengan gugus tugas di kecamatan masing-masing tempat ibadah. ”Tim gugus tugas pun rutin mengecek ke lapangan terkait kepatuhan menerapkan protokol kesehatan,” kata Irvan.