Berbagai tantangan dihadapi pelaku UMKM sepanjang 2020 akibat dampak pandemi Covid-19. Meski begitu, pelaku usaha optimistis mereka dapat kembali bangkit dan memajukan perekonomian Indonesia.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah membuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah menghadapi masa sulit. Namun, ke depannya mereka optimistis usaha dapat kembali bangkit dan maju.
Hasil survei MarkPlus.Inc terhadap 400 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menunjukkan, 64 persen pelaku usaha terkena dampak negatif akibat Covid-19. Survei ini dirangkum dalam Laporan ”Suara UKM Negeri” 2020 yang diluncurkan Ninja Xpress bersama MarkPlus.Inc. Survei dilakukan selama bulan November 2020 di sejmlah daerah, dengan mayoritas Jakarta dan Jawa Barat.
Dalam survei ditemukan, masalah utama yang dihadapi pelaku usaha ialah penurunan pembelian (57 persen). Sebesar 60 persen responden juga menghadapi persoalan keuangan karena menurunnya pendapatan yang berpengaruh pada terbatasnya modal.
Temuan lainnya, sebesar 32 persen responden mengalami persoalan pemasaran. Keterbatasan kemampuan pelaku usaha dalam memasarkan produk di pasar daring membuat biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasilnya.
Ada pula 45 persen responden yang menyatakan waktu pengiriman produk menjadi lebih lama. Sebanyak 35 persen responden juga mengakui kesulitan mengembangkan tenaga kerja karena keterbatasan kemampuan penggunaan platform daring.
Head of Automotive Transportation and Logistics Industry dari MarkPlus.Inc Nadya Prasetyo menyampaikan, di samping segala persoalan yang dihadapi pelaku UMKM, mayoritas responden menyatakan optimistis (44 persen), bahkan sangat optimistis (31 persen), untuk kemajuan usaha mereka. Hasil survei ini menjadi indikasi kuat pelaku usaha mampu bertahan dan akan bangkit kembali.
”Untuk mengembangkan usaha ke depan, mayoritas pelaku UMKM yang disurvei mengharapkan adanya bantuan cara memasarkan produk di platform digital. Mulai dari Instagram, Facebook, hingga promosi melalui influencer di media sosial,” kata Nadya, Jumat (18/12/2020).
Nirwana, pemilik RumahVintage.id, menyampaikan, tantangan yang masih dihadapi hingga saat ini ialah bagaimana membuat pemasaran yang tepat sasaran. Sebab, apabila produk bagus, tetapi iklan tidak sesuai target, akan percuma biaya yang telah dikeluarkan untuk iklan.
”Sejauh ini, kami mengurangi target pasar, tetapi membangun hubungan lebih kepada konsumen supaya punya basis data. Untuk mengembangkannya, kami butuh pelatihan bagaimana membuat pemasaran dan promosi yang efisien dan efektif,” kata Nirwana.
Nita, pemilik Bellyanza, juga menyatakan membutuhkan pelatihan dan pendampingan terkait dengan pemasaran di platform digital. Nita harus beralih ke toko daring karena pandemi membuat omzet penjualan di toko fisik miliknya anjlok hingga 70 persen.
”Pelatihan digital marketing itu penting sekali soalnya ternyata enggak mudah berjualan online, belum lagi biaya memasang iklan itu mahal. Tapi, saya melihat online bisa menjangkau pelanggan lebih luas. Jadi, kalau pemasarannya tepat, penjualan juga akan pulih,” kata Nita.
Komitmen
Country Head Ninja Xpress Ignatius Eric Saputra menyampaikan, sebagai mitra UMKM, Ninja Xpress sejak awal menjalankan berbagai program dukungan pengembangan kapasitas UMKM.
”Setelah mendengar laporan ’Suara UKM Negeri’, kami terobsesi untuk dapat berinovasi menghadirkan program yang tepat guna dan tepat sasaran. Laporan ini kami harapkan dapat menjadi acuan tidak hanya bagi Ninja Xpress, tetapi juga mitra UMKM lain agar melakukan penyesuaian dengan kebutuhan serta permintaan yang ada di lapangan,” tutur Eric.
Chief Marketing Officer Ninja Xpress Andi Djoewarsa mengatakan, Ninja Xpress akan berinovasi dalam menyesuaikan program dukungan kepada UKM. Program Aksilerasi yang tahun ini telah melatih 20 pelaku usaha ke depannya akan dikemas menjadi lebih tepat guna dan tepat sasaran serta menjangkau lebih banyak UKM di semua wilayah Indonesia.
”Program Aksilerasi selanjutnya akan dilaksanakan pada tahun 2021 dengan menjangkau lebih banyak UKM di Indonesia. Di samping itu, kami berharap kolaborasi masif antarlembaga dapat terus berjalan dan berkembang agar dapat mendorong upaya percepatan ekonomi nasional sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi digital sesegera mungkin,” ujar Andi.
Luhur Pradjarto, Staff Ahli Bidang Hubungan Antar-Lembaga Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), menyampaikan, kontribusi UMKM sangat besar bagi perekonomian negara. Penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen dari total 120,5 juta tenaga kerja.
”Kondisi ini membuat UMKM membutuhkan bimbingan dari para pelaku usaha di industri digital dari berbagai sektor untuk membantu mereka. Misalnya, dengan mentransfer ilmu yang aplikatif agar bersama-sama mampu mendongkrak kembali perekonomian nasional secara menyeluruh,” kata Luhur.