BUMN Karya Ekspansif pada 2021, Pasar Luar Negeri Dijajaki
Adhi Karya menargetkan nilai kontrak baru pada 2021 mencapai Rp 24,69 triliun, meningkat dari target realisasi kontrak 2020 sebesar Rp 20,58 triliun.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seusai mencatatkan kinerja positif di tengah pandemi, badan usaha milik negara yang bergerak di sektor konstruksi mengincar kenaikan nilai kontrak pada 2021. Perusahaan-perusahaan pelat merah itu mengintip peluang ekspansi ke pasar luar negeri.
Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Entus Asnawi Mukhson, Selasa (15/12/2020), mengatakan, perusahaan menargetkan nilai kontrak baru pada 2021 sebesar Rp 24,69 triliun. Target kontrak baru itu disesuaikan dengan strategi perseroan yang ingin menyeimbangkan kontrak baru untuk konstruksi serta pendapatan berulang melalui proyek-proyek pemerintah, BUMN, properti, dan investasi.
”Komposisi tersebut kami ambil secara berimbang untuk menjaga keluwesan dari strategi pembiayaan kami khususnya karena memang tahun depan kami juga akan melakukan aksi-aksi korporasi,” ujarnya dalam pemaparan publik perusahaan secara virtual di Jakarta.
Adhi Karya menargetkan nilai kontrak baru pada 2021 mencapai Rp 24,69 triliun.
Sejak awal Januari hingga 12 Desember 2020, Adhi Karya telah mengantongi kontrak baru senilai Rp 18,4 triliun. Nilai kontrak ini meningkat 25,17 persen dibandingkan dengan realisasi sepanjang 2019 yang sebesar Rp 14,7 triliun.
Menurut Entus, hingga akhir 2020, perseroan berpotensi memperoleh peningkatan kontrak baru sebesar 40 persen daripada 2019. Apabila terealisasi, kontrak baru Adhi Karya pada 2020 akan ditutup senilai Rp 20,58 triliun.
Nilai tersebut sebenarnya ada di bawah target yang dicanangkan Adhi Karya pada akhir 2019. Perseroan telah menyusun sejumlah strategi dan target ekspansif pasca-Pemilihan Presiden 2019.
”Sayangnya, kondisi pandemi membuat sejumlah proyek yang dibidik menjadi terhambat dan perseroan membalikkan fokus untuk memperkuat kas ketimbang berbelanja,” ujarnya.
Untuk 2021, lanjut Entus, Adhi Karya mengincar proyek-proyek konstruksi di bidang perkeretaapian di luar negeri sebagai strategi memperluas pasar. Perusahaan mendapat mandat dari Kementerian BUMN untuk mendalami bidang jasa konstruksi terintegrasi perkeretaapian di luar negeri.
”Di sektor perkeretaapian ini, kalau gerbong sudah ada yang mengekspor sehingga kami lebih mempersiapkan diri ke arah jasa konstruksi infrastruktur penunjang kereta api,” katanya.
Sementara itu, melalui keterangan resmi, Direktur Operasi III PT Waskita Karya (Persero) Tbk Gunadi mengatakan, perseroan tengah memantau peluang kontrak baru dari proyek yang tersebar di mancanegara. Potensi nilai kontrak dari sejumlah proyek luar negeri yang tengah dipantau tersebar di Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika, mencapai Rp 70 triliun.
”Jenis proyek yang kami kaji cukup beragam, tapi sesuai dengan kompetensi inti Waskita, yaitu infrastruktur konektivitas dan pengembangan kawasan,” katanya.
Waskita Karya sudah aktif di pasar konstruksi luar negeri, khususnya di Timur Tengah, sejak periode awal tahun 2000 hingga 2015. Sebelumnya, perseroan tercatat pernah mengerjakan beberapa proyek di Timur Tengah, di antaranya King Faisal Specialist Hospital & Research Center yang berlokasi di Jeddah, Arab Saudi, serta Burj View Development yang berlokasi di Dubai, Uni Emirat Arab.