Dari Rp 3.491 triliun nilai kepemilikan saham di BEI, 50,44 persen adalah milik investor ritel domestik. Namun, ada kecenderungan investor ritel domestik melakukan aksi jual-beli saham untuk mencari keuntungan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, investor domestik semakin mendominasi pasar modal. Di satu sisi, kehadiran investor ritel domestik bisa menopang stabilitas di kala aliran keluar dana investor asing sedang deras. Namun, di sisi lain, kecenderungan investor ritel untuk melakukan aksi jual-beli saham dapat membuat pergerakan saham fluktuatif.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi menyampaikan saat ini lebih dari separuh kepemilikan saham di pasar modal dimiliki investor domestik. Dari Rp 3.491 triliun nilai kepemilikan saham yang tercatat di BEI, 50,44 persen merupakan milik investor ritel domestik, sedangkan 49,56 persen dimiliki investor asing.
”Momentum dominasi kepemilikan investor domestik yang menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah,” ujarnya dalam acara ”Pengembangan Pasar Modal Apresiasi untuk Negeri” yang berlangsung secara daring, Senin (14/12/2020).
Pandemi Covid-19 yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi masyarakat, lanjut Hasan, cukup berdampak terhadap meningkatnya minat investor ritel baru untuk masuk dan berinvestasi di pasar modal.
Momentum dominasi kepemilikan investor domestik yang menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah.
Dari sisi jumlah investor, berdasarkan nomor identifikasi investor tunggal (single investor identification/SID), hingga 10 Desember 2020, jumlah investor saham domestik 1,59 juta investor atau 44,19 persen dari jumlah seluruh investor saham di pasar modal Indonesia. Rata-rata nilai transaksi harian secara tahunan sejak Januari hingga November 2020 mencapai Rp 8,42 triliun.
Dari jumlah rata-rata tersebut, 45,9 persen dikontribusikan oleh aktivitas transaksi yang dilakukan oleh investor ritel domestik. Sementara rata-rata transaksi yang dilakukan investor institusi domestik hanya 21 persen.
”Dari sisi frekuensi, rata-rata frekuensi transaksi per bulan tertinggi terjadi pada November 2020 dengan kenaikan 44 persen menjadi 984.000 kali transaksi dari 681.000 kali transaksi pada Oktober 2020, tertinggi sepanjang sejarah pasar modal,” kata Hasan.
Stabilitas
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen menyebutkan, keberadaan investor ritel bisa membantu menciptakan stabilitas di pasar modal domestik. Stabilitas dan kekuatan pasar modal Indonesia hanya bisa terwujud jika investor domestik, terutama ritel, menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
”Dominasi investor pasar saham domestik bisa menopang IHSG berada di zona hijau meski investor asing terus mencatatkan aksi jual,” ujarnya.
Secara terpisah, analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan, ada kecenderungan investor ritel domestik untuk melakukan aksi jual-beli (trading) saham untuk mendapatkan keuntungan. Sementara investor asing cenderung berinvestasi dalam jangka waktu yang lebih panjang.
”Kecenderungan trading akan membuat pergerakan saham cenderung fluktuatif. Di sisi lain, pasar saham berpotensi didominasi dengan transaksi saham-saham berkapitalisasi pasar yang tidak begitu besar,” ujarnya.
Ada kecenderungan investor ritel domestik untuk melakukan aksi jual-beli saham untuk mendapatkan keuntungan. Sementara investor asing cenderung berinvestasi dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Pada penutupan perdagangan Senin ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 6.012,51 menguat 1,24 persen dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Indeks saham tetap stabil meski sepanjang perdagangan investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 136,03 miliar. Adapun sejak awal tahun, aksi jual yang dicatatkan investor asing mencapai Rp 46,33 triliun.
Literasi
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, pertumbuhan SID menunjukkan ada peningkatan literasi mengenai pasar modal. Hal ini tidak terlepas dari edukasi mengenai pasar modal yang tetap berjalan dengan baik dan efisien secara daring di tengah pandemi Covid-19.
Uriep memperkirakan jumlah investor pasar saham domestik masih akan meningkat. Meski begitu, KSEI tidak membidik target pertumbuhan tertentu hingga akhir tahun ini. KSEI akan lebih fokus pada pelayanan, infrastruktur, dan kemudahan membuka dalam membuka rekening.
”KSEI bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri untuk melakukan validasi data investor. Integritas data menurutnya diperlukan untuk pengawasan dan pengembangan investor pasar modal di Indonesia,” ujarnya.