Sejumlah pelaku industri asuransi memanfaatkan pertumbuhan sektor keuangan syariah Indonesia dengan menawarkan produk dan layanan baru untuk menyesuaikan kebutuhan konsumen. Salah satunya ditempuh Prudential Indonesia.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor keuangan syariah di Indonesia, baik asuransi maupun pasar modal, menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan dari tahun ke tahun. Sejumlah pelaku industri memanfaatkannya dengan menawarkan produk dan layanan baru untuk menyesuaikan kebutuhan konsumen.
Selama tahun 2012-2019, aset asuransi syariah tumbuh rata-rata 19,27 persen per tahun. Sampai September 2020, Indonesia memiliki 62 perusahaan asuransi berkonsep syariah secara penuh atau memiliki unit syariah. Jumlah itu meningkat dari 58 perusahaan pada 2016 (Kompas, 11 November 2020).
Di tengah pertumbuhan positif tersebut, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, seperti permodalan, pengembangan inovasi produk syariah, kualitas sumber daya manusia, serta keterbatasan infrastruktur. Oleh karena itu, sejumlah pelaku industri memanfaatkan situasi, seperti Prudential Indonesia berinovasi dengan menawarkan produk yang sesuai.
Prudential meluncurkan PRULink Syariah Rupiah Multi Asset Fund. ”Produk ini mengandalkan fungsi proteksi dan investasi untuk keuangan jangka panjang serta menyasar nasabah yang moderat,” kata Chief Investment Officer Prudential Indonesia Novi Imelda dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/12/2020).
Nilai ujrah (imbalan) penempatan dana investasi sekitar 1,5 persen per tahun. Dana investasi ditempatkan di instrumen berbasis syariah, baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Prudential Indonesia menggandeng Eastspring Investment Indonesia dalam mengelola dana tersebut.
Mengenai alokasi aset, sebanyak kurang dari 79 persen akan ditempatkan pada efek yang bersifat ekuitas, termasuk reksadana saham syariah. Proporsi sisanya akan dialokasikan ke efek bersifat utang, termasuk reksadana pendapatan tetap syariah, serta kas, deposito, ataupun instrumen pasar uang syariah.
Agar dana dapat terkelola tanpa mengganggu fungsi proteksi, instrumen investasi yang dipilih memiliki karakteristik pergerakan yang stabil. ”Dengan demikian, dana proteksi akan selalu ada,” katanya.
Sharia, Government Relations, and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo menambahkan, peluncuran produk baru ini merupakan wujud inovasi perusahaan. Hasil survei internal untuk mengetahui kebutuhan nasabah terhadap produk asuransi syariah melatarbelakangi struktur produk tersebut.
Agar produk asuransi syariah dapat bertumbuh, dia menekankan pentingnya literasi keuangan. ”Salah satu strateginya ialah dengan menggandeng platform digital untuk menawarkan produk-produk syariah. Dengan demikian, produk asuransi syariah dapat kompetitif dengan produk konvensional dan terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah,” ujarnya.
Manfaatkan AI
Sementara itu, Allianz Life Indonesia mengumumkan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau AI demi mempercepat layanan kepada nasabah asuransi. ”Kini, kami mencapai milestone baru dalam transformasi digital dengan memaksimalkan teknologi AI ke dalam proses analisis klaim,” kata Chief Digital Officer Allianz Life Indonesia Mike Sutton melalui siaran pers.
Teknologi tersebut memampukan perusahaan untuk memproses lebih dari 95 persen klaim digital asuransi kesehatan dalam kurun waktu 48 jam. Selain itu, lebih dari 30 persen klaim digital asuransi kesehatan telah berhasil dibayarkan dalam waktu 24 jam. Sebelumnya, proses manual membutuhkan waktu hingga tujuh hari kerja.
Selain itu, teknologi AI dalam proses klaim juga membantu mendeteksi aktivitas yang mengandung unsur kecurangan atau penipuan (fraud) secara lebih cepat. Dengan teknologi tersebut, perusahaan mampu menganalisis lebih dari 7.500 pengajuan klaim setiap bulannya. Angka ini mencapai dua kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan proses tanpa teknologi AI.