Penerapan Teknologi Beretika Dorong Bisnis Berkelanjutan
Penerapan teknologi kini menjadi hal fundamental bagi perusahaan untuk berkembang. Namun, tetap penting untuk menerapkan teknologi secara etis dan bertanggung jawab demi keamanan semua pihak.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan teknologi oleh organisasi dan perusahaan saat ini merupakan sebuah keniscayaan. Untuk tetap menjamin keamanan dan kenyamanan bagi konsumen, pemanfaatan teknologi harus dilakukan secara lebih etis dan bertanggung jawab.
Dalam laporan Forum Ekonomi Dunia berjudul ”Ethics by Design” yang dikutip pada Sabtu (12/12/2020) disebutkan, pemanfaatan teknologi secara etis artinya mempertimbangkan potensi bahaya bagi manusia dan masyarakat di setiap tahap pengambilan keputusan. Dengan kata lain, ini menjadi tugas para pemimpin untuk mendorong penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan membangun kapasitas etis.
Laporan ini mengintegrasikan temuan psikologi dan ekonomi perilaku dengan wawancara mendalam bersama para eksekutif organisasi di tujuh negara. Bertujuan untuk memberikan serangkaian rekomendasi komprehensif guna membangun dan menggunakan teknologi secara lebih etis dan bertanggung jawab kepada para pemimpin bisnis, akademisi, serta masyarakat sipil.
Kay Firth-Butterfield, Kepala Kecerdasan Buatan dan Pembelajaran Mesin Forum Ekonomi Dunia, menyampaikan, etika sangat penting untuk keberhasilan Revolusi Industri 4.0. Perlu ada integrasi pendekatan organisasi lintas industri, baik swasta maupun pemerintah, di tengah tantangan etika yang terus bertumbuh seiring kemajuan teknologi.
Penerapan teknologi dapat menjadi kompleks jika semua aspek dari efek potensinya dipertimbangkan. Untuk itu, laporan ini dibuat dengan tujuan memandu percakapan dan penerapan teknologi untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat.
”Selama delapan tahun terakhir, sektor teknologi telah mengalami penurunan kepercayaan yang lebih tajam dibandingkan dengan sektor lain. Perkembangan teknologi tidak bisa dilakukan dalam ruang hampa. Dampak sosialnya harus dipertimbangkan,” ujar Firth-Butterfield.
Dalam laporan ”Ethics by Design”, setidaknya ada tiga komponen penting untuk menerapkan teknologi secara bertanggung jawab. Pertama, perhatian, yaitu tepat waktu dengan memfokuskan kembali perhatian pada implikasi etis dari teknologi.
Selain itu, konstrual, yakni individu menafsirkan pekerjaan mereka dalam istilah etis. Pemimpin bertanggung jawab untuk mempromosikan keputusan etis dengan memberikan visi, tujuan, dan nilai perusahaan.
Pendekatan ketiga, yaitu motivasi untuk mendorong tindakan pro-sosial, menetapkan ”dorongan norma” sosial dan aktivitas lain yang mengubah budaya dapat digunakan untuk mempromosikan perilaku etis. Sebab, budaya organisasi dapat memengaruhi motivasi secara positif.
”Hal ini dapat dipertahankan dengan baik melalui insentif dan struktur operasional yang kuat dan menguatkan diri. Misalnya, pembangunan komunitas yang sadar di dalam dan di seluruh tim perusahaan dan program untuk menampilkan karyawan yang patut dicontoh secara etis,” kata Firth-Butterfield.
Beena Ammanath, Direktur Eksekutif Deloitte AI Institute dan Trustworthy and Ethical Technology, mengatakan, laporan ini menjadi pengingat penting bagi organisasi perusahaan yang saat ini bergantung pada teknologi. Kemajuan teknologi memberikan peluang bisnis, tetapi juga membuat banyak organisasi berjuang untuk membuat keputusan etis seputar penggunaan teknologi.
”Terlebih keputusan etis harus tetap disesuaikan dengan nilai-nilai perusahaan yang sering kali mengarah pada konsekuensi yang tidak diinginkan. Namun, laporan ini memungkinkan para pemimpin untuk membangun dan memelihara kerangka kerja etika teknologi yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan,” kata Ammanath.
Don Heider, Direktur Eksekutif Markkula Center for Applied Ethics, juga menyampaikan pendapat serupa. Menurut dia, laporan ini menjadi contoh yang memadukan wawasan dan penelitian untuk mengidentifikasi model yang dapat digunakan organisasi untuk membantu karyawan belajar dan merasa nyaman dengan prinsip-prinsip etika.
”Para eksekutif akan menemukan rekomendasi yang praktis dan spesifik melalui laporan ini. Dengan begitu, memungkinkan organisasi mereka untuk secara sengaja dapat menanamkan pemikiran etis ke dalam budaya dan praktik di perusahaan,” ujar Heider.
Keamanan masyarakat
Begitu pula dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia yang semakin beradaptasi dengan pemanfaatan digital untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Keamanan siber menjadi fokus dari perusahaan untuk menjamin perlindungan bagi konsumen.
Vice President Offline-to-Online Blibli David Michum menyampaikan, keamanan siber menjadi prioritas utama Blibli, terkait juga untuk mengedepankan kepuasan pelanggan. Pembayaran yang aman bagi pengguna Blibli salah satunya dilakukan dengan menerapkan penggunaan nomor identifikasi pribadi (PIN).
Blibli juga sudah tesertifikasi ISO 27001 yang merupakan standar internasional dalam menerapkan sistem manajemen keamanan informasi atau lebih dikenal dengan Information Security Management Systems (ISMS). ISO 27001 diterbitkan oleh lembaga International Organization for Standardization (ISO) bekerja sama dengan International Electrotechnical Commission (IEC).
”Kami juga senantiasa meningkatkan literasi digital kepada para mitra dan pelanggan, khususnya hal-hal yang terkait dengan bagaimana menjaga kerahasiaan PIN agar tidak diberikan kepada siapa pun,” kata David.
Pada Oktober 2020, GoPay juga telah mendapatkan sertifikasi ISO 27001. Sertifikat ini menjadi salah satu bukti komitmen GoPay untuk terus meningkatkan keamanan informasi konsumen.
Presiden Direktur PT BSI Group Indonesia Erna Damayanty menyampaikan, Sistem Manajemen Keamanan Informasi merupakan salah satu best practice dasar dalam hal pengelolaan keamanan informasi. Hal ini penting bagi organisasi seperti GoPay untuk memberikan kenyamanan dalam bertransaksi secara aman bagi para penggunanya.
Peneliti dari Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada, Tony Seno Hartono, juga menegaskan pentingnya ISO 27001 untuk sebuah perusahaan teknologi. Standar ini memastikan organisasi memiliki metode yang sangat baik untuk mengelola semua risiko keamanan.
”Tidak mudah untuk mendapatkan standar ini karena organisasi harus melalui proses audit yang cukup panjang oleh auditor resmi. Jika suatu perusahaan mendapatkan sertifikasi ini, artinya memang perusahaan tersebut berkomitmen untuk mendorong keamanan informasi dan memberikan jaminan keamanan bagi konsumen,” papar Tony.