Pekerja yang Cepat Beradaptasi dan Berkolaborasi Lebih Dibutuhkan
Dalam menghadapi tantangan kerja ke depan, anak muda perlu memiliki kemampuan kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan berpikir kritis. ”Softskill” dibutuhkan untuk menghadapi situasi kerja yang dinamis.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam menghadapi tantangan kerja ke depan, anak muda perlu memiliki kemampuan kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan berpikir kritis. Selain hardskill, softskill dibutuhkan untuk menghadapi situasi kerja yang volatil dan dinamis.
Hal itu mengemuka dalam webinar bertajuk ”Keahlian Tenaga Kerja 2021 dan Masa Mendatang”, Sabtu (12/12/2020). Direktur Bisnis Solopos Grup Suwarmin yang menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut menyebut, dunia usaha dan pekerjaan saat ini menghadapi situasi yang disebut VUCA (volatility, uncertainty, complexity and ambiguity).
VUCA, atau dapat diartikan volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas, berbeda dengan situasi beberapa dekade lalu yang berkarakter SCSC (stability, certainty, simplicity, clarity). Situasi dekade lalu disebut lebih stabil dan tidak secepat saat ini karena minimnya persaingan di antara sumber daya manusia dan penyebaran informasi.
Perubahan situasi itu pun dinilai harus diadaptasi dengan karakter yang baik dan kuat, khususnya oleh anak muda yang akan masuk dan menguasai dunia kerja. Karakter baik yang dimaksud seperti jujur, tidak mudah menyerah, dan mau belajar. Karakter itu semakin dibutuhkan dengan masifnya digitalisasi.
”Saat merekrut pekerja, ukuran prestasi, seperti IPK, juga tidak lagi dilihat. Sekarang, dengan rezim akreditasi, kampus mendorong mahasiswa cepat lulus dengan IPK tinggi dan cepat mendapat pekerjaan,” katanya.
Sementara kompetisi prestasi dan penguasaan hardskill semakin ketat, Suwarmin menambahkan, pendidikan di masa depan harus mampu mencetak angkatan kerja yang menguasai kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi.
Achmad Syarifuddin, Relationship Manager Traveloka, pada kesempatan sama berpendapat, adaptasi terhadap situasi dunia pekerjaan saat ini harus diawali dengan penemuan jati diri. Penemuan jati diri dinilai penting untuk membangun karakter yang kuat di dunia kerja. ”Pencarian jati diri penting untuk masuk ke dunia kerja,” katanya.
Mengutip Harvard Business Review, ada empat tipe orang dalam menemukan jati diri dalam pekerjaan. Pertama, orang yang tidak mengenal jati diri mereka sehingga mudah merasa frustrasi dengan kinerja atau hubungannya dengan pekerjaan. Kedua, orang yang sudah mengetahui situasi diri mereka, tetapi tidak mau menantang diri dan mencari solusi untuk keluar dari situasinya.
Ketiga, orang yang mampu fokus untuk tampil dengan cara tertentu kepada orang lain sehingga mereka dapat mengabaikan apa yang penting bagi mereka dan menjauhkan dari kesuksesan. Keempat, mereka tahu siapa mereka, apa yang ingin mereka capai, sekaligus menghargai pendapat orang lain.