Diversifikasi Produk Bawa UMKM Perempuan Lewati Krisis
Strategi pelaku usaha untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19 tidak cukup hanya bertransformasi ke digital. Pelaku usaha juga dituntut mampu melakukan diversifikasi produk.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Seperti halnya pandemi Covid-19 yang mentransformasi hidup kita, begitu pula pelaku usaha yang sudah seharusnya ikut bertransformasi agar bisa tetap eksis di pasaran. Diversifikasi produk menjadi salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk bertahan, bahkan mengembangkan usaha.
Laporan ”Memanfaatkan Digitalisasi untuk Menghadapi Covid-19” yang dikutip pada Sabtu (12/12/2020) menyebutkan, selain beralih ke ranah digital, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi dan fleksibilitas akan mendorong perubahan ruang lingkup usaha untuk memenuhi preferensi pelanggan yang berbeda.
Dalam strategi ini, usaha mikro milik perempuan dikatakan lebih mungkin didiversifikasi dan pindah ke sektor, lokasi, atau produk yang berbeda dibandingkan dengan yang dimiliki oleh laki-laki. Hal yang sama berlaku untuk usaha mikro yang menggunakan internet untuk menjual produk, sebesar 59 persen dari usaha mikro yang telah melakukan diversifikasi merupakan usaha milik perempuan.
Studi yang melibatkan sekitar 2.220 responden juga menyebut, pengusaha perempuan lebih cenderung mendiversifikasi operasi usaha mereka dan lebih gesit dalam mengubah ruang lingkup usaha mereka, terutama usaha informal. Dengan begitu, mereka mendapat manfaat maksimal dari penggunaan platform digital untuk mengatasi dampak negatif pandemi Covid-19.
Laporan ini merupakan temuan utama dari survei Badan Pusat Statistik tentang dampak Covid-19 pada usaha di Indonesia. Survei berlangsung 10-26 Juli 2020 dan mencakup usaha dari semua ukuran (mikro, kecil, menengah, dan besar). Survei didistribusikan secara daring dan mengumpulkan hampir 35.000 tanggapan dari seluruh Indonesia.
Begitulah yang dilakukan oleh Novita, pemilik Bassnana Kerang & Café, yang melakukan diversifikasi untuk mempertahankan usaha. Setelah ”banting setir” dari usaha furnitur yang bangkrut pada 2008, kini usaha kuliner yang ia jalani terus menunjukkan perkembangan.
”Saya membuka usaha kuliner seafood (makanan laut) dan bergabung menjadi mitra GoFood supaya bisa berjualan online (daring). Bahkan, dalam waktu sekitar tiga bulan pertama, produk saya jangkauannya sudah sampai 10 kilometer,” kata Novita.
Pada awal pandemi, usaha yang dijalankan di Semarang, Jawa Tengah, ini sempat mengalami penurunan omzet hingga 30 persen. Namun, sekarang omzet sudah pulih kembali. Kuncinya, kata Novita, tetap melihat peluang dan mengambilnya.
Kenaikan omzet terjadi karena Novita mengikuti berbagai promo yang diberikan GoFood agar produk makanannya menjadi pilihan konsumen. Tak hanya itu, usaha Bassnana Kerang & Café juga dibuka 24 jam.
”Masa pandemi ini saya melihat banyak yang jadi membatasi kegiatan sosial dan menggunakan jasa pengiriman makanan secara online. Di sisi lain, orang-orang juga cenderung makan seafood pada malam hari, jadi kami buka 24 jam dan omzet saya malah semakin bagus,” ujar Novita.
Sama halnya yang dialami oleh pendiri dan Direktur Utama Miumosa, Anindya Sukarni, yang menjalankan usaha di sektor mode sejak 2017. Meskipun omzet sempat menurun pada tiga bulan pertama masa pandemi hingga 40 persen, keadaan usaha kini berangsur pulih.
Peningkatan terjadi karena Anindya melakukan inovasi dan diversifikasi produk. Menurut dia, langkah awal yang terpenting adalah melakukan riset, misalnya siapa target konsumen yang ingin dijangkau, inovasi apa yang ingin dilakukan, serta kebutuhan pasar seperti apa yang ingin dijawab.
”Usaha itu bergantung kepada founder-nya (pendiri). Mau membuat usaha sebesar apa dan menjangkau ke mana saja, itu semua kembali pada mindset (pemikiran) dan disiplin kita selaku pemilik usaha. Jadi, hal pertama dalam membangun usaha, semua balik ke kita,” ucap Anindya.
Usulan pertimbangan
Social Systems Lead, Pulse Lab Jakarta, Maesy Angelina menyampaikan, untuk mendukung program pemulihan ekonomi, pengusaha UMK perempuan, terutama yang bekerja di sektor informal, harus menjadi prioritas utama dalam respons perlindungan sosial terhadap Covid-19. Hal itu termasuk bantuan tunai langsung dan pinjaman modal kerja atau program penjaminan kredit untuk UMK.
Selain itu, memasukkan prioritas dan kebutuhan khusus perempuan pengusaha dan UMK milik perempuan ke dalam paket stimulus fiskal yang relevan. Tujuannya, untuk memastikan dan menjamin jangkauan terhadap mereka yang paling terkena dampak pandemi, terutama yang bekerja informal tanpa cakupan perlindungan sosial dan tidak tercakup oleh program perlindungan sosial.
”Kemitraan antara pemerintah, usaha, dan sektor swasta serta masyarakat sipil juga penting. Kolaborasi ini untuk memperluas peluang kewirausahaan perempuan melalui pemasaran digital dan platform pelatihan,” kata Maesy.
Melalui gerakan bersama antarsetiap pemangku kepentingan, kondisi ini dapat menyediakan lingkungan yang memungkinkan untuk memajukan pemberdayaan ekonomi perempuan. Dengan begitu, kesenjangan jender yang ada di pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dijembatani.