Krisis yang dipicu oleh pandemi bisa menjadi momentum untuk mendongkrak daya saing produk UMKM agar lebih masif di pasar domestik ataupun mancanegara. Ekspansi UMKM akan berkontribusi pada pemulihan ekonomi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berupaya memanfaatkan krisis ekonomi yang dipicu oleh pandemi Covid-19 sebagai momentum menyiapkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar semakin berdaya saing. Apabila dikelola dengan baik, ekspansi pasar produk UMKM bisa berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, setelah mampu bertahan dari hantaman krisis, pelaku UMKM diharapkan mampu bangkit dan berinovasi untuk menguasai pasar dalam negeri serta mampu berkompetisi dengan produk dari negara lain.
”Momentum krisis ini bisa kita manfaatkan sebagai lompatan untuk berinovasi. Strategi yang tepat kita perlukan untuk menyiapkan UMKM yang tangguh di pasar lokal ataupun global,” kata Erick dalam sambutannya pada pembukaan acara puncak Brilianpreneur UMKM Export 2020, Kamis (10/12/2020).
Erick meminta para pelaku UMKM untuk tidak membiarkan pasar dalam negeri menjadi tujuan pasar para produsen mancanegara. Apalagi pemerintah dan BUMN telah memberikan dukungan bagi UMKM berupa iklim usaha yang sehat serta ketersediaan peluang pasar.
Momentum krisis ini bisa kita manfaatkan sebagai lompatan untuk berinovasi. Strategi yang tepat diperlukan untuk menyiapkan UMKM agar tangguh di pasar lokal ataupun global.
Pada 2020, Kementerian BUMN mendorong pengembangan UMKM dengan membuka ruang bagi para pelaku UMKM untuk memasok kebutuhan proyek-proyek BUMN. Melalui program Pasar Digital UMKM (PaDi UMKM), pengadaan BUMN sebesar Rp 18,5 triliun atau proyek dengan nilai di bawah Rp 14 miliar akan diserahkan ke UMKM.
PaDi UMKM merupakan platform yang berperan sebagai pengelola informasi terpusat dan layanan pemasaran antarbisnis antara UMKM serta pemangku kepentingan, seperti BUMN, lembaga kementerian, perbankan, dan perusahaan logistik.
Dalam platform ini, para UMKM yang telah tersertifikasi dan masuk dalam katalog Kementerian Koperasi dan UKM bisa menjadi pemasok berbagai proyek BUMN. Misalnya, proyek penyediaan katering, seragam, hingga produk pendukung manufaktur.
”UMKM Indonesia memiliki potensi segera pulih dari pandemi Covid-19 dan meningkatkan kapasitas karena kita punya sumber daya alam melimpah dan dukungan pemerintah,” kata Erick.
Dalam acara yang sama, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, realisasi Penyaluran Bantuan Presiden Produktif untuk Usaha Mikro telah mencapai 100 persen dengan nilai anggaran Rp 28,8 triliun. Bantuan ini dinilai telah menggerakkan 12 juta pelaku usaha mikro yang sempat mengalami kesulitan akibat pandemi Covid-19.
Menurut dia, apabila daya beli masyarakat terhadap produk UMKM bisa terus terdorong naik, UMKM bisa menyelamatkan ekonomi nasional di tengah krisis pandemi. ”Jika masyarakat membeli dan berbelanja produk UMKM, maka perputaran roda ekonomi bisa kembali kencang,” ujarnya.
Teten berharap pameran perdagangan yang melibatkan UMKM, seperti UMKM Expo (RT) Brilianpreneur 2020, ke depan dapat terus menggeliat agar dapat mendorong ekspansi pasar produk UMKM yang pada akhirnya bisa berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional.
Ia memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada September 2020 mencapai 14,01 miliar dollar AS, meningkat 6,97 persen dibandingkan dengan ekspor pada Agustus 2020. Adapun kontribusi UMKM di kisaran 14 persen dari seluruh nilai ekspor. ”Untuk itu diperlukan upaya ekstra guna mendorong UMKM masuk ke rantai pasok global secara lebih masif,” ujarnya.
UMKM Expo (RT) Brilianpreneur 2020 yang diinisiasi oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk merupakan pameran perdagangan UMKM virtual yang melibatkan 573 pelaku UMKM binaan BRI dari berbagai bidang usaha, seperti mode, kerajinan tangan, makanan dan minuman, serta dekorasi rumah.
Gelaran yang berlangsung 1-15 Desember 2020 ini mempertemukan pelaku UMKM dengan 82 calon pembeli dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Jepang, Australia, dan negara-negara Timur Tengah. Acara yang pada tahun-tahun sebelumnya digelar dalam bentuk bazar, tahun ini digeser ke platform e-dagang melalui Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Lazada, dan Shopee.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, pencocokan bisnis (business matching) dengan mengundang pelaku pasar internasional akan membuka pasar baru dan memperluas pasar produk UMKM sekaligus meningkatkan ekspor nasional. ”Kami berharap BRI semakin bisa memfasilitasi pendanaan pelaku UMKM untuk bisa ke pasar global dan memiliki daya saing internasional,” kata Sunarso.
BRI telah menyalurkan kredit Rp 754 triliun ke pelaku UMKM atau 80,65 persen dari total kredit yang disalurkan BRI yang Rp 935 triliun. Tahun ini, BRI menyalurkan sedikitnya Rp 4,5 triliun subsidi bunga bagi UMKM dan diterima oleh 6,6 juta nasabah.
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Menengah Indonesia (APIKMI) Widia Erlangga menilai, selain permodalan, pelaku UMKM juga membutuhkan bantuan logistik pemasaran dan pasokan bahan baku agar lebih berdaya saing di pasar dalam dan luar negeri.
”UMKM memerlukan konsolidator untuk kebutuhan bahan baku. Selain itu, UMKM juga memerlukan operator yang kompetitif untuk logistik pengiriman hasil produksinya. Para pelaku dapat bekerja sama dengan perusahaan kurir ataupun perusahaan konsolidator, laut atau udara,” ujarnya.