Kebangkitan properti pada tahun 2021 diprediksi berlangsung bertahap dan sangat bergantung pada kondisi pemulihan ekonomi. Beberapa subsektor pulih lebih cepat dan sebagian lagi butuh waktu lebih lama.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tahun 2021 diprediksi menjadi momentum kebangkitan industri properti seiring dengan penanganan kasus Covid-19. Meski demikian, beberapa subsektor properti diprediksi memerlukan waktu lebih lama untuk bangkit, seperti perkantoran dan pusat belanja.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengemukakan, efektivitas vaksin Covid-19 akan mempercepat pemulihan properti. Pelaku usaha menunggu kepastian penanganan Covid-19 yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian.
Selama pandemi Covid-19, pasar sektor properti segmen menengah cenderung meningkat, khususnya rumah dengan rentang harga Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar per unit yang naik 83 persen. Pasar di segmen ini akan terus dipertahankan pada tahun 2021 untuk mengerek segmen menengah ke atas, seperti rumah dan apartemen mewah, serta segmen bawah.
Sementara itu, pasar pusat perbelanjaan diprediksi masih stagnan karena tren masyarakat sudah berubah ke belanja daring. Kondisi pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan masyarakat untuk tidak lagi pergi ke mal untuk jalan-jalan, melainkan untuk mencari kebutuhan. ”Mal perlu mengubah konsep untuk menarik orang kembali berkunjung dan jalan-jalan,” ujarnya, Rabu (9/12/2020).
Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengemukakan, kedatangan vaksin Covid-19 mendorong kepercayaan bagi pelaku usaha dan pasar, termasuk di sektor properti. Tingkat keyakinan konsumen dan pemulihan ekonomi yang sejalan dengan aktivitas bisnis akan berkontribusi terhadap pemulihan sektor properti.
Meski demikian, pergerakan pasar properti akan bertahap dan mulai terlihat pada semester II-2020 seiring distribusi vaksin yang lebih merata. ”(Pemulihan) akan gradual, tidak hanya dari aktivitas masyarakat, tetapi juga korporasi dan belanja pemerintah akan turut menggerakkan properti,” katanya.
Kawasan industri dan logistik dinilai akan lebih cepat bangkit dibandingkan dengan subsektor properti lainnya. Industri logistik selama pandemi Covid-19 terus tumbuh dan diperkuat oleh berkembangnya bisnis e-dagang. Logistik diperlukan untuk penyimpanan dan distribusi barang.
Sejalan dengan hal itu, minat pengembang untuk menggarap pergudangan terus meningkat. ”Ada celah untuk bangkit, dan mereka menyiapkan pergudangan dari sekarang,” katanya.
Sebaliknya, subsektor perkantoran akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Sewa ruang perkantoran diprediksi akan menurun karena perusahaan masih membutuhkan waktu untuk pulih dan pola bekerja dari rumah (WFH) dianggap efektif.
Muncul tren, beberapa perusahaan mengurangi kebutuhan ruang sewa perkantoran dan penggunaan ruang perkantoran yang lebih efisien dengan meja bersama dan pengaturan jadwal kehadiran karyawan.
Meski kebutuhan ruang sewa perkantoran cenderung berkurang, suplai gedung perkantoran akan terus bertambah sampai tahun 2020. Akibatnya, pertumbuhan bisnis perkantoran masih akan tertekan. Bisnis perkantoran diprediksi baru mulai pulih dalam 2-3 tahun mendatang.
Berdasarkan data Colliers International Indonesia, kelebihan suplai ruang perkantoran akan berlangsung sampai tahun 2022. Pada 2020, suplai ruang perkantoran di DKI Jakarta mencapai 500.000 meter persegi, tumbuh 3 persen dibandingkan dengan 2019. Pada tahun 2021, suplai baru ruang perkantoran diperkirakan 300.000 meter persegi dan tahun 2022 berkisar 200.000 meter persegi.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengemukakan, pola properti diprediksi belum stabil, sangat bergantung pada kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Ketidakstabilan pasar masih akan terlihat hingga semester I-2021. Sementara itu, tren pasar perumahan terus bergeser ke segmen menengah ke bawah walau potensi sebenarnya ada di segmen menengah atas yang memiliki daya beli.