Kebijakan pemerintah menurunkan harga gas dinilai akan menggeser porsi sumber energi dari batubara ke gas bumi, khususnya di sektor industri. Pemanfaatan gas bumi bisa menjadi batu loncatan dalam transisi energi.
Oleh
Aris Prasetyo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan gas bumi di Indonesia dinilai bakal semakin masif dan akan menjadi batu loncatan penting dalam program transisi energi nasional. Namun, pemerintah diingatkan untuk menggenjot pembangunan infrastruktur gas bumi di dalam negeri.
Sepanjang tahun 2019, dari total konsumsi energi nasional sebesar 215 juta ton setara minyak (MTOE), porsi terbesar pasokan energi berasal dari batubara, yakni 38 persen. Adapun porsi minyak bumi 33 persen, gas bumi 20 persen, serta sisanya berasal dari sumber energi baru dan terbarukan yang 9 persen.
Di masa mendatang, porsi gas bumi diperkirakan semakin besar penggunaannya di Indonesia. Pemerintah juga telah menargetkan produksi gas bumi 12 miliar kaki kubik per hari pada 2030.
”Gas bumi akan menjadi bagian penting dalam transisi energi di Indonesia yang paralel dengan pengembangan energi baru dan terbarukan. Gas akan banyak menggantikan peran batubara di sektor industri,” kata Vice President Pertamina Energy Institute Hery Haerudin dalam acara Pertamina Energy Webinar 2020, Selasa (8/12/2020).
Dalam paparannya, menurut Hery, porsi penggunaan gas pada 2050 akan meningkat menjadi 21 persen dalam bauran energi nasional. Adapun penggunaan batubara turun jadi 20 persen dan minyak bumi jadi 12 persen. Sejalan dengan perubahan itu, konsumsi energi baru dan terbarukan diperkirakan melonjak menjadi 47 persen.
”Revisi kebijakan pemerintah yang menurunkan harga gas akan menimbulkan perubahan konsumsi batubara ke gas bumi atau beralih sepenuhnya ke listrik,” ujar Hery.
Menurut Hery, berkaca dari pengalaman sejumlah negara di Eropa yang menerapkan transisi energi, program dapat berjalan baik lantaran didukung kebijakan yang kuat dan stabil. Apalagi, harga listrik dari energi terbarukan di Eropa ditetapkan dengan skema feed in tariff (harga berdasarkan biaya produksi). Selain itu, ekosistem industri pendukung program energi terbarukan juga ditumbuhkan dan dijaga dengan baik.
Batasi energi fosil
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Arifin Rudiyanto menambahkan, penggunaan energi fosil di Indonesia harus dibatasi sembari terus mengembangkan energi terbarukan.
Beberapa hal yang sedang dan akan dilakukan pemerintah adalah membatasi produksi batubara, menyubstitusi pemakaian elpiji dengan jaringan gas rumah tangga, serta mengoptimalkan biodiesel dalam campuran solar.
”BUMN, khususnya Pertamina, membangun kilang khusus untuk mengolah minyak sawit menjadi bahan bakar dengan kapasitas 20.000 barel per hari di Plaju, Sumatera Selatan. Hal ini jadi bagian dari pencapaian target 23 persen energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional,” kata Arifin.
Terkait dengan gas bumi, pemerintah menargetkan produksi 12 miliar barel kaki kubik per hari pada 2030. Target itu seiring dengan produksi minyak yang ditargetkan 1 juta barel per hari pada tahun yang sama. Sejumlah kalangan mengingatkan pemerintah agar turut membangun infrastruktur gas bumi di dalam negeri agar seluruh produksi gas yang ditargetkan dapat terserap sepenuhnya.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menyatakan, program transisi energi di Indonesia berpeluang menciptakan lapangan kerja baru. Pasalnya, pemanfaatan sumber energi terbarukan akan semakin tinggi dalam rangka mencapai target bauran energi nasional pada 2025 dan 2050.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, potensi sumber energi terbarukan di Indonesia sebesar 417.800 megawatt (MW). Potensi terbesar di tenaga surya yang mencapai 207.800 MW peak (MWp), lalu tenaga bayu 60.600 MW, bioenergi 32.600 MW, panas bumi 23.900 MW, dan gelombang laut 17.900 MW. Dari potensi itu, energi yang termanfaatkan baru 10.400 MW atau sekitar 2,4 persen.
Sementara itu, PT Medco Energi Internasional Tbk menargetkan pembangunan pembangkit listrik dari energi bersih dan terbarukan dengan kapasitas terpasang 5.000 megawatt pada 2025. Energi dari panas bumi jadi prioritas. Meski bisnis intinya minyak dan gas bumi, Medco akan fokus mengembangkan energi terbarukan.
Menurut Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro, transisi dari energi fosil ke energi bersih dan terbarukan di Indonesia akan bertahap. Listrik kian banyak digunakan. Tantangannya adalah bagaimana menghasilkan listrik dari sumber yang bersih dan terbarukan.