Ekonomi Membaik, Lapangan Kerja Jadi Harapan Terbesar Masyarakat
Indeks Keyakinan Konsumen terhadap perbaikan perekonomian nasional pada November 2020 membaik kendati masih berada di bawah zona optimis. Di sisi lain, masyarakat berharap banyak akan ketersediaan lapangan kerja.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Geliat aktivitas ekonomi di tengah pelonggaran pembatasan sosial turut mendorong perbaikan persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional. Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di banyak daerah, masyarakat mulai merasakan adanya perbaikan penghasilan dalam beberapa bulan terakhir. Namun, masyarakat masih berharap banyak akan ketersediaan lapangan kerja.
Hal itu tergambar dalam Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada November 2020 yang dirilis Selasa (8/12/2020). Survei dilakukan kepada masyarakat di 17 kota besar di Indonesia untuk membaca keyakinan serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian.
Dalam survei tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terhadap kondisi ekonomi pada November 2020 berada di level 92, mendekati ambang batas zona optimis di level 100. Meski masih berada di zona pesimis, level ini lebih baik dari posisi IKK pada Oktober 2020 di level 79.
Sementara Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang menggambarkan kondisi ekonomi saat ini juga membaik dari level 51,5 pada Oktober 2020 ke level 60,1 pada November 2020. Salah satu penopang perbaikan IKE adalah Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang pada November 2020 ada di level 42,4, meningkat dari bulan sebelumnya di level 32,3.
Kendati membaik, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja itu masih berada di zona pesimis atau jauh di bawah 100. Pada responden dengan tingkat pendidikan pascasarjana, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada November 2020 berada di level 44,8, membaik dari Oktober 2020 yang sebesar 17,5.
Kendati membaik, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja itu masih berada di zona pesimis atau jauh di bawah 100. Pada responden dengan tingkat pendidikan pascasarjana, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada November 2020 berada di level 44,8, membaik dari Oktober 2020 yang sebesar 17,5.
Sementara itu, Indeks Ekspetasi Ketersediaan Lapangan Kerja berada di level 117,7 pada November 2020. Indeks tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi Oktober 2020 yang sebesar 101,4. Ini mengindikasikan harapan responden terhadap lapangan kerja sangat tinggi.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini terpantau membaik terutama pada responden dengan tingkat pendidikan pascasarjana. Perbaikan persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja itu juga terjadi pada kelompok-kelompok pendidikan di bawahnya, yakni kelompok sarjana, kelompok akademi, serta kelompok SLTA.
Secara umum, perbaikan keyakinan konsumen pada November 2020 didorong oleh ekspektasi konsumen yang membaik terhadap kondisi ekonomi ke depan. Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah peningkatan ekspansi kegiatan usaha serta kenaikan penghasilan dan ketersediaan lapangan.
Seiring dengan membaiknya keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama juga membaik, terutama untuk jenis barang elektronik dan perabot rumah tangga.
”Konsumen memperkirakan adanya peningkatan ekspansi kegiatan usaha secara umum pada enam bulan ke depan seiring adanya momentum Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 2021,” kata Erwin melalui siaran pers.
Konsumen memperkirakan adanya peningkatan ekspansi kegiatan usaha secara umum pada enam bulan ke depan seiring adanya momentum Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 2021.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Moekti P Soejachmoen mengemukakan, konsumen terlihat lebih optimistis terhadap kondisi denyut perekonomian ke depan dan ketersediaan lapangan kerja. Dalam survei yangdilakukan Danareksa Research Institute pada November 2020, proporsi konsumen yang optimistis dengan ketersediaan lapangan kerja mencapai 13,2 persen, naik dari 10,6 persen pada survei bulan sebelumnya.
”Pemulihan ekonomi dan aktivitas bisnis juga seiring dengan penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional yang meningkatkan optimisme konsumen akan prospek pendapatan rumah tangga dan ketersediaan lapangan kerja,” ujarnya.
Secara terpisah, Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menilai, keyakinan masyarakat di November 2020 meningkat karena adanya peningkatan daya beli. Peningkatan ini ditopang oleh serapan belanja modal pemerintah serta potongan harga mayoritas barang di akhir tahun.
Meski begitu, lanjut dia, kenaikan IKK tidak menjamin berkurangnya kontraksi konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2020 yang masih sangat rentan oleh inflasi, pemasukan, serta penanganan Covid-19.
”Ini disebabkan IKK sangat tergantung pada metode sampling. Hal yang disurvei pun berkaitan dengan perilaku pasar yang sifatnya jangka pendek,” ujarnya.