Derasnya Arus Masuk Modal Asing Diperkirakan Terjadi pada 2021
Di tahun-tahun mendatang, arus investasi intra-Asia yang jauh lebih besar dari Asia Timur menuju ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Negara-negara anggota ASEAN dan India akan semakin banyak menarik investasi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aliran investasi atau penanaman modal dari kawasan Asia Timur menuju Asia Tenggara diperkirakan bakal terjadi pada 2021 jika dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi global semakin mereda. Indonesia mesti bersaing dengan Vietnam untuk menangkap peluang ini.
Head of Global Macro Research Nomura, Rob Subbaraman, Rabu (9/12/2020), mengatakan, sejumlah faktor yang akan membuat aliran investasi langsung dari China, Jepang, dan Taiwan menuju Asia Tenggara di antaranya adalah populasi yang semakin menua dan semakin besarnya dana pensiun. Faktor lainnya, pertumbuhan gaji pegawai di negara asal yang semakin besar.
”Kami memproyeksikan, di tahun-tahun mendatang arus investasi intra-Asia yang jauh lebih besar dari Asia Timur menuju ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Negara-negara anggota ASEAN dan India akan semakin banyak menarik investasi,” ujarnya dalam telekonferensi media ”2021 Asia Economic, Currency, and Equities Outlook”.
Kami memproyeksikan, di tahun-tahun mendatang arus investasi intra-Asia yang jauh lebih besar dari Asia Timur menuju ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Negara-negara ASEAN dan India akan semakin banyak menarik investasi.
Indonesia, lanjut Subbaraman, telah mengambil langkah-langkah untuk merampingkan regulasi guna lebih mudah menarik investasi melalui omnibus law. Pemerintah Indonesia dinilai masih memandang perusahaan raksasa global multinasional sebagai sumber pengembanan industri di dalam negeri.
Namun, hal yang dilakukan Pemerintah Indonesia terkait upaya menarik penanaman modal asing (PMA) masih tertinggal oleh Vietnam. Pasalnya, regulasi Indonesia dinilai masih kerap berubah bergantung pada kebijakan menteri yang bertanggung jawab, sedangkan Pemerintah Vietnam telah memberikan kepastian regulasi multinasional.
Subarraman menambahkan, magnet kuat Vietnam untuk aliran modal asing terlihat dari perusahaan teknologi asal Taiwan, Pegatron. Perusahaan itu telah mengonfirmasi untuk membangun kompleks manufaktur di kawasan industri Nam Dinh Vu, di sisi timur ibu kota Hanoi, Vietnam, senilai 1,3 miliar dollar AS (Rp 18,36 triliun).
”Meskipun dapat mengandalkan pasar konsumennya yang besar, Indonesia tetap harus perlu berjuang untuk menarik penanaman modal asing langsung,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada triwulan III-2020 realisasi PMA mencapai Rp 106,1 triliun. Apabila diakumulasikan sepanjang tahun berjalan hingga triwulan III-2020, realisasi investasi PMA sebesar Rp 301,7 triliun. Kepala BKPM Bahlil Lahadalia telah mematok target realisasi PMA pada 2021 sebesar Rp 886 triliun.
Sebelumnya, Bahlil menuturkan pemerintah memprioritaskan penyerapan tenaga kerja untuk menarik PMA. Saat ini Indonesia memerlukan sekitar 16 juta lapangan kerja langsung, terdiri dari 6 juta-7 juta orang yang mengalami dampak pandemi Covid-19, 7 juta penganggur, dan 2,9 juta orang angkatan kerja baru per tahun.
Investasi akan menciptakan lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung. Penciptaan lapangan kerja tidak langsung akan lebih besar 3-4 kali lipat dibandingkan dengan lapangan kerja langsung. Investasi yang masuk ke Indonesia akan menciptakan dampak berganda signifikan bagi perekonomian.
Subbaraman mengingatkan, dalam melakukan keputusan investasi, perusahaan multinasional juga akan mempertimbangkan kemampuan pemerintah sebuah negara dalam mengelola pandemi. Meskipun Indonesia telah memberitakan perkembangan positif terkait vaksin Covid-19, ribuan kasus baru terus terjadi setiap hari.
”Dari sisi pemulihan, saat ini Indonesia masih tertinggal di belakang Vietnam, yang hanya mencatat 1.377 kasus sejak pandemi dimulai,” kata Subbaraman.
Meskipun Indonesia telah memberitakan perkembangan positif terkait vaksin Covid-19, ribuan kasus baru terus terjadi setiap hari.
Sementara itu, PT Bank DBS Indonesia memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2021 akan tumbuh 4 persen. Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi, restocking perusahaan, dan pertumbuhan ekspor netto yang mendapatkan manfaat dari pelonggaran pembatasan.
Managing Director and Chief Economist Group Research Bank DBS Taimur Baig optimistis, memasuki 2021, pemerintah akan terus menyeimbangkan krisis kesehatan dengan pemulihan ekonomi hingga vaksinasi massal tercapai.
”Selain pandemi Covid-19, fokus pemerintah tahun depan akan diarahkan pada perluasan manufaktur dan jejak investasi melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang baru disahkan dan finalisasi perjanjian multilateral,” ujarnya.