Gebrakan Milenial Merangkai Penggalan Surga di Sumenep
Pantai Ekasoghi adalah satu dari 28 obyek wisata di Kabupaten Sumenep. Semua pantai di daerah dengan luas wilayah 1.998 kilometer persegi dan memiliki 126 pulau sangat memesona.
Semakin malam, tempat nongkrong anak-anak muda di Pantai Ekasoghi di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kian riuh. Tiga gadis dari Surabaya pun langsung lesehan di tikar yang sudah disiapkan oleh pengelola tempat wisata yang dikelilingi hutan mangrove itu.
Tak berapa lama mereka duduk, hidangan mulai disajikan di meja kecil. ”Sebelum ke sini, kami sudah pesan makan malam menu ala barbeque,” kata Meme (23), yang pada Jumat (20/11/2020) itu baru saja tiba di lokasi dengan dua temannya.
Mereka bertiga naik kendaraan sendiri dan memilih menghabiskan malam di pantai dengan trek joging sepanjang 400 meter itu. Biaya menginap ditambah menu makan malam yang disediakan oleh kafe itu cukup mereka bayar Rp 375.000. Mereka penasaran dan segera ke Pantai Ekasoghi, setelah menemukan informasi terkait pantai yang sedang jadi perbincangan di media sosial Instragram.
”Suasananya asyik, walau pengunjung ramai, satu sama lainnya tak saling mengganggu. Bisa pasang tenda juga kalau mau. Visual obyek wisata ini mulai dari jalan masuk hingga tengah laut bikin hati tenang dan betah begadang,” kata Meme.
Di kawasan hutan mangrove sudah ada deretan gazebo untuk nongkrong sampai bosan. Kian malam, pengunjung pun bertambah ramai, terutama anak-anak muda, untuk nongkrong sambil minum kopi.
Padahal, jalur masuk dari jalan raya ke pantai sekitar 200 meter masih makadam dan penerangan pun seadanya. Sedikit perjuangan untuk bisa sampai di pantai karena gelap dengan kondisi jalan agak berbukit dan masih berupa tanah. Rasa penasaran mungkin nyaris putus asa, langsung berubah menjadi kegembiraan, setelah tiba di gapura masuk ke pantai. Pengunjung disambut suasana tempat menepi yang benar-benar kekinian dan jauh dari kebisingan.
Baca juga : Oksigen Gili Iyang Terasa hingga Seberang
Pemandangan di sekitar pantai hingga tengah laut sesuai selera kekinian. Gazebo, bangunan untuk penginapan, pun dari kayu lalu dipenuhi lampu taman yang bisa dipindah-pindah. Ada tikar, juga kursi bantal, dan bangku buat duduk sambil ngopi.
Sumenep merupakan kabupaten paling timur di Pulau Madura. Lama perjalanan darat dari Surabaya ke daerah penghasil garam dan sapi ini rata-rata 4 jam. Jika ingin cepat sampai di kabupaten yang memiliki 126 pulau ini, bisa dengan pesawat dari Surabaya, tentu sesuai jadwal penerbangan.
”Tempat ini menjadi incaran anak-anak muda tidak hanya di pengujung minggu, tapi hampir setiap malam ramai,” kata salah satu pengelola Pantai Ekasoghi, Basri (35).
Kawasan hutan mangrove yang agak jauh dari permukiman penduduk ini mereka garap bertiga. Mulai dari mendesain kawasan hutan mangrove menjadi tempat nyaman untuk bersantai, berkemah atau sekadar ngopi bareng teman, hingga menghadirkan tempat yang eksotik tanpa mengganggu lingkungan.
”Kami garap bertahap, mulai dari membuka jalan masuk ke pinggir pantai, bikin desain, cari properti, dan bangun sarana memanfaatkan kayu yang ada di sekitar sini,” kata Basri, yang juga ikut membidani Bukit Tinggi Daramista.
Baca juga : Sumenep Garap Wisata Berbasis Warga
Pantai Ekasoghi adalah satu dari 28 obyek wisata di Kabupaten Sumenep. Semua pantai di daerah dengan luas wilayah 1.998 kilometer persegi dan memiliki 126 pulau sangat memesona. Bahkan ada beberapa pulau seprti Giling Labak dan Pulau Sapeken surga bagi penghobi snorkeling dan diving atau menyelam.
Magnet pantai
Obyek wisata andalan Sumenep, antara lain, Gili Iyang, Gili Labak, Gili Genteng, Pantai Lombang dengan ciri khas cemara udang, Pantai Ambunten, Pulau Sapeken, Pantai Slopeng, dan Museum Keraton Sumenep.
”Semua obyek wisata ini menawan hati dan bikin betah berada di satu obyek seperti di Gili Genting, cuma perlu sentuhan pada infrastruktur ke semua obyek wisata itu,” kata Ketua Forum Wartawan Pariwisata Sumenep Hartono.
Tak kalah bagus adalah Pulau Sembilan atau Gili Genteng yang kini tersedia 20 kamar untuk menginap. Tarif kamar Rp 300.000 hingga Rp 750.000 per kamar. Untuk tiba di Gili Genting, hanya 30 menit dengan perahu dari dermaga Dungkek. Ongkos naik perahu penumpang dan sepeda motor sama Rp 10.000 per orang. Bisa juga menyewa Rp 500.000 berisi 6 penumpang perahu cepat dengan lama tempuh 10 menit saja.
Kami garap bertahap, mulai dari membuka jalan masuk ke pinggir pantai, bikin desain, cari properti dan bangun sarana memanfaatkan kayu yang ada di sekitar sini. (Basri)
Menurut Kepala Desa Bringsang Sutlan, yang mengembangkan Pulai Sembilan sejak 2017, pesanan kamar dari berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah tak pernah berhenti. Biasanya tamu datang berombongan untuk menginap dan menggelar kegiatan luar ruang atau menyelam di Gili Labak, tetapi menginap di Gili Genting yang bersih, tertata, dan instagramable.
Kenyamanan yang diciptakan benar-benar menggoda tamu untuk menginap di pantai dengan pasir putihnya itu. Apalagi hampir semua fasilitas mengikuti selera tamu.
”Saya mengembangkan wisata ini sesuai apa mau tamu. Tidak hanya pelayanan, sarana seperti sofa, kursi, dan spot untuk berfoto dan apa saja yang disarankan tamu, pasti saya penuhi,” kata ayah dari tiga anak ini.
Baca juga : Madura Mulai Dikembangkan
Warung yang berjejer di tepi pantai dan berada di antara kamar-kamar penginapan kini masih beratap terpal dan dikelola penduduk pun secara bertahap ditata. ”Semua atap saya ganti dengan ijuk atau jerami biar lebih alami, termasuk beberapa kamar juga akan seperti pondok, tetapi ada yang dilengkapi dengan pendingin ruangan,” katanya.
Mengelola obyek wisata mengikuti selara kekinian memang sedang banyak bermunculan di Sumenep. Tak hanya pantai, bukit atau pulau yang dipoles sebagai tempat piknik, warung atau kafe dengan interior serta properti pun rata-rata menampilkan suasana nyaman dan aman.
Saya mengembangkan wisata ini sesuai apa mau tamu. Tidak hanya pelayanan, sarana seperti sofa, kursi, dan spot untuk berfoto dan apa saja yang disarankan tamu pasti saya penuhi. (Sutlon)
Tak ketinggalan seperti di Pantai Ekasoghi, beberapa anak muda mengelola pantai itu dengan menciptakan ”surga” baru buat ngobrol, melepas penat bahkan gelar kegiatan.
Obyek wisata yang dimunculkan oleh kaum milenial seperti Bukit Tinggi Daramista, yang memuaskan mata dengan panorama alam di atas ketinggian. Suasana jadi lebih menyenangkan ketika bisa menikmati sunset.
Ada Bukit Kapur Kombang, bekas penambangan batu putih dengan pemandangan unik dan artistik bak bangunan kastil ala Eropa di Desa Kombang, Kecamatan Talango. Lalu Bukit Kalompek yang juga luar biasa indahnya ketika berada di ketinggian memandang Gili Iyang dari sebarang berlokasi di Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek.
Baca juga : Surabaya-Sumenep Hanya 35 Menit
Kepala Bidang Pariwisata Disparbudpora Sumenep Imam Buchari mengatakan, target kunjungan wisata tahun 2019 sebanyak 1.498.000 wisatawan. Jumlah ini lebih tinggi dari target kunjungan wisata di 2018 yang hanya 1 juta kunjungan wisata. Akan tetapi, angka kunjungan wisata di tahun 2018 mencapai 1.457.766 wisatawan.
”Tiap tahun, kunjungan wisatawan selalu meningkat di Sumenep karena 28 destinasi wisata yang terdata di Disparbudpora, dengan rincian 8 wisata religi, 13 wisata alam, 3 wisata sejarah, dan 4 wisata buatan sudah menjadi magnet bagi turis berkunjung ke sini,” ujarnya.
Apalagi dengan pulau segitiga emas yang terdiri dari Pulau Gili Iyang, Gili Labak, dan Gili Genting, dengan keunggulan masing-masing, menjadi daya tarik wisatawan, tak hanya Nusantara melainkan juga mancanegara.
Gili Iyang memiliki daya tarik wisata kesehatan dengan kandungan oksigen (O2) terbaik di dunia sebesar 21 persen di atas rata-rata berdasarkan penelitian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Batan) dan Penelitian BLH Kabupaten Sumenep 2016.
Sementara Gili Labak merupakan wisata bahari yang dikenal dengan perairannya yang jernih berisi biota laut dan terumbu karang. Dan, paling dekat dari kota adalah Gili Genteng, terkenal dengan alam yang menawarkan panorama dan keunikan pantai menyerupai angka sembilan.
Keelokan dan ciri khas setiap obyek wisata ditambah adanya penerbangan dari Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, tiap tiga hari ke Sumenep, cukup mendongkrak kunjungan wisata. Apalagi dengan terus tumbuhnya hotel, termasuk sudah ada hotel bintang tiga yang nyaman dan kuliner yang menggoda lidah.
Jadi, jangan ragu untuk datang ke kabupaten yang sejak 2018 sudah dicanangkan Sumenep Soul of Madura, karena kini sudah berubah di tangan anak muda. Sumenep kini terus bergerak mengikuti gebrakan generasi milenial, tanpa menggeser nilai-nili budaya dan kearifan lokal.