Pengungsi Erupsi Gunung Ile Lewotolok Terkendala Musim Tanam
Musim tanam lahan kering di Nusa Tenggara Timur sedang berlangsung. Ribuan petani yang juga pengungsi akibat erupsi gunung Ile Lewotolok Lembata, Nusa Tenggara Timur, masih berada di lokasi pengungsian di Lewoleba.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
DINAS PERTANIAN LEMBATA
Tanaman jagung di lahan kering milik salah satu petani di lereng Gunung Ile Lewotolok, Kamis (26/11/2020) berusia lima hari, foto diambil satu hari sebelum erupsi perdana Gunung Ile Lewotolok. Sebagian besar bidang lahan kering belum ditanami.
LEWOLEBA, KOMPAS — Musim tanam lahan kering di Nusa Tenggara Timur sedang berlangsung. Ribuan petani yang juga pengungsi akibat erupsi gunung Ile Lewotolok Lembata, Nusa Tenggara Timur, masih berada di lokasi pengungsian, di Lewoleba sehingga terancam gagal tanam. Gunung Ile Lewotolok hari ini mengeluarkan 11 kali bunyi gemuruh.
Kepala Desa Lewogute, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata Anwar Koli dihubungi di lokasi pengungsian di Lewoleba, Jumat (4/12/2020), mengatakan, warga desa itu sebanyak 380 jiwa, 379 orang mengungsi di Lewoleba. Sebanyak 376 warga bekerja sebagai petani lahan kering dan empat pegawai negeri sipil.
Saat ini, menurut Anwar, petani di desa-desa lain di Lembata dan NTT pada umumnya sibuk menanam di lahan kering, tetapi kami masih ada di tenda pengungsian.
”Lahan pertanian sebagian besar sudah siap ditanam, hanya beberapa bidang masih butuh pembersihan. Ini kesulitan besar bagi petani, tidak hanya di desa Lama Gute, tetapi juga untuk 27 desa di dua kecamatan yang berada di lereng gunung,” kata Anwar.
Ia mengatakan, sudah menjadi tradisi setiap tahun, pada pekan pertama Desember, petani lahan kering sibuk menanam. Lahan disiapkan sejak Agustus dengan cara menebas, membakar, membersihkan, mencangkul, dan menanam.
Kapolda NTT Irjen Lotharia Latif memberi bantuan bahan pokok kepada perwakilan pengungsi di Lewoleba, Jumat (4/120/2020).
Jumlah 376 petani lahan kering itu, masing-masing memiliki lahan seluas 2.000-10.000 meter persegi (m²). Kebanyakan petani menanam jagung, kacang panjang, labu kuning, singkong, ubi jalar, pisang, dan tanaman lain yang mendukung ekonomi petani. Sebagian petani mengawali proses menanam dengan ritual adat tertentu.
Kebutuhan pokok
Anwar mengatakan, pertanian lahan kering tidak memberi jaminan kebutuhan pokok bagi petani sepanjang tahun itu. Tetapi ketersediaan sayur-sayuran, umbi-umbian, pisang, dan buah-buahan di lahan itu tetap berlangsung sepanjang tahun sehingga membantu petani.
Kalau curah hujan terbatas, hasil panen jagung hanya cukup untuk kebutuhan 3-6 bulan. Selanjutnya, petani mencari menjual ternak, hasil perkebunan seperti kopi, kelapa, jambu mete, dan kemiri untuk belanja beras, dan kebutuhan lain. Ini rutinitas hidup petani pada umumnya di Lembata. Ada pula memilih menjadi pekerja migran di luar negeri untuk mencukupi kebutuhan hidup harian keluarga di kampung,” kata Anwar.
Agus Ola (56), petani Desa Bangun Muda, Kecamatan Ile Ape Lembata, mengatakan, memiliki lahan yang siap tanam seluas 5.000 m². Lahan itu terletak persis di bawah lereng Gunung Ile Lewotolok. Saat erupsi, abu vulkanik, kerikil dan batu-batuan biasa menimpa lahan itu.
Kami fokus tanam jagung saja. Tanaman lain akan dilakukan oleh petani sendiri setelah mereka pulang. Petani paling tahu jenis tanaman apa yang mereka butuhkan dan kecocokan tanaman itu di atas lahan mereka. Tidak semua jenis tanaman bisa tumbuh dan berproduksi di lahan kering. (Manto Beyeng)
Meski demikian, ia mengaku, lahan kering itu cukup subur, meski tanah tidak diberi pupuk, semua jenis tanaman tumbuh dengan sangat baik. Hasil panen jagung di atas lahan seluas 5.000 m² itu sampai 300.000 bulir jagung. Jagung tersebut sebagian disimpan di lumbung jagung, sebagian dijual di pasar.
Tanaman jagung lahan kering dengan bantuan sumur bor di Desa Manusak Kabupaten Kupang, Juli 2020.
Namun, kondisi erupsi gunung Ile Lewotolok saat ini, ia mengaku sangat sulit menanam. Selama masih terjadi dentuman dan abu vulkanik membubung di atas puncak gunung, petani di keliling gunung Ile Lewotolok, tidak berani mendekati lahan pertanian yang sudah siap tanam.
Anggota DPRD Lembata, Yoseph Boli Muda, mengatakan, DPRD telah mendorong pemkab agar mencari jalan terbaik mengatasi masalah ini. Para pengungsi itu 95 persen adalah petani lahan kering. Saat ini, masyarakat dilarang mendekati gunung itu pada radius 4 km, sementara hampir semua bidang lahan pertanian berada di radius 2-4 km.
Ia mengatakan, saat menanam di lahan kering yang tepat adalah pada minggu pertama dan kedua Desember. Lebih dari itu, sebagian besar tanaman gagal tumbuh dan berkembang, apalagi menghasilkan buah.
”Ini masalah serius yang segera dicarikan solusi oleh instansi teknis, yakni Dinas Pertanian dan Perkebunan Lembata. Paling lambat pekan kedua Desember 2020 ini, petani harus dibantu agar lahan pertanian itu bisa ditanami, minimal jagung, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Itu makanan pokok petani lahan kering,” kata Boli.
Masyarakat sedang menghadapi dua bencana, yakni erupsi dan Covid-19. Jika lahan pertanian itu tidak ditanami, mereka terancam gagal tanam sekaligus gagal panen. Kondisi ekonomi masyarakat tentu semakin terpuruk.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Lembata Manto Beyeng mengatakan, pertanian lahan kering di Ile Ape timur seluas 1.800 ha, sudah ditanami jagung seluas 500 ha, sisa 1.300 ha belum ditanami. Sementara di Kecamatan Ile Ape, seluas 2.100 ha sudah ditanami jagung seluas 300 ha, sisa 900 ha masih lahan kosong.
DOKUMEN PRIBADI MANTO
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Lembata Manto Beyeng
Dinas Pertanian dan Perkebunan akan melibatkan sekitar 70 tenaga penyuluh dan anggota PNS di kantor itu, ditambah anggota Satpol PP, TNI, dan Polri membantu menanam jagung di lahan warga. Setiap lahan yang sudah siap akan ditanami jagung sampai tuntas.
”Kami fokus tanam jagung saja. Tanaman lain akan dilakukan oleh petani sendiri setelah mereka pulang. Petani paling tahu jenis tanaman apa yang mereka butuhkan dan kecocokan tanaman itu di atas lahan mereka. Tidak semua jenis tanaman bisa tumbuh dan berproduksi di lahan kering,” kata Beyeng.
Sejumlah 7.991 pengungsi di Lewoleba saat ini hampir 95 persen adalah petani lahan kering. Mereka tidak bisa pulang ke desa asal melakukan berbagai aktivitas, termasuk menanam jagung di lahan kering yang telah mereka siapkan. Jika tidak dibantu, lahan-lahan itu bakal telantar, tidak ditanami.
Ia mengatakan, akan menggelar rapat bersama instansi terkait, TNI dan Polri, serta NGO lokal, Senin (7/12/2020), guna memastikan upaya penanaman itu. Setiap kepala desa akan diundang mengikuti pertemuan itu agar mereka bisa paham apa yang akan dilakukan pemda di areal lahan pertanian warga.
Kepala Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok Lembata Stanis Arkian mengatakan, hari ini, Jumat (4/12/2020), terjadi 11 kali bunyi gemuruh dari dalam kawah gunung. Sementara abu vulkanik naik 1.000 meter pada pagi hari kemudian perlahan-lahan menurun sampai dengan ketinggian 500 meter dari permukaan kawah gunung pada sore hari.
”Aktivitas gunung masih terjadi dan statu siaga yang ditetapkan masih berlangsung. Itu berarti, masyarakat dilarang melakukan aktivitas di sekitar gunung pada radius 4 km,” kata Stanis.