Jalur Penerbangan Banyuwangi dan Bali Kembali Normal
Jalur penerbangan dari Surabaya menuju Banyuwangi dan Denpasar, Bali, kembali normal setelah sempat bergeser selama dua hari karena menghindari paparan abu vulkanik yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Semeru.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang terjadi pada Selasa (1/12/2020) berdampak pada perjalanan pesawat dari Bandara Juanda Surabaya menuju Bandara Banyuwangi dan Bandara Ngurah Rai Denpasar. Jalur penerbangan sempat bergeser selama dua hari untuk menghindari paparan abu vulkanik.
General Manager Airnav (Navigasi Udara) Surabaya Mochammad Toharoh Nurhuda mengatakan, saat ini jalur penerbangan tersebut telah kembali normal. Namun, potensi dilakukan penggeseran tetap ada selama potensi erupsi gunung api masih tinggi. Mitigasi pun diperkuat.
Airnav Surabaya mendata total ada tujuh penerbangan dari dan menuju Surabaya yang mengalami pengalihan jalur. Pada hari pertama ada tiga penerbangan dan di hari berikutnya ada empat penerbangan. Dari tujuh penerbangan itu, lima di antaranya penerbangan dari Surabaya menuju Denpasar.
”Dua penerbangan lainnya adalah dari Denpasar menuju Surabaya dan penerbangan dari Surabaya menuju Banyuwangi,” ujar Nurhuda, Jumat (4/12/2020).
Nurhuda mengatakan, dalam kondisi normal jalur penerbangan dari Surabaya menuju Banyuwangi dan Denpasar melewati wilayah selatan. Namun, data sebaran abu vulkanik pada saat terjadi erupsi, Selasa, menyatakan, jalur tersebut berpotensi terdampak sebaran abu vulkanik.
Untuk menghindari paparan abu vulkanik Gunung Semeru, Airnav Surabaya mengalihkan jalur penerbangan dengan cara menggesernya ke utara, melintasi kawasan pesisir utara Jawa Timur mulai dari Probolinggo, Situbondo, hingga Banyuwangi. Jalur ini menyebabkan waktu terbang lebih lama karena jarak tempuhnya menjadi lebih jauh.
”Pengalihan atau penggeseran jalur itu untuk keamanan dan keselamatan penerbangan. Itu karena paparan abu vulkanik gunung api bisa merusak mesin pesawat sehingga membahayakan aktivitas penerbangan,” kata Nurhuda.
Jalur penerbangan dari Surabaya menuju Banyuwangi dan Denpasar kembali normal atau kembali pada rute lamanya mulai Kamis. Itu setelah dipastikan tidak ada potensi paparan abu vulkanik yang bersumber dari erupsi Gunung Semeru. Meski demikian, Airnav Surabaya senantiasa mewaspadai perkembangan situasi mengingat kondisi Semeru sangat fluktuatif.
Pengalihan atau penggeseran jalur itu untuk keamanan dan keselamatan penerbangan. Itu karena paparan abu vulkanik gunung api bisa merusak mesin pesawat sehingga membahayakan aktivitas penerbangan.
Peningkatan aktivitas vulkanik gunung api termasuk hal yang dimitigasi oleh Airnav karena posisi Indonesia yang berada dalam jalur cincin api (ring of fire) Pasifik. Banyaknya gunung air aktif di negeri ini menyebabkan potensi terjadinya letusan tinggi. Saat meletus, gunung api akan mengeluarkan material letusan, salah satunya berupa abu vulkanik.
Manajer Perencanaan dan Evaluasi Operasi Airnav Surabaya Izazi mengatakan, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 95 Tahun 2018 menjadi acuan dalam upaya mitigasi aktivitas penerbangan terkait erupsi gunung api. Dalam peraturan tersebut dijelaskan secara rinci langkah-langkah yang dilakukan dalam pemberian layanan navigasi.
Selain itu, ada sinergi dengan lembaga terkait yang lain, seperti penyelenggara layanan kebandarudaraan. Mengacu pada prosedur standar, ada sejumlah tahapan yang perlu disiapkan.
Contohnya, ketika menerima informasi mengenai sebaran abu vulkanik gunung api, Airnav akan mengecek seluruh fasilitas yang terkait kinerja navigasi penerbangan dan memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang diperlukan.
Cek trafik
Selain itu mengecek trafik dan jalur yang terdampak serta menginformasikannya kepada pihak maskapai. Mengambil kebijakan strategis, seperti mengalihkan jalur penerbangan. Semua petugas yang bertugas dipastikan memiliki kompetensi tinggi karena mereka telah mendapatkan pelatihan dan mengikuti simulasi.
Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Pelaksana Tugas Manajer Humas Bandara Juanda Yuristo Ardi Hanggoro mengatakan, pihaknya telah memiliki manajemen bencana yang terkait dengan layanan kebandarudaraan. Salah satu fungsinya ialah mengantisipasi apabila terjadi bencana gunung api yang berdampak terhadap aktivitas penerbangan.
Berdasarkan catatan Kompas, Bandara Juanda berpengalaman menangani dampak bencana gunung api, salah satunya saat Gunung Raung di Banyuwangi erupsi tahun 2015. Sejumlah bandara di Jatim ditutup, termasuk Bandara Internasional Juanda, karena sebaran abu vulkanik melingkupi atmosfer di atasnya.
Setahun sebelumnya, Bandara Juanda terdampak erupsi Gunung Kelud. Abu vulkanik mengenai landasan sehingga kegiatan operasional penerbangan dihentikan total. Di Jatim terdapat sejumlah gunung api aktif, seperti Bromo, Ijen, Raung, Kelud, dan Semeru, yang berpotensi erupsi seaktu-waktu.